Prostitusi Online Hasil dari Sistem Sekularisme
Yanti ummu Haziq
Kontributor Suara Inqilabi
Lagi dan lagi, sudah sering kita dengar berita tentang prostitusi online. Tidak hanya tahun ini saja para aparat menangkap seorang mucikari prostitusi online, tahun-tahun sebelumnya pun sudah banyak pemberitaan tentang kasus prostitusi online ini.
Melihat fenomena tersebut mungkin saja banyak masyarakat yang mempertanyakan kenapa kejadian seperti ini terus terulang, bahkan mereka tidak lagi terkejut mendengar pemberitaannya.
Di zaman yang semakin canggih teknologinya ini maka semua hal tentu saja akan semakin di permudah, termasuk prostitusi. Jika zaman dulu harus ada sarana atau satu tempat khusus untuk menempatkan kegiatan prostitusi, maka hari ini kegiatan prostitusi tersebut bisa lewat Dunia maya.
Seperti di beritakan di Tribunnews.com (Kamis, 14 Maret 2024) bahwa aparat Polisi telah menangkap seorang Mucikari Dimas Tri Putra (27) yang dapat menghasilkan uang hingga 300 juta dari menjalankan bisnis Prostitusi Online di kota Bogor, Jawa Barat.
Dimas si mucikari menjual 20 perempuan dengan tarif hingga 30 juta kepada pria hidung belang di berbagai wilayah di Indonesia. Dia menggeluti bisnis haram tersebut dari tahun 2019.
Kasat Reskrim Polresta Bogor Kota, Kompol Luthfi Olot Gigantara mengatakan 20 pekerja seks komersil (PSK) yang di miliki Dimas semuanya sudah dewasa. Mereka datang dari profesi yang berbeda yakni caddy golf, Selebgram, Mantan Pramugari hingga Putri Kebudayaan.
Kata Luthfi, Dimas dan puluhan wanita tersebut awalnya sebatas teman nongkrong di Tempat Hiburan Malam (THM). Usai sering bertemu di THM, Dimas pun kerap meminta telepon. Dimas kemudian menawarkan pekerjaan kencan Short Time (ST) dan Long Time (LT).
Untuk tarif dalam sekali kencan ada yang 5 juta sampai dengan 15 juta. Tak semua bisa berhubungan langsung WA dengannya, dia harus kenal dulu secara eksklusif dan kemudian di tawarkan melalui Platform WA nya.
Untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya tersebut, pelaku di jerat UU Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) dengan ancaman hukuman selama 15 tahun penjara.
Kapolresta Bogor Kota Kombes Pol Bismo Teguh Prakoso mengatakan bahwa Dimas mempunyai kode ketika hendak melakukan transaksi prostitusi online.
Sistem Sekuler Kapitalisme merupakan akar permasalahan yang menyebabkan maraknya prostitusi online di kehidupan Masyarakat. Ada beberapa alasan mengapa sistem Sekuler Kapitalisme ini menjadi penyebab maraknya prostitusi online.
Pertama, Sistem sekuler menyebabkan masyarakat tidak ingin memakai aturan Allah dalam kehidupan sehari-harinya. Mereka percaya bahwa Allah hanya mengatur ibadah untuk diri sendiri saja dan sebatas ibadah ritual saja.
Orang-orang yang hidup dengan sistem Sekuler ini hanya mengutamakan syahwat dalam memimpin perilakunya, hal ini timbul karena mereka hanya mengikuti aturan dari Manusia yang tentu saja lemah.
Kedua, setiap pebisnis yang berada di bawah naungan sistem Sekuler Kapitalisme tidak memperhatikan halal atau haram dalam menjalankan bisnisnya. Karena dalam benak mereka hanya terpikirkan keuntungan materi saja, tanpa mempertimbangkan mudarat nya.
Ketiga, dalam negara yang mengemban sistem Sekuler ini, tidak ada pasal yang dapat menjerat para pengguna PSK atau pun PSK nya itu sendiri, aturannya hanya menjerat mucikari nya saja.
Aturan hukum yang menjerat para pengguna PSK atau PSK itu sendiri hanya terkait dengan pasal perzinaan, itu pun hanya untuk suami yang sudah ber istri dan sebaliknya. Adapun terkait dengan perda prostitusi, sudah jadi rahasia umum bahwa hukum di negara kita ini Tajam ke bawah dan tumpul ke atas. Para pejabat dan Sultan kebal dengan hukum.
Keempat, dalam sistem Sekuler Kapitalisme para pengusaha dan pihak swasta di berikan wewenang untuk mengatur perekonomian dalam Negara. Maka menyebabkan rakyat miskin semakin menderita. Mereka terpaksa menjadi PSK hanya untuk memenuhi kebutuhan pokok saja.
Di dalam Sistem Islam berbagai persoalan kehidupan Manusia pasti ada solusinya bahkan prostitusi online.
Pertama, Allah memerintahkan Manusia agar umatnya menerapkan Islam secara menyeluruh.
Allah SWT berfirman ” Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaitan, sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu”.
Kedua, sistem kehidupan Islam akan melahirkan manusia-manusia yang beriman dan bertakwa. Alhasil, apapun yang mereka lakukan akan terikat dengan aturan Allah Ta’ala sebab tolak ukur perbuatan seorang muslim adalah halal dan haram. Begitupun standar kebahagian seorang hamba, yakni rida-Nya.
Maka dari itu secara otomatis tidak akan adanya permintaan prostitusi. Begitu pun dengan pebisnis, mereka akan takut akan azab Allah nanti di akhirat.
Ketiga, Dalam sistem Islam sanksi yang di berikan kepada pelaku prostitusi dan pebisnis akan sangat menjerakan sehingga mereka tidak akan mengulangi perbuatan itu lagi, dan orang lain yang melihat pun tidak ingin melakukan hal tersebut.
“Ambillah dari diriku, ambillah dari diriku, sesungguhnya Allah telah memberi jalan keluar (hukuman) untuk mereka ( pezina). Jejaka dan perawan yang berzina hukumannya dera seratus kali dan pengasingan selama satu tahun. Sedangkan duda dan janda hukumannya dera seratus kali dan rajam.”(HR.Muslim)
Dan untuk mucikari, ada pengadilan yang akan menentukan hukuman berupa takzir. Hukuman mereka bisa lebih berat karena di dalamnya terdapat unsur perdagangan manusia.
Keempat, Islam mempunyai sistem ekonomi yang akan menyejahterakan rakyat. Seorang pemimpin dalam Islam wajib untuk melayani rakyatnya.
Seorang suami akan di beri pekerjaan yang layak agar dapat memberikan nafkah kepada keluarganya. Sedangkan perempuan akan di jamin kebutuhan hidupnya oleh negara. Sehingga mereka tidak akan terbebani oleh pencarian nafkah yang bagaimana sedang terjadi dalam kehidupan saat ini. Demikianlah, di bawah sistem Islam kehidupan jauh dari kemaksiatan dan penuh dengan kesejahteraan. Oleh karena itu pada bulan yang mulia ini, mari kita langit kan do’a agar dan semakin semangat untuk berikhtiar agar aturan Allah SWT akan segera tegak di muka bumi ini.
Wallahu a’lam Bish-shawab
