Trend Minta-Minta, Bukti Sistem Kapitalis Lahirkan Mental Pengemis

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh: Restu Febriani Subagja

 

Kegagalan pemerintah dalam menangani covid-19 menjadikan ekonomi semakin terpuruk. Perpanjangan PPKM level 4 hingga 16 Agustus 2021 membuat seluruh lapisan masyarakat khususnya menengah ke bawah semakin menjerit. Pasalnya, PPKM Darurat membatasi gerak masyarakat sehingga kesulitan bekerja dan mencari sumber penghidupan. Ditambah lagi, pemerintah seolah berlepas tangan dalam menanggung hajat hidup rakyatnya.

 

Banyak influencer, relawan dan organisasi masyarakat yang akhirnya berinisiatif untuk melakukan tindakan swadaya di tengah ketidakhadiran pemerintah. Mereka berduyun-duyun untuk menawarkan bantuan seperti paket perawatan gratis hingga transportasi, uang, dan sumbangan kebutuhan pokok. Hal ini tentu disambut baik oleh masyarakat. Mereka seperti mendapatkan angin segar di tengah penantian panjang menunggu bantuan pemerintah yang tak kunjung datang.

 

Fenomena ini pun menjadi trend di tengah masyarakat. Salah satu yang tengah populer yakni “Ikoy-ikoy” yang banyak memberikan bantuan kepada masyarakat. Namun, belakangan trend “Ikoy-ikoyan” ini menjadi buah bibir yang menuai pro dan kontra. Aksi berbagi ini dianggap mengajarkan warganet memiliki mental mengemis dengan meminta-minta pada orang yang tak dikenal. (Kompas.com, 05/08/2021)

 

Trend Minta-Minta, Lucuti Kehormatan Penguasa

 

Seiring pandemi Covid-19 yang tak kunjung terselesaikan. Jenis kepedulian masyarakat semacam itu sudah mungkin menjadi norma,  ketika jaring pengaman keuangan negara tertekan dan krisis sumber penghidupan di tengah pembatasan pergerakan. Kemiskinan semakin tak terelakkan dan ketimpangan sosial pun menganga dipertontonkan.

 

Betapa menyedihkan kenyataan ini, bahwa kita hidup dalam dalam sistem kapitalisme. Sistem yang memaksa kita untuk “get up” mandiri dari dampak pandemi tanpa kehadiran pemerintah. Pemerintah memang menggelontorkan bantuan sosial selama pandemi ini. Namun, jumlah yang kurang signifikan, distribusi yang tidak merata, serta banyak salah sasaran menjadikan bantuan ini tidak efektif untuk mengurangi efek ekonomi pandemi. Alhasil wajarlah, ketika meminta-minta menjadi trend di tengah masyarakat yang sudah frustasi dalam menyikapi dampak pandemi.

 

Pemerintah pun seolah berlepas tangan dan menyerahkan periayahan rakyatnya kepada masyarakat yang dinilai mampu. Ini seperti melucuti kehormatan penguasa dalam sistem kapitalis yang terbukti gagal dalam meriayah rakyatnya.

 

Inilah watak asli sistem ekonomi kapitalisme yang tidak pernah serius dalam mengurusi urusan rakyatnya. Yang menjadi fokus urusan mereka hanyalah pertumbuhan ekonomi dan para pengusungnya. Pada kasus Indonesia, sudahlah target pertumbuhan ekonomi tak terraih, derita di bawah garis kemiskinan pun sudah jelas di pelupuk mata. Hal inilah yang melahirkan mental pengemis untuk meminta-minta.

 

Islam Memandang

 

Di dalam Islam meminta-minta atau mengemis merupakan suatu hal yang harus dihindari bahkan dijauhi, karena itu akan menghilangkan marwah sebagai seorang muslim. Lantas, bagaimana jika berada dalam kondisi yang sangat terpaksa?

 

Demikianlah seperti yang dirasakan salah seorang sahabat, Qabishah bin Mukhariq Al Hilal. Ketika ia tidak mampu lagi menunaikan nafkahnya lantaran beratnya beban hidup yang melandanya.

 

Rasulullah Saw pun memberikannya tiga syarat. “Hai Qabishah, sesungguhnya meminta-minta itu tidak boleh, kecuali bagi salah satu dari tiga golongan. Pertama, orang yang memikul beban tanggungan yang berat di luar kemampuannya. Maka, dia boleh meminta-minta sampai sekadar cukup, lalu berhenti. Kedua, orang yang tertimpa musibah yang menghabiskan seluruh hartanya. Maka, dia boleh meminta sampai dia mendapatkan sekadar kebutuhan hidupnya. Ketiga, orang yang tertimpa kemiskinan sehingga tiga orang yang sehat pikirannya dari kaumnya menganggapnya benar-benar sangat miskin. Maka, dia boleh meminta sampai dia mendapatkan sekadar kebutuhan hidupnya. Sedangkan selain dari ketiga golongan tersebut hai Qabishah maka meminta-minta itu haram, hasilnya bila dimakan juga haram.” (HR Muslim)

 

Sistem Islam Sejahterakan Rakyatnya

 

Selama kurang lebih 1400 tahun silam, sistem Islam terbukti mampu menghadirkan sosok pemimpin yang benar dan amanah. Sistem Islam juga terbukti memberi jaminan dan kesejahteraan bagi rakyatnya, menyelesaikan setiap permasalahan umat, termasuk dalam menangani wabah.

 

Sebagaimana yang dilakukan Khalifah Umar bin Khatab saat terjadi wabah Tha’un di Syam pada 18 H. Khalifah Umar memerintahkan untuk me-lockdown daerah yang terkena wabah dan langsung membuat posko-posko bantuan agar kebutuhan pokok rakyat yang terkena wabah terpenuhi.

 

Begitupun Umar bin Abdul Aziz yang dalam dua tahun sukses memberi jaminan kesejahteraan hingga tak ditemukan orang yang berhak menerima zakat.

 

Sungguh kita merindukan pemimpin yang dapat meriayah rakyat dengan baik, layaknya Umar bin Khattab dan Umar bin Abdul Aziz, yang sukses memberikan jaminan kesejahteraan hingga tidak ditemukan orang  yang bermental pengemis untuk meminta-minta.

 

Wallahu’alam bisshowab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *