Suara Mesjid Dianggap Berisik dan Mengusik?

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh: Nahdoh Fikriyyah Islam (Dosen dan Pengamat Politik)

 

Persoalan agama dan simbol-simbol keagamaan di zaman modern ini sangatlah sensitif. Ada yang menerimanya, ada juga yang membencinya. Sehingga konflik kerap terjadi. Tidak jarang, eksistensi ajaran suatu agama yang menjadi rutinitas ibadah dijadikan pemicu kegaduhan dan keributan. Bahkan hingga persengketaan.

 

Ada saja kelompok yang merasa tidak senang melihat orang lain menjalankan ibadah atau ajarana agamanya. Padahal, di bawah naungan pemerintahan demokrasi yang diagung-agungkan hari ini, mengharuskan siapapun untuk menghargai dan menerima perbedaan yang ada. Artinya tidak untuk dipermasalahkan.

 

Namun kelihatannya, teori toleransi ala demokrasi jauh panggang dari api. Seperti yang dilansir dari gelora.co, media online asal China, Titan24, baru-baru ini menyoroti keputusan Federasi Sepakbola Asia (AFC) yang menunjuk Indonesia sebagai tuan rumah Grup G pada kualifikasi Piala Asia U-23 2022 mendatang. Sebab, mereka mengklaim, Timnas China memiliki pengalaman buruk saat bermain di Indonesia.

 

Pertama-tama, media tersebut mengatakan, ada sejumlah hal buruk yang terjadi saat bermain di Indonesia. Misalnya cuaca yang tak nyaman, lalu lintas yang macet, serta suara dari masjid yang menurutnya tak membuat pemain China nyaman.

 

Pengalaman buruk tersebut, menurut Titan24, semakin buruk saat Timnas China berpindah hotel ke Bogor, Jawa Barat. Meski suasananya lebih tenang dan nyaman, namun suatu waktu pemain merasa terganggu berkat suara-suara yang berasal dari masjid besar di dekat lokasi. Bahkan, tak jarang, pemain tak bisa tidur nyenyak.

 

Sungguh tidak wajar. Bahkan sangat tidak wajar jika suara mesjid dianggap mengganggu bagi Timnas asal China tersebut. Meskipun dinyatakan ada beberapa gangguan lainnya, tetapi intinya, mesjid jadi pengganggu kenyamanan mereka. Apakah mereka tidak tahu sebelumnya, jika Indonesia adalah negeri muslim dengan mayoritas jumlah terbanyak di dunia? Sesempit itukah pengetahuan geopolitik dan geografi para Timnas China tersebut? Entahlah!

 

Sebagai warga negara yang menganut paham Komunis, China diketahui memiliki penduduk yang atheis. Tentu saja, bagi mereka, agama adalah suatu hal yang tidak masuk akal dan bahkan dianggap sebagai penghalang dan penghambat kemajuan. Lihat saja, baru suara azan yang mereka dengar dari mesjid sudah merasa sangat terganggu. Belum lagi yang lainnya.

 

Kebencian negara China terhadap Islam dan ajaran Islam sudah jelas terlihat dengan bukti perlakuan sadis dan kejam terhadap warga muslim di Xinjiang. Meskipun banyak negara di dunia mengecam tindakan tidak manusiawi tersebut, bahkan dinyatakan sebagai genosida pun, China tidak peduli. Berbagai alasan dikemukakan, mulai dari urusan internal China, hingga dalih memerangi ekstremisme. Padahal, warga Uyghur tidak pernah terdengar melakukan aksi-aksi teror lazimnya  yang sering diberitakan oleh media mainstream. Tetapi demi memuluskan dan menarik dukungan dunia, China tidak segan-segan melakukan kebohongan besar.

 

Wajar saja, ketika mereka datang ke Indonesia, kebencian itu tidak akan hilang seketika. Bahkan dengan sombong ditunjukkan. Perkataan merasa terganggu dengan suara mesjid adalah bentuk kesombongan warga atheis China. Tidak ada rasa menghormati atau menghargai kebiasaan  warga muslim di Indonesia. Jika tidak betah, segera saja angkat kaki dari Indonesia! Mudah bukan?

 

Begitulah kondisi jiwa dan hati manusia yang sudah tertutup hatinya oleh Sang Pencipta terhadap kebenaran. Asma Allah yang dikumandangkan seperti menyesakkan dada dan memekakkan telinga. Tidak berbeda dengan respon setan saat mendengar lafadz Allah, lari terbirit-birit dan tunggang langgang. Meskipun jasad berwujud manusia, namun jika hatinya tertutup (ingkar/kafir), respon terhadap ayat-ayat Allah bak respon setan.

 

Kebencian kelompok atheis terhadap ajaran agama wabilkhusus Islam tidak mungkin dapat mereka sembunyikan. Karena pemikiran dasar mereka memahami bahwa agama adalah candu yang memabukkan. Sesuatu yang terlarang untuk didekati apalagi diyakini.

 

Baru adzan saja sudah membuat mereka sangat terganggu dan tidak nyaman. Dan mengatakan berisik hingga mengusik ketenangan istirahat mereka. Bagaimana jika nanti Islam kembali ditegakkan secara totalitas? Bisa-bisa kaum atheis  merasa sangat kepanasan seperti terpanggang api. Wallahu a’lam bissawab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *