Umat Muslim Butuh Khilafah Untuk Bersatu

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Umat Muslim Butuh Khilafah Untuk Bersatu

Oleh Febriyanti Mahsengke

Kontributor Suara Inqilabi

 

Pasukan Israel bersenjata lengkap menyerang kota utama Jalur Gaza dari dua arah pada hari Senin (30/10) dan menargetkan jalan utama yang menghubungkan kota tersebut dengan selatan Gaza, kata para saksi mata.(Sindo.New.co, 30/10/2023)

Korban genosida yang dilakukan zionis Yahudi kepada penduduk Gaza yakni sebabyak 11.078 orang. Junlah rumah sakit yang tak beroperasi juga sudah sebanyak 21. Ini mencakup anak-anak sebanyak 4.506 orang. (10/11/2023)

Bom fosfor diduga menjadi salah satu senjata Israel dalam serangan di Gaza. Bom fosfor memicu luka bakar hangus hingga kematian akibat gagal organ tubuh yang keracunan fosfor. Korban bom bisa cacat permanen.

Dugaan penggunaan fosfor, antara lain, saat Israel menyerang kawasan pelabuhan Gaza pada 11 Oktober 2023. Banyak anak dan lansia sesak napas karena udara dipenuhi asap dampak bom yang dinyatakan sebagai senjata terlarang itu. Sejarah Penjajahan Zionis di Palestina. Konflik ini telah terjadi lebih dari 100 tahun. Tepat pada tanggal 2 November 1917.

Kala itu Menteri Luar Negeri Inggris saat itu, Arthur Balfour, menulis surat yang ditujukan kepada Lionel Walter Rothschild, seorang tokoh komunitas Yahudi Inggris. Surat tersebut memang singkat, hanya 67 kata namun isinya memberikan dampak terhadap Palestina yang masih terasa hingga saat ini.

Surat tersebut mengikat pemerintah Inggris untuk “mendirikan rumah nasional bagi orang-orang Yahudi di Palestina” dan memfasilitasi “pencapaian tujuan ini”. Surat tersebut dikenal dengan Deklarasi Balfour.

Intinya, kekuatan Eropa menjanjikan gerakan Zionis sebuah negara di wilayah yang 90% penduduknya adalah penduduk asli Arab Palestina. Mandat Inggris dibentuk pada 1923 dan berlangsung hingga 1948. Selama periode tersebut, Inggris memfasilitasi migrasi massal orang Yahudi. Di mana terjadi gelombang kedatangan yang cukup besar pasca gerakan Nazi di Eropa.

Dalam gelombang migrasi ini, mereka menemui perlawanan dari warga Palestina. Warga Palestina khawatir dengan perubahan demografi negara mereka dan penyitaan tanah mereka oleh Inggris untuk diserahkan kepada pemukim Yahudi. Pada tahun 1947, populasi dari warga Yahudi sudah mencapai sekitar 33% dari seluruh wilayah yang ada di Palestina. Tetapi, warga Yahudi ini hanya memiliki sekitar 6% dari tanah tersebut. Pembagian wilayah yang dilakukan oleh PBB pada tahun 1947 menjadi pemicu konflik antara Israel dan Palestina.

PBB membagi wilayah Palestina untuk menjadi dua negara. Satu negara Yahudi dan satunya lagi negara Arab. Palestina tentu saja menolak keputusan tersebut, karena tidak ingin memberikan 55% wilayah Palestina kepada Yahudi.

Solusi

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan sikap Indonesia terhadap eskalasi konflik Israel dan Palestina yang kini tengah bergejolak. Jokowi mendesak agar perang perang Israel dan Hamas Palestina segera dihentikan.

Selain itu, Jokowi meminta Menlu RI Retno Marsudi dan jajaran kementerian terkait segera mengambil sikap. Hal itu demi keselamatan WNI yang berada di wilayah konflik tersebut.

Peran Indonesia saat ini menjadi co-sponsor, fasilitator, mediator, partisipator, inisiator, motivator, dan justifikator dalam membantu penyelesaian konflik Israel-Palestina. Upaya ini mencerminkan peran Indonesia dalam mendukung perdamaian di Timur Tengah

Namun peran ini tidak akan menyelesaikan permasalahan atau konflik yang sedang terjadi, karena yang sebenarnya yang dibutuhkan adalah bersatunya umat muslim untuk sama-sama melindungi saudara seiman kita di Palestina. Persatuan yang kokoh ini hanyalah di bangun berdasarkan akidah Islam dalam naungan Daulah Khilafah, ikatan akidah Islam dari seluruh umat muslim di dunia tanpa adanya sekat nasionalisme.

Lalu, Kenapa kita harus membersamai melindungi palestina?

Dalam buku yang berjudul “Ardhu Filistin wa Sya’buha” karya Dr. Muhsin Muhammad Shaleh yang diterjemahkan olej Warsito, Lc menjadi “Tanah Palestina dan Rakyatnya” mengatakan Palestina adalah tanah Mahsyar dan Mansyar (tempat dikumpulkan dan disebarkan) manusia.

Rasulullah juga pernah bersabda,“Tanah Mahsyar dan Mansyar.” (HR. Ibnu Majah dan Bukhari).

Palestina juga rumah negeri Islam saat terjadi cobaan dan fitnah begitu dahsyat. Dari Salamah bin Naufal berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Rumah negeri Islam adalah di Syam”. (HR. At-Thabrani)

Orang yang tinggal di Palestina dinilai layaknya mujahid dan murabith (penjaga keamanan dari serangan musuh) di jalan Allah. Sebagaimana sabda Rasulullah saw.,

“Penduduk Syam beserta istri-istri, keluarga, hamba sahaya mereka baik yang laki-laki maupun perempuan, sampai ujung pulau adalah murabith di jalan Allah. Maka barang siapa menduduki salah satu kota dari kota kotanya maka dia sedang murabith, dan barang siapa menduduki satu benteng kota maka dia dalam Jihad.” (HR at- Thabrani)

Pada tahun 640 M pasukan muslim berhasil merebut wilayah Palestina dari Romawi dan selanjutnya berada di bawah pimpinan Khalifah Umar bin Khattab. Mulai pada kepemimpinan khalifah Umar, palestina berada dalam lindungan kaum muslim.

Di era pemerintahan Sultan Abdul Hamid II, salah satu Khalifah dari dinasti Khilafah Utsmaniyah, ia menjaga Palestina untuk terakhir kalinya dari hasutan-hasutan dan juga sogokan uang oleh Yahudi Theodor Herzi. Turki Utsmani merupakan benteng terakhir umat Islam dalam bingkai Khilafah sebelum ‘diruntuhkan’ oleh Mustafa Kemal Ataturk pada 3 Maret 1924 silam. Dalam suatu kutipan mengenai sejarah, sejarah berjalan secara berulang namun dengan bentuk yang berbeda, artinya kejatuhan Utsmani dahulu juga dapat disamakan dengan kejatuhan kondisi umat Islam saat ini, namun dengan bentuk yang berbeda. Diperlukannya kematangan spiritual, integritas, dan intelegensi dari umat Islam saat ini. Dengan memahami bahwa begitu mudahnya umat Islam terombang-ambing, seharusnya kita menjadi lebih matang untuk mulai memberikan perhatian kepada Islam, di saat kapan kita toleransi terhadap perbedaan dalam tubuh Islam dan disaat kapan kita tegas kepada siapapun yang hendak menghancurkan Islam. Pondasi parameter penilaian di dunia ini dibangun atas fondasi Islam sehingga bentuk ketaatan utama kita dalam mengikuti seseorang, mengambil kebijakan, berbuat suatu urusan ada pada Al-Quran dan Sunah nabi bukan berasal dari kekuatan akal semata yang dipenuhi hawa nafsu.

Sungguh betapa berpengaruhnya khilafah ditegakkan, dengan tegaknya khilafah, kita tidak akan terpecah belah oleh sekat nasionalisme, kita tidak akan egois melihat keadaan, kita tidak akan terdiam melihat saudara dan tanah islam kita hancur diserang oleh Yahudi. Khilafah islamiyah adalah kewajiban bagi kaum muslim, Khilafah itulah benteng dan perisai kita umat muslim, dengan khilafah kita akan bersatu menjadi masyarakat Islami yang memiliki perasaan, pemikiran dan peraturan yang sama, dan tentara muslim beserta senjatanya akan dikerahkan mengusir penjajah zionis laknatullah di Palestina. Senjata perang zionis laknatullah haruslah dibalas dengan kekuatan yang seimbang.

Dalam hadis riawayat Imam Muslim, Rasulullah saw. bersabda yang artinya “Sungguh Imam (Khalifah) itu laksana perisai; orang-orang akan berperang di belakang dia dan menjadikan dia sebagai pelindung (mereka)”.

Wallahua’lam bisshowab

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *