Terapkan Aturan Sahih, Jangan Hanya Doa Bersama

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh Widiawati, S.Pd (Ibu Rumah Tangga dan Aktivis Dakwah)

 

Pandemi sampai hari ini belum ada tanda-tanda kapan landai, sehingga mengharuskan kita semua berupaya semaksimal mungkin untuk menjaga kesehatan, mulai dari membiasakan hidup sehat agar imunitas tetap stabil. Selain itu tidak kalah penting menjaga iman agar ikhlas dan bersabar. Maka tidak ada jalan lain kecuali berserah diri dengan memperbanyak doa serta muhasabah.

Di kutip dari News.detik.com (03/07/2021). Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggi dan Transmigrasi (Mendes PDTT), Abdul Halim Iskandar mengirimkan surat resmi kepada kepala desa, pendamping desa dan warga desa untuk menggelar doa bersama.

Dalam surat resmi tersebut, ia menghimbau agar seluruh pihak melakukan doa bersama sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing. Adapun doa ini dilakukan guna menyikapi melonjaknya angka Covid-19 di Indonesia. Selain itu, Ia pun mengajak warga desa untuk selalu berdoa agar Pandemi Covid-19 berlalu dan ekonomi Indonesia bisa bangkit kembali.

Jika melihat fakta di atas, secara tidak langsung mengakui kelemahan diri kita sebagai manusia, jangankan membuat aturan hidup, menghadapi wabah Covid-19 saja sudah kewalahan. Hampir 2 tahun wabah melanda seluruh negeri, tidak terkecuali Indonesia sebagai negeri muslim terbesar. Berbagai upaya pun telah dilakukan. Mulai dari PSBB, PPKM mikro dan saat ini berjalan PPKM darurat. Masyarakat juga dihimbau untuk melakukan 3T (Testing, tracing, treatment), hingga 5 M ( memakai masker, mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir, menjaga jarak, menjahui kerumunan serta membatasi mobilisasi dan interaksi). Namun tetap tidak bisa menghentikan laju penyebaran Covid-19.

Dari semua solusi yang di terapkan pemerintah, belum ada satupun yang dikatakan berhasil menghentikan laju penyebaran virus ini. Maka Mendes menghimbau masyarakat agar melakukan doa bersama keluarga di rumah masing-masing karena ini juga di anggap bagian dari ikhtiar bukan hanya masalah teknis.

Seharusnya, himbauan ini jangan hanya dikhususkan untuk masyarakat saja, tapi juga untuk penguasa sebagai pemangku kebijakan. Karena solusi yang diterapkan saat ini, semua bergantung pada kebijakan penguasa apalagi dalam menangani wabah Covid-19 yang semakin mengawatirkan berbagai pihak. Belum lagi dampak Pandemi menyebabkan krisisnya di berbagai sektor seperti ekonomi, kesehatan, pendidikan, sosial, politik, dll. Tentu semua ini tidak bisa diselesaikan hanya dengan doa bersama, namun sumber aturan yang di terapkan tetap sama yaitu sistem kapitalis sekuler yang nyatanya memisahkan agama dari kehidupan. Manusia bebas membuat aturan sesuai dengan apa yang diinginkan dalam menjalani kehidupan. Namun untuk terkait ibadah di kembalikan kepada aturan Islam.

Sikap seorang muslim ketika di timpa musibah maka dia diminta untuk tawakal, bersabar serta berupaya mencari solusi dalam menangani permasalahan tersebut. Ini berlaku bukan hanya di level individu, namun berlaku untuk masyarakat dan juga penguasa.

Di dalam Islam, penguasa memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga ketakwaan seluruh rakyatnya. Senantiasa bermuhasabah serta banyak berdoa bukan hanya pada kondisi tertentu saja. Begitu juga dengan penguasa dalam menjalankan roda pemerintahan, kedekatan kepada Allah SWT sangat diperlukan. Bahkan menjadi syarat utama ketika ingin menjadi pemimpin. karena yang akan di terapkan adalah hukum Syara’ yang bersumber dari Nash (Al-Qur’an dan as sunah).

Dalam sistem Islam, Khalifah akan senantiasa mengontrol ketakwaan rakyat yang dipimpinnya, ketika ada bencana atau wabah maka pemimpin akan meminta rakyat agar semakin meningkatkan takarub kepada Allah SWT, selain mengupayakan solusi teknis untuk mengatasi hal tersebut, karena sejatinya apa yang menimpa masyarakat tidak lepas dari ujian bagi masyarakat, bisa juga karena kelalaian penguasa dan juga masyarakat karena kelalaian yang telah di perbuatannya.

Sebagaimana firman Allah SWT:

“Musibah apa saja yang menimpa kalian adalah akibat perbuatan kalian sendiri. Allah memaafkan sebagian besar dari kesalahan-kesalahan kalian. (TQS. Asy-Syura’: 30)

Karenanya jika kita melihat kondisi saat ini, maka sudah saatnya masyarakat dan juga penguasa introspeksi, apakah ini sebuah ujian atau teguran dari Allah SWT. Karena sekian lama telah mencampakkan hukum-hukum Islam, bahkan tidak sedikit dari kalangan muslim sendiri yang ragu terhadap agamanya. Bahkan tanpa rasa malu dan takut menolak secara terang-terangan, mengatakan bahwa hukum Islam tidak relevan dengan kemajuan zaman sekarang.

Jika benar membutuhkan pertolongan Allah SWT. Harusnya bukan hanya sekedar himbauan berdoa sesaat, namun mengajak seluruh komponen umat untuk melakukan muhasabah serta berupaya untuk kembali kepada aturan yang sahih dengan menerapkan Islam secara kaffah bukan hanya pada level individu namun pada level pemerintahan.

Maka sudah sepatutnya kita mencampakkan sistem kapitalis sekuler yang menjadi biar kerok dari seluruh problematika umat. Serta bersama-sama memenuhi seruan Allah Swt.

Sebagaimana firman-Nya :

“Wahai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan Rasul. Apabila dia menyerumu kepada suatu yang memberi kehidupan kepadamu, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan di kumpulkan.” (TQS. Al-Anfal : 24)

Wallahu a’alam bishawab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *