TKA MENJADI ANAK EMAS, DI MANA PPKM DARURATNYA?

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh: Rizky Apriani, S.Pd (Tenaga Pendidik Muslimah)

 

Kondisi semakin menakutkan, pandemi ini belum menunjukkan akan tanda-tandanya berakhir. Penyebaran covid-19 semakin merajalela, setiap harinya semakin banyak yang meninggal dunia karna terjangkit virus covid-19. Sehingga kebijakan dikeluarkan oleh pemerintah yang mengumumkan bahwa adanya aturan baru pengetatan yaitu PPKM Darurat (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) aturan ini mulai berlaku pada 3 hingga 20 Juli 2021 untuk wilayah Jawa dan Bali. Keputusan ini diambil untuk mencegah penyebaran covid-19 yang semakin menjadi, seiring dengan munculnya berbagai varian baru yang disebut-sebut cepat menular.(cnbcindonesia.com, 2/7/2021).

Jelas, kebijakan PPKM ini sangat berimbas pada kebijakan ada atau tidak ada kegiatan publik. Salah satu kebijakan yang dikeluarkan adalah menutup beberapa sarana publik dan sektor pekerjaan.

Namun sangat disayangkan, ditengah kebijakan PPKM Darurat diberlakukan dan kegentingan menyebarnya covid-19 dengan varian baru, Stakeholder Relations Manager, Angkasa Pura I, Iwan Risdianto membenarkan adanya kedatangan puluhan Tenaga Kerja Asing (TKA), 20 pekerja asing asal Tiongkok itu tiba di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin pada Sabtu (3/7) pukul 20.10 Wita dengan menumpangi pesawat Citilink QG-426 dari Jakarta. Secara terpisah, Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Sulsel, Andi Darmawan Bintang juga membenarkan tentang kedatangan 20 orang TKA asal Tiongkok di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin.Sejauh ini, dan total tercatat 46 TKA asal Tiongkok  telah memasuki  Sulsel,  termasuk 20 orang yang datang pada Sabtu (3/7), Sembilan orang pada 29 Juni dan 17 orang pada 1 Juli. (AntaraNews.com, 7/7/2021).

Kedatangan TKA tersebut menjadi sorotan masyarakat lantaran saat ini pemerintah tengah menerapkan  PPKM Darurat Jawa-Bali untuk menekan laju penyebaran covid-19. TKA ini sendiri mendapat kerja kontrak  perusahaan untuk membangun Smelter di kabupaten Banteang, Sulawesi Selatan. Dengan begini, masyarakat menilai bahwa pemerintah tidak peduli dengan nyawa rakyatnya. Pandangan itu juga akhirnya akan membuat tingkat kepercayaan masyarakat pada rezim jadi anjlok dan berimbas pada kepercayaan masyarakat akan kebijakan pemerintah terkait pandemi yang akhirnya akan melahirkan apatisme rakyat, salah satu bentuk nyatanya enggan di vaksin dan abai terhadap prokes.

Pandemi ini bersifat global yang penyebaran virusnya pun bersifat global, karna  tidak semua negara yang terjangkit itu benar-benar berani melocdown total negaranya. Beberapa Negara yang terjangkit berbeda-beda dalam menangani pandemi ini. Termasuk Indonesia yang kini sedang dilanda pandemi yang  sudah seperti gunung es, kebijakan yang dikeluarkan mulai dari PSBB dan sekarang dengan PPKM Darurat. Penanganan pandemi di Indonesia yang merupakan negeri mayoritas muslim tidak berdasarkan sunnah Rasulullah dan saran para pakar.

Dalam menyikapi pandemi, islam sudah memiliki solusi untuk mengatasinya. Yaitu karantina wilayah dan memisahkan orang yang sakit dari yang sehat. Nabi Muhammad saw. pernah menginstruksikan kebijakan tersebut. Caranya adalah dengan menjaga agar masyarakat yang berada di daerah wabah (pandemi) tidak keluar dari daerah wabah, sedangkan masyarakat yang berada di daerah yang tidak terkena wabah, tidak masuk ke daerah wabah.

Hal tersebut bisa jumpai dalam banyak riwayat. Di antaranya dari Nabi saw, sesungguhnya beliau  saw. bersabda, “Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu.” (HR Bukhari).

Dengan demikian pandemi ini tidak akan menyebar ke seluruh penjuru dunia, dan untuk mencegah penularannya sudah sesuai dengan ketentuan hukun syariat islam.

Inilah gambaran dari sistem sekuler kafitalis, sebab penguasa dalam sistem ini hanya bekerja untuk kepentingan korporasi semata yang telah mendanai kampanye mereka. Dan sudah sepantasnya masyarakat membuka hati dan mata bahwa situasi ini akan terus terjadi selama sistem sekuler ini masih mengurusinya, konsekuensinya hidup jauh dari syariat islam yang hanya menimbulkan penderitaan. Oleh karnanya sudah saaatnya kita kembali kepada sistem  islam yang datangnya dari sang pencipta yang akan mampu menerapkan sistem islam secara kaffah.

Wallahua’lam bi ash-shawwab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *