Tak Perlu Boikot, Palestina Cuma Butuh Khilafah

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tak Perlu Boikot, Palestina Cuma Butuh Khilafah

Ummu Maryam

Aktivis Dakwah dan Ibu Rumah Tangga

 

Sampai saat ini kekejaman Israel tak kunjung usai, mereka terus menyerang warga Palestina di berbagai sudut, bahkan bantuan makanan pun sampai saat ini belum diijinkan masuk sehingga warga Palestina banyak yang kelaparan bahkan sampai meregang nyawa.

Sungguh miris, di bulan suci ramadan ini kita bisa menjalankan ibadah puasa dengan khusyu’ dan nikmat tapi tidak dengan saudara kita disana, mereka masih saja ditindas dan diblokade, hingga sampai hari ini kaum muslim Palestina belum juga mendapat pembelaan yang nyata dari berbagai negeri.

Seruan boikot pun makin gencar diserukan, karena memasuki bulan ramadan maka seruan boikot kurma pun makin mendunia. Membuat sejumlah perusahaan kurma asal Israel ketar-ketir produk buatannya tak laku di masyarakat.

Dilansir di kumparan.com (3/3/2024), Israel adalah salah satu produsen kurma terbesar di dunia, khususnya kurma Medjool yang populer. Berdasarkan data Kementerian Pertanian Israel, nilai ekspor kurma dari Israel tembus USD 338 juta pada tahun 2022, dibandingkan dengan ekspor buah-buahan lainnya senilai USD 432 juta.

Namun yang perlu kita ketahui, boikot bukanlah salah satu senjata yang ampuh untuk menghentikan genosida di Palestina. Karena yang menjadi akar masalahnya adalah penerapan ideologi negara yang masih bersandar pada ideologi Kapitalisme, yakni ideologi yang lahir dari sekularisme yaitu pemisahan agama dari kehidupan.

Umat juga masih terbelenggu dengan paham nasionalisme yang menyebabkan hilangnya sikap peduli dan kemauan menolong saudara seiman. Padahal Islam telah mengharamkan sikap ‘ashabyah dalam wujud nasionalisme. Nabi Muhammad saw. bersabda:

مَنْ ‌تَعَزَّى بِعَزَاءِ الْجَاهِلِيَّةِ، فَأَعِضُّوهُ وَلَا تَكْنُوهُ

“Siapa saja yang berbangga-bangga dengan slogan-slogan jahiliyah (’ashabiyah), maka suruhlah ia menggigit kemaluan ayahnya, dan tidak usah pakai bahasa kiasan terhadapnya.” (HR al-Bukhari).

Oleh karena itu, sampai saat ini pun kita belum mendengar satupun negara muslim menyerukan jihad untuk membela Palestina, sikap acuh tak acuh itulah yang ditunjukkan oleh para pemimpin dunia Islam. Mereka hanya bisa mengecam, bermain retorika tanpa ada aksi nyata. Bahkan mereka dengan tidak malunya terus berkolaborasi dengan Zionis Yahudi dan Amerika Serikat.

Melihat hal ini, untuk meyelamatkan saudara di Palestina, umat muslim di seluruh dunia harus bersatu mencampakkan ideologi yang bukan berasal dari Allah Swt yaitu ideologi kapitalisme, bukan hanya memboikot produk IsraeI tetap juga memboikot ideologi nya hingga ke akar-akarnya.

Oleh karena itu, umat harus menyuarakan ideologi yang lebih layak untuk diterapkan, yaitu ideologi Islam yang jelas berasal dari Allah Swt, yang sudah pasti mampu memberikan keadilan dan keamanan bagi seluruh rakyatnya. Tidak melepas tangan jika saudaranya dilanda kesulitan dan ketidakadilan dan bersikap tegas demi keselamatan rakyatnya.

Agar negara dapat mengemban ideologi Islam, maka harus menggencarkan dakwah, dakwah yang dilakukan adalah dakwah pemikiran yang menjadikan rakyat berpegang kuat pada akidah Islam sekaligus menjadikannya sebagai Qaidah dan Qiyadah fikriyah. Dakwah inilah yang dicontohkan Nabi Saw kepada umatnya

Dan tujuan dari dakwah adalah menyadarkan umat bahwa berbagai penderitaan yang mereka alami hanya bisa dibebaskan dengan kekuatan mandiri di bawah kepemimpinan Khilafah Islamiyah. Kebutuhan umat akan institusi Khilafah Islamiyah adalah mutlak. Secara syariah mendirikan Khilafah Islamiyah adalah fardhu dan telah menjadi kesepakatan para ulama. Khilafah adalah institusi yang ditunjuk oleh syariah untuk mengurus umat melalui penerapan hukum-hukum Islam. Khilafah juga bertugas melindungi kaum Muslim dari berbagai ancaman. Nabi Muhammad saw. bersabda:

إِنَّمَا اْلإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ

“Sungguh Imam (Khalifah) adalah perisai; orang-orang berperang di belakang dia dan berlindung kepada dirinya.”(HR Muslim).

Wallahua’lam bisshawab

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *