Oleh: Farida Widiyanthi, SP
Pada laman berita kompas.tv, Presiden Perancis Emmanuel Macron beri klarifikasi terkait pernyataan soal kartun Nabi Muhammad. Ia juga mengatakan dapat memahami kemarahan umat muslim yang dikejutkan oleh kartun kontroversial yang menggambarkan Nabi Muhammad. Dilansir BBC, dalam sebuah wawancara dengan Al Jazeera, Macron tegaskan ia tidak bisa menerima pembenaran atas tindakan kekerasan. Macron jelaskan ia meyakini bahwa reaksi keras dari negara-negara muslim karena orang-orang telah salah memahami bahwa ia mendukung kartun itu dibuat oleh pemerintah Perancis. “Saya memahami sentiment yang diungkapkan. Tapi anda harus tahu tugas saya sekarang, yakni melakukan dua hal; untuk menenangkan kondisi dan juga untuk melindungi hak-hak ini,” ujarnya merujuk pada hak berekspresi bagi mereka yang menciptakan kartun tersebut.
Sontak pernyataan Presiden Perancis itu pun mendapat kecaman dari berbagai negara, salah satunya Indonesia. Dilansir dari Kontan.co.id “Indonesia mengecam keras terjadinya kekerasan yang terjadi di Paris dan Nice yang telah memakan korban jiwa. Indonesia juga mengecam pernyataan keras yang menghina agama Islam, yang telah melukai perasaan semua umat islam diseluruh dunia, yang bisa memecah belah persatuan umat beragama di dunia, disaat dunia memerlukan persatuan untuk menghadapi pandemic covid-19,” tegas presiden Jokowi, sabtu (31/11)
Penistaan terhadap marwah Nabi Muhammad SAW dewasa ini terus berulang karena banyak kaum muslim dan tokoh-tokohnya memilih diam. Mereka berfikir bahwa diam dan bersabar ketika Nabi saw. dinista adalah sebuah kebaikan. Padahal bungkamnya mereka akan membuat penistaan kian terjadi. Mereka pun sebenarnya telah berdosa karena mendiamkan kemungkaran. Mereka seperti lupa sindiran Imam asy-Syafi’i kepada yang diam ketika agama nya dihina. “Siapa yang dibuat marah namun tidak marah maka ia adalah keledai.” (HR. AL Baihaqi).
Ghirah adalah rasa cemburu dalam konteks beragama adalah konsekuensi dari iman itu sendiri. Orang yang beriman akan tersinggung jika agamanya dihina, bahkan agama itu akan didahulukan daripada keselamatan dirinya sendiri. Beliau juga mempertanyakan orang yang tidak muncul ghirah nya Ketika agamanya dihina, beliau menyamakan mereka seperti orang yang sudah mati. (Ulama besar Buya Hamka rahimahullah).
Penistaan terhadap Nabi saw juga terjadi karena prinsip kebebasan bicara yang diberikan sekulerisme-liberalisme yang memberikan panggung kepada orang-orang yang mendengki dan terus menyerang Islam. Mereka dilindungi oleh berbagai peraturan dan orang yang bersekongkol dengan mereka. Kedengkian yang tersimpan dalam hati mereka bahkan jauh lebih besar lagi.
Agama ini sungguh tidak dapat terlindungi jika umat tidak memiliki pelindung yang kuat. Karena itu wahai kaum muslim, marilah kita bela agama kita! Belalah Nabi kita yang mulia! Sungguh Nabi kita yang mulia telah berjuang membela nasib kita agar menjadi hamba-hamba Allah Swt. yang layak mendapatkan jannah-Nya kelak. Sungguh, saat ini umat membutuhkan pelindung yang agung, itulah khilafah dan kelak tidak akan ada lagi penistaan-penistaan yang terjadi karena umat tidak akan mendiamkan hal tersebut.
Wallahu’alam bi ash-shawab.