Oleh: Irma Indriyani (Founder Komunitas Menulis Sukasari)
Beberapa hari ini umat muslim sedang menuai suka cita. Pasalnya, Hagia Sophia telah kembali menjadi masjid setelah sempat berstatus museum dan ditetapkan UNESCO sebagai warisan dunia.
Melalui akun Twitternya, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menganggapnya sebagai kebangkitan bangunan bersejarah tersebut.
“Kebangkitan Hagia Sophia…,” tulis Erdogan di akun @RTErdogan yang dilihat detikcom pada Sabtu (11/7/2020). Tweet ini mendapat 23 ribu retweet dan komentar serta 76 ribu like dari para netizen. (Detik.com)
Keputusan Turki untuk menetapkan Hagia Sophia kembali menjadi masjid menimbulkan respon beragam baik di domestik Turki sendiri maupun publik internasional. Presiden Recep Tayyip Erdogan melalui siaran televisi nasional mengumumkan keputusan itu setelah pengadilan Turki membatalkan status museum Hagia Sophia pada Jumat (10/7).
Adapun respon negatif muncul dari Uni Eropa (UE) yang menyesalkan keputusan Presiden Turki Tayyip Erdogan untuk menyatakan Hagia Sophia di Istanbul sebagai masjid. Itu dilakukan setelah pengadilan tinggi memutuskan bahwa konversi bangunan itu menjadi museum ilegal.
“Keputusan Dewan Negara Turki untuk membatalkan salah satu keputusan penting Turki modern dan keputusan Presiden Erdogan untuk menempatkan monumen di bawah pengelolaan Presidensi Urusan Agama sangat disesalkan,” kata kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (11/7/2020). (Sindonews.com)
Gereja Ortodoks Rusia pun menyatakan kekecewaannya atas keputusan Turki untuk mencabut status museum Hagia Sophia dan menuduhnya sebagai pengabaian terhadap suara jutaan umat Kristen.
“Sangat mengecewakan bahwa keprihatian Gereja Ortodoks Rusia dan gereja-gereja Ortodoks lainnya tidak didengar,” kata pejabat Gereja Ortodoks Rusia Vladimir Legoida, dilansir dari Reuters, Sabtu (11/7/2020).
“Keputusan ini, sayangnya, tidak ditujukan untuk merekonsiliasi perbedaan yang ada. Tapi sebaliknya, dapat menyebabkan perpecahan yang lebih besar,” sambungnya. (Kompas.com)
Menteri Luar Negeri Siprus Nikos Christodoulides sangat mengutuk tindakan Turki tersebut. Dia menyebut keputusan itu sebagai upaya untuk mengalihkan opini domestik dan menyerukan Turki untuk menghormati kewajiban internasionalnya.
Kekecewaan juga nampaknya muncul dari Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Morgan Ortagus atas pengalihfungsian Hagia Sophia menjadi masjid. Dia pun berharap agar Pemerintah Turki tetap membuka akses masuk Hagia Sophia bagi semua pengunjung.
“Kami memahami bahwa Pemerintah Turki tetap berkomitmen untuk mempertahankan akses ke Hagia Sophia untuk semua pengunjung dan berharap mendengar rencana pengelolaan Turki guna memastikannya tetap dapat diakses tanpa hambatan untuk semua,” kata dia. (Kompas.com)
Selain mendapatkan respon negatif dari dunia barat, pengembalian fungsi Hagia Sophia sebagai masjid disambut suka cita oleh sebagian orang. Khususnya bagi umat islam di tanah air.
Hal senada dirasakan oleh penduduk Siprus Utara, negara yang hanya diakui oleh Turki itu mengaku senang dengan pembukaan Hagia Sophia sebagai masjid. “Keputusan untuk menggunakannya sebagai masjid, pada saat yang sama dikunjungi sebagai museum, adalah membanggakan,” kata Perdana Menteri Ersin Tatar.
Sementara itu, kelompok Hamas menyambut baik putusan Erdogan tersebut. “Pembukaan Hagia Sophia untuk beribadah adalah momen yang membanggakan bagi semua Muslim,” kata Kepala Kantor Pers Internasional Hamas, Rafat Murra. Menurutnya, keputusan itu berada di bawah hak kedaulatan Turki.
Dalam pandangan banyak warga Turki, alih fungsi Hagia Sophia menjadi masjid akan dapat menunjukkan identitas Turki sebagai negara berpenduduk mayoritas muslim dengan lebih baik. Mengingat sejumlah kelompok masyarakat di Turki memang selama bertahun-tahun sudah mendesak pemerintah mengubah fungsi Hagia Sophia menjadi masjid.
Terlepas dari reaksi netizen, warga internasional, dan sikap tiap negara, Hagia Sophia memang punya sejarah yang sangat panjang. Dikutip dari History, Hagia Sophia jadi saksi kejatuhan dan kebangkitan dinasti penguasa Turki. Saksi sejarah tentang sebuah kejayaan Islam, jejak puncak mercusuar Islam di Eropa Timur, bahkan cahayanya menembus ke seluruh penjuru dunia kala itu.
Seperti yang kita tahu, bahwa umat islam saat ini banyak yang sudah merindukan kebangkitan. Tidak mau lagi ada dalam genggaman imperialisme barat. Mereka mengerahkan segenap kemampuannya demi tegaknya agama Allah di muka bumi ini.
Memang sudah selayaknya kaum muslimin memperoleh kemenangan. Sebab, dalam banyak ayat al-Qur’an, Allah ta’ala menjanjikan bahwa kemenangan serta kekuasaan di muka bumi ini hanya akan diwariskan kepada orang-orang beriman. Diantaranya Allah ta’ala berfirman:
إِنَّ الْأَرْضَ لِلَّهِ يُورِثُهَا مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ
“….Sesungguhnya bumi (ini) kepunyaan Allah; dipusakakan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya. Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa,” (QS. Al-A’raf: 128)
Jika dicermati lebih dalam maka akan kita dapati bahwa janji kemenangan itu tidak terbatas pada generasi tertentu saja. Demikian juga Allah ta’ala juga tidak menjajikan kemenangan itu hanya kepada umat Islam di wilayah tertentu saja. Namun janji itu menyeluruh diberikan kepada orang-orang beriman.
Namun yang Allah batasi di sini hanyalah syarat dan ketentuan bagi siapa saja yang menginginkan kemenangan tersebut. Siapa pun dari generasi umat ini dan di mana pun hidupnya, ketika syarat dan sifat thaifah manshurah (Kelompok yang ditolong oleh Allah) itu diwujudkan maka Allah pasti menurunkan kemenangan kepada mereka. (Kiblat.net)
Lebih ditegaskan lagi tentang janji kemenangan bagi Rasulullah melalui dakwah dan perjuangan dalam surah al-Fath ayat 21. Allah SWT berfirman:
وَّاُخْرٰى لَمْ تَقْدِرُوْا عَلَيْهَا قَدْ اَحَا طَ اللّٰهُ بِهَا ۗ وَكَا نَ اللّٰهُ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرًا
“dan (kemenangan-kemenangan) atas negeri-negeri lain yang tidak dapat kamu perkirakan, tetapi sesungguhnya Allah telah menentukannya. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
Maksudnya ayat ini adalah Allah telah menjanjikan kepada Muslimin untuk menaklukkan negeri-negeri yang lain, yang di waktu itu mereka belum dapat menaklukkannya; tetapi negeri-negeri itu telah dipastikan Allah untuk ditaklukkan oleh kaum Muslimin dan dijaga-Nya dari penaklukan-penaklukan orang-orang lain. Janji Allah ini telah terbukti dengan ditaklukkannya negeri-negeri Persia dan Rumawi oleh Muslimin dan tentu pada masa-masa yang akan datang, ayat ini masih terus berlaku hingga datangnya hari kiamat. (Republika.com)
Kemenangan islam adalah janji dari Allah, sementara manusia hanya bisa berusaha untuk meraih kebangkitan itu dengan dakwah dan perjuangan. Wallahu a’lam bish-showab.