Pemuda Berkepribadian Rapuh dalam Didikan Sekularisme

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh: Nurpah Achmad

 

Anak merupakan aset berharga bagi negara terkhusus bagi keluarga, dimana jika anak diberi pendidikan yang layak maka akan memberikan kebanggaan bagi negara ataupun keluarganya. Perlindungan dan penjagaan seorang anak tidak hanya dilimpahkan kepada keluarganya semata tapi negara juga berperan penting dalam memberikan perlindungan dan fasilitas yang dibutuhkan anak dalam masa pertumbuhannya.

Memberi pendidikan barbasis Islam pada anak dari usia dini bisa membuat sikap, sifat, dan perilaku anak menjadi lebih terarah. Namun, pendidikan yang diberikan saat ini sangat jauh dari harapan, dimana sistem sekuler yang menjalar sudah sangat meresahkan, bahkan tidak sedikit orang tua pun terbawa arus dengan sistem pendidikan yang ada.

Akibat dari pendidikan sistem sekuler membuat anak menjadi pemberontak, kurangnya rasa sopan serta bertindak semaunya. Tidak sedikit anak-anak remaja yang melakukan perilaku-perilaku menyimpang yang jauh dari ajaran agama. Kurangnya kontrol dari orang tua, lingkungan dan negara sehingga anak menjadi pribadi yang bebas melakukan apa saja tanpa berfikir perbuatan mereka benar atau salah.

Seperti yang terjadi di Medan Sumatra Utara dimana ada dua pemuda yang membawa parang dan mengejar penjaga mesjid hanya karena password WiFi mesjid tersebut diganti. ” Di dalam video dua pemuda mendatangi bagian belakang mesjid. Salah satu pemuda itu datang dengan membawa parang. Tidak lama kemudian, dari belakang mesjid terlihat sejumlah pria yang disebut sebagai penjaga mesjid lari ketakutan. Dari belakang penjaga itu, tampak dua pria yang membawa parang melakukan pengejaran” detik.com ( 26/12/2021).

Sangat miris, hanya karena hal sepele bisa membuat para pemuda tersebut gelap mata. Inilah Indonesia penganut sistem sekuler dan liberal, tidak mencampur adukan agama dan kehidupan serta memberikan kebebasan kepada masyarakatnya dalam hal apapun.

Faktor penyebab rapuhnya kepribadian anak salah satunya faktor Lingkungan serta tontonan atau aplikasi yang disediakan bisa berpengaruh dan membawa anak ke pergaulan yg menyimpang seperti narkoba, seks bebas, tawuran. Rapuhnya kepribadian anak sehingga mereka tidak bisa lagi berfikir jernih dalam bertindak. Saat ini kita tidak bisa berharap kepada negara untuk mengatasi perilaku-perilaku anak remaja saat ini karena negara akan menyerahkan pola asuh dan didikan kepada orang tua mereka tanpa pemerintah sadari bahwa peran negara juga saat berarti dalam tumbuh kembang setiap anak.

Peran negara pun tidak ada dalam memperbaiki akhlak seorang anak, negara justru memfasilitasi sistem yang dapat merusak kepribadian anak dengan tontonan, game dan sebagainya. Tidak adanya kontrol masyarakat, tidak adanya penanam akidah sehingga anak menjadi pribadi yang rapuh.

Beda dengan sistem Islam, begitu sempurna ajaran Islam sehingga Islam dapat mengatur semua aspek kehidupan termasuk kepribadian anak. Islam mempunyai tahapan-tahapan dalam mendidik anak berdasarkan umurnya, sehingga anak mampu menyerap apa yang disampaikan kepadanya. Selain itu, Khilafah akan memberikan pendidikan yang dapat membuat akhlak anak menjadi baik. Nilai kesopanan pun diterapkan sehingga anak bisa mengetahui bahwa jika ingin mengambil atau menggunakan sesuatu yang bukan miliknya harus meminta izin.
Islam pun menyaringan setiap tontonan dan aplikasi yang terdapat dimedia sosial yang berpotensi merusak akhlak dan kepribadian anak. Adanya kontrol dari masyarakat sehingga anak dapat terhindar dari kelakuan yang menyimpang. Penjagaan akidah dari negara juga dapat mengontrol pergaulan serta situs-situs yang ada di media sosial sehingga dapat menjaga generasi dari kemaksiatan.

Waalahu a’lam bishowab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *