Oleh: M. Azzam Al Fatih
Dakwah merupakan kewajiban setiap muslim, tidak memandang status laki atau perempuan, tua maupun muda. Semuanya mempunyai Amanah dari Allah SWT untuk menyampaikan risalah Kebenaran hakiki yang membawa keselamatan dan kebahagiaan dunia maupun akhirat.
Begitu juga berdakwah tidak memandang suatu daerah. Di mana kita berpijak di situlah tempat lahan berdakwah. Entah di perkotaan yang lokasinya mudah dijangkau serta banyak temen yang selalu mensupportnya. Atau mungkin berada di wilayah terpencil, dengan lokasi pegunungan yang penuh hutan belantara, rumah masih jarang serta jalannya suram. Hal ini bukan suatu alasan bagi seorang pengemban dakwah, Justru menjadi pemantik lahan pahala dari Tuhannya, Allah SWT.
Hal inilah yang kami rasakan, di mana berdakwah berada di lokasi pegunungan dengan kondisi jalan penuh dengan perbukitan nan jauh dari hiruk pikuk keramaian. Namun kondisi seperti ini tak pernah menjadi kendala bagi para pejuang dakwah yang senantiasa Istiqomah, ikhlas dan bermental pemenang.
Pejuang dakwah, kehidupannya sangat sederhana namun semangat membara selalu melekat pada dirinya. Tak pernah mengeluh atas problem pribadinya, karena pada dirinya sudah tertanam pemahaman aqidah yang benar. Jiwa dan hatinya senantiasa berdiri kokoh, gegap gempita dalam membela agama tatkala dihina dan di nistakan oleh kaum kafir dan munafik. Apalagi dalam urusan menegakkan daulah Khilafah Islamiyyah yang sangat penting untuk diperjuangkan demi berlangsungnya kehidupan yang rahmatan Lil Alamin.
Hal ini pernah ditunjukkan tatkala ada panggilan aksi dalam rangka membela Al Qur’an yang pernah dinistakan oleh Ahok beberapa tahun yang lalu di Jakarta. Di mana jarak yang sangat jauh dan mengeluarkan dana yang besar untuk ukuran kami yang kesehariannya sebagai petani gunung yang lahannya gersang.
Kami pun selalu hadir dalam aksi – aksi besar semisal membela bendera tauhid yang pernah dinistakan juga. Karena inilah yang menjadi asbab ghiroh dakwah membara. Apalagi kami selalu didampingi oleh para tokoh yang usianya sudah sangat senja, kisaran usia 50 sampai 70 an. Saya menyebut beliau mendampingi dalam arti menjaga ghiroh perjuangan, sebab pada dirinya terdapat pancaran semangat yang melebihi kaum muda. Teringat nasehat beliau, ” apa yang kita inginkan di dunia, semua hanya semu, menipu maka manfaatkan hidup untuk membela agama Allah SWT”. Semoga Allah SWT merahmati dan menjaga beliau setiap langkahnya.
Sungguh menjadi inspirasi dan tauladan bagi kami apa yang telah beliau perjuangkan. Usia boleh menua namun semangat tetap muda, fisik boleh rapuh namun dakwah tak boleh roboh.
Memang benar, dari tauladan ghirohnya membuat para pemuda bangkit bak seekor singa yang bangun dari tidurnya, penuh semangat, gembira dan berkobar jiwa raganya menyampaikan risalah Kebenaran. Kehidupannya dipenuhi aktivitas perjuangan Agama, demi mewujudkan kehidupan yang islami yang pernah ada dan berjaya memberi Rahmat semua manusia. Menyelamatkan kerusakan dunia akibat ulah manusia sendiri serta menyelamatkan manusia dari siksa dan azab yang pedih akibat mengabaikan syar’iat Allah SWT.
Melangkah dengan ringan walau harus melampaui perjalanan jauh. Gelapnya malam tak membuatnya kendor, sepinya jalan juga tak membuatnya malas. Terus melangkah dan Maju terus pantang mundur untuk membela agama Allah SWT sampai mulia bersama dakwah atau syahid di dalam dakwah ini.
Wahai kaum muslimin sambutlah seruan dakwah kami, untuk bersama – sama melakukan perubahan yang lebih baik dengan kembali kepada hukum Allah SWT secara kaffah dalam institusi Daulah Khilafah Islamiyyah. Sebab tanpa institusi sangat tidak mungkin terlaksana penerapan syariat Islam yang Kaffah.
Semoga apa yang kita perjuangkan menjadi hujjah dihadapan Allah SWT sebagai kewajiban seorang muslim. Dan semoga Allah SWT segera memberi pertolongan kepada kaum muslim dengan Tegaknya Daulah Khilafah Islamiyyah. []