Sekuler Liberal Melahirkan Kejahatan, Umat Butuh Syariat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh: Andriani

 

Insiden penembakan yang menewaskan 10 orang dan 3 korban terluka yang dilakukan oleh seorang pemuda berumur 18 tahun pada Senin (16/5/2022) di sebuah supermarket di Buffalo, New York, AS, begitu menarik perhatian banyak orang. Tersangka melancarkan aksinya dengan senjata dan mengenakan perlengkapan militer, melakukan streaming langsung dengan kamera di helmnya, melepaskan tembakan brutal. Diketahui pelaku melakukan hal tersebut karena motif rasial. Pelaku mengaku menaruh kebencian terhadap warga AS yang berkulit hitam. Karena di tempat tersebut didiami oleh ras yang berkulit hitam di bagian New York. Alhasil 10 orang berkulit hitam tewas. Kini tersangka terancam hukuman penjara seumur hidup tanpa pembebasan bersyarat (merdeka.com).

 

Kejadian tersebut bukan lah yang pertama kali terjadi di AS. Sepanjang tahun 2021, tercatat 103 penembakan massal yang telah terjadi. Salah satunya di Atlanta, 16 Maret 2021, terjadi penembakan yang menewaskan 8 orang, diantaranya 6 perempuan, tepatnya di day spa di sekitar Atlanta AS (tribun.com). Parahnya lagi, dalam sebulan terakhir terjadi 4 kali kasus penembakan di AS, yaitu penembakan yang terjadi di stasiun bawah tanah di Brooklyn, New York, Selasa, 22 April 2022. Dalam kejadian tersebut dilaporkan 30 orang terluka.

 

Masih pada bulan yang sama, kejadian penembakan yang terjadi di Washington DC pada 22 April 2022 waktu setempat dilaporkan 4 orang terluka. Juga penembakan yang terjadi di sebuah pusat perbelanjaan Columbia, ibukota Carolina Selatan, AS, 16 April 2022 waktu setempat. Kejadian tersebut terjadi di mal Columbia, sekitar 10 mil dari pusat kota Columbia.

 

Kejadian yang sangat memprihatinkan. Betapa tidak, nyawa manusia seakan-akan tidak berharga. Seseorang dapat menghilangkan nyawa dengan sadis dan kejam kapan saja. AS sebagai negara yang mengaku adidaya dan mampu memposisikan diri sebagai negara super power tersebut, telah kita ketahui mengemban ideologi atau sistem sekularisme kapitalisme. Sistem yang nyatanya begitu rapuh dan lemah, tidak mampu mengatur urusan rakyatnya agar hidup aman dan rukun. Alhasil kebebasan yang dijunjung tinggi pun menjadikan warga negaranya bebas berbuat apa saja termasuk menghilangkan nyawa seseorang dengan sekehendaknya. Hal tersebut pastinya sangat tidak layak untuk dijadikan panutan atau menjadi kiblat dunia dalam membangun masyarakat.

 

Selain itu, hal-hal yang terlihat di luar dari fitrah manusia, begitu banyak fakta yang didapat seperti seks bebas, minum minuman keras, LGBT dan lain sebagainya. Penyimpangan-penyimpangan itu kerap terjadi lantaran aturan negara melegalkannya karena menyangkut kepuasan pribadi seseorang. Intinya segala sesuatu yang memuaskan naluri yang berada di luar dari fitrah manusia akan sangat mungkin dilakukan, termasuk kepemilikan senjata yang mengakibatkan ketika emosi dan kebencian memuncak langsung diluapkan dengan membunuh.

 

Sampai kapanpun aturan semacam itu tidak akan mampu membawa manusia merasa aman dan tentram. Karena aturan yang diemban yaitu aturan sekuler liberal yang memisahkan agama dari kehidupan, berdasarkan hawa nafsu, cenderung melahirkan manusia yang gemar melakukan kemaksiatan dan akibatnya banyak yang dirugikan. Kehidupan seseorang akan berjalan sesuai dengan sekehendaknya, bukan sesuai dengan aturan yang benar. Akibatnya manusia akan susah menemukan keamanan dan ketentraman jiwa yang hakiki.

 

Manusia adalah makhluk ciptaan Allah dengan seperangkat aturanNya yang menjadikan manusia berjalan lurus sesuai dengan fitrahnya. Aturan tersebut berada di dalam Al-Qur’an dan As-Sunah. Ketika manusia menjalani hidup sesuai dengan petunjuk dari Allah SWT dan Rasul-Nya, sudah pasti dia akan bahagia. Tetapi kalau petunjuk tersebut datangnya dari selain Allah, maka tunggu lah kehancurannya. Seperti yang kita ketahui, bukan hanya AS, tetapi negara pengekor seperti negara-negara di belahan dunia saat ini tidak ada satu pun yang mengemban mabda Islam, jadi tidak heran seringkali kerusakan moral dan akhlak sudah banyak yang ditampakkan dan tunggu lah kehancuran.

 

Berbeda dengan aturan Islam, aturan ini hanya mampu diterapkan jika negara mengembannya, seperti pada kepemimpinan Rasulullah dan para  khalifah setelahnya, yang mana umat dipahamkan dengan syariat Islam. Dengan demikian akan terjaga dari hal-hal yang tidak dinginkan. Totalitas menghambakan diri kepada Allah, maka akan tercipta kerukunan antar umat, saling menyayangi dan mencapai kemerdekaan yang hakiki. Karena pada dasarnya Allah menciptakan manusia hanya untuk beribadah kepadaNya.

 

Dibandingkan dengan sistem sekularisme kapitalisme yang hanya mengikuti hawa nafsu semata. Jadi tidak heran ketika tingkah laku manusia saat ini begitu bebas, aturan hidup yang liberal atau serba bebas dan gaya hidup yang hedonis ala kapitalis membuat manusia lalai. Apalagi kampanye radikalisme, intoleran dan terorisme kerap menyasar Islam dan kaum muslim, maka yang terlahir adalah Islamofobia. Padahal kalau seseorang mau berpikir justru tindakan yang di luar dari syariat Islam lah yang layak disebut teroris, intoleran dan radikal seperti yang dilakukan pemuda AS di atas dan pelaku lainnya.

 

Sudah pasti umat butuh syariat Islam yang mampu menjadikan umat menjalani hidup sesuai dengan fitrahnya. Seperti yang dicontohkan pada masa Rasulullah dan khalifah setelahnya yang mampu menerapkan syariat Islam secara kaffah. Yang pastinya dalam naungan khilafah Islamiyyah. Wallahu a’lam bishawab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *