Sekulerisme  Merusak Fungsi Keluarga

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Sekulerisme  Merusak Fungsi Keluarga

Oleh Uyun

Kontributor Suara Inqilabi

 

Rumah seharusnya adalah tempat ternyaman bagi anak, karena di sanalah anak bisa mendapatkan kasih sayang dari keluarga. Namun siapa sangka Ibu yag selama ini mendidik dan membesarkan anak tega menghabisi nyawa anaknya. Kekerasan dalam rumah tangga terjadi kembali hingga menyebabkan anak meninggal.
Rabu (4/10/2023) warga Desa Parigimulya, Kecamatan Cipunagara, Kabupaten Subang, Jawa Barat Blok Sukatani, Desa Bugis, Kecamatan Anjatan, Kabupaten Indramayu, seorang anak usia 13 ditemukan tewas di pinggir sungai dalam kondisi berlumuran darah dengan tangan terikat ke belakang.( Kompas.id)

Dari hasil penyelidikan, anak usia 13 tahun ini dibunuh oleh ibunya sendiri, dibantu oleh sang paman serta kakeknya. Korban setelah dianiaya, dalam kondisi hidup dibuang oleh ibunya ke saluran irigasi. N mengatakan setelah dianiaya anaknya masih bisa bicara meskipun tubuhnya penuh luka. hingga akhirnya anak di dibonceng dan dibuang di aliran irigasi dan ditemukan tewas oleh warga. Hidup di jalanan, masuk rumah dari atap, diketahui lebih banyak tinggal di jalanan setelah ayahnya bercerai dengan ibunya,. Selain tinggal di rumah kakeknya, ia  juga kerap tinggal di pos ronda dan tempat umum lainnya.

Miryam Sigarlaki, seorang psikolog dari Universitas Jendral Achmad Yani (Unjani) menilaikejadian pembunuhan ini bermula dari seorang ibu mengalami stres berat karena kondisi psikologis bercerai dan kesulitan ekonomi, Kemungkinan kedua adanya kelainan dari perilaku, bias saja gangguan jiwa. Kemungkinan terakhir adalah masalah keluarga. Ini terjadi karena kurangnya dukungan keluarga besar yg mempengaruhi emosi sang ibu.

Sudah seharusnya keluarga memiliki delapan fungsi, yakni reproduksi, ekonomi, edukasi, sosial, proteksi, rekreasi, afeksi, dan religiositas. Delapan fungsi tersebut dapat berjalan dengan baik, kalau terjadi sinergi antara seluruh anggota keluarga, baik orang tua maupun anak.

Pada kasus di atas, semua fungsi tersebut jelas belum berjalan dengan sempurna, kecuali fungsi reproduksi meskipun sehabis itu keluarga tersebut berpisah. Perpisahan ini akhirnya menimbulkan masalah pada fungsi lainnya. Fungsi ekonomi juga belum berjalan mulus, kelihatan dari sang anak yang putus sekolah pada usia 13 tahun.

Keluarga juga tidak berperan sebagai tempat edukasi terbaik bisa dilihat dari sang anak suka mencuri, bahkan berani memukul orang yang lebih tua. Ketika seorang Ibu melukai bahkan membunuh, berarti selama ini fungsi proteksi belum bisa diberikan. Selain itu, tidak ada fungsi religi yang nampak dari keseharian anak atau sikap orang tua yang tidak mampu mengontrol emosi dalam menghadapi anaknya.

Perkara diatas bukan sesuatu yang pertama kali terjadi. Banyak kasus-kasus lain yang terjadi baik yang terekspos maupan tidak. Yang perlu menjadi perhatian kita bersama adalah penyebab di balik para ibu tega berbuat jahat terhadap anaknya sendiri. Penyebanya ada beberapa faktor misal kasus KDRT, faktor ekonomi, emosi hingga moral dan iman

Sekularisme adalah faham yang memisahkan peran agama dari kehidupan. Faham ini meracuni umat islam pada setiap sendi kehidupan, terlebih lagi pada keluarga.

Fungsi religi rusak karena sekularisme. Keluarga yang tidak memiliki pemahaman agama menjadikan mereka melakukan hal-hal yang tidak tepat karena belum paham mana yang benar dan salah. Mereka juga mendidik anak dengan cara apa saja, walau dengan kekerasan, misalnya. Jika ada masalah, diselesaikan dengan gegabah, emosi tidak terkontrol, bahkan menuruti hawa nafsu saja. Ketika fungsi ini sudah rusak, otomatis fungsi yang lain juga ikut rusak.

Penerapan kapitalisme dalam kehidupan bernegara juga membuat kesenjangan yang jauh antara yg kaya dan miskin. Orang miskin berjuang sendiri di tengah sulitnya memenuhi kebutuhan. Akibatnya, fungsi ekonomi dalam keluarga belum bisa berjalan sebagaimana mestinya.

Islam Menjaga Fungsi Keluarga

Sekulerisme kapitalisme hari  ini berperan besar dalam mengakibatkan berbagai masalah, bahkan sampai merusak fungsi keluarga, berbeda dengan Islam yang berusaha menjaganya. Islam mengajarkan agar setiap muslim menjadikan Islam sebagai petunjuk dalam hidup yang akan mengajak manusia menjadi individu yang beriman dan bertakwa kepada Allah Taala. Dengan demikian manusia akan berusaha untuk mentaati aturan Allah Ta’ala dalam segala hal, termasuk dalam berkeluarga. Orang tua dan anak akan memahami segala tanggung jawabnya dan saling membantu dan memahami satu sama lainnya. Islam memiliki seperangkat aturan sempurna yang sesuai dengan fitrah manusia dan menjamin terwujudnya berbagai hal penting dalam kehidupan seperti kesejahteraan, ketenteraman jiwa, terejaganya iman dan takwa kepada Allah

Negara dalam Islam memiliki tanggung jawab sebagai pengatur urusan rakyat. Sehingga wajib memastikan individu keluarga terpenuhi kebutuhannya. Apabila ada rakyat yang miskin, maka negara hadir untuk menjamin kebutuhannya melalui pos zakat. Jika mereka tidak ada pekerjaan, negara juga akan memberikan modal atau menyediakan pekerjaan. Sedangkan untuk sekolah, layanan kesehatan, dan lainnya, akan disediakan negara secara berkualitas dan terjangkau, bahkan gratis.

Islam memiliki kemampuan untuk melakukan penjagaan terhadap fungsi keluarga. Satu- satunya cara agar kasus diatas tidak terjadi lagi adalah dengan menerapkan Islam dalam seluruh aspek kehidupan.

Wallahu’alam bish-shawwab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *