Pembantaian Israel Kian Burtal, Di mana Para Penguasa Negara? 

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Pembantaian Israel Kian Burtal, Di mana Para Penguasa Negara? 

Antika Rahmawati

 (Aktivis Dakwah)

 

Pembantaian zionis Israel terhadap warga Palestina kian menjadi, sebagian besar wilayah Gaza telah dihancurkan. Dan wilayah Rafah merupakan pengungsian terakhir warga Gaza, namun serangan Israel tidak berhenti juga. Seperti tahun sebelumnya, ramadhan di Gaza masih dengan situasi genting nan pelik.

Serangan agresi militer Israel di wilayah Gaza, semakin menambah korban jiwa. Menurut data yang dihimpun United Nations Office for the Coordinator of Humanitarian Affairs (OCHA), korban saat ini bertambah 29.313 jiwa, 69.333 jiwa yang mengalami luka-luka terhitung dari 7 Oktober 2023 hingga 21 Februari 2024. Menurut laporan dari OCHA, Israel telah menggempur jalur Gaza lewat jalur darat, udara dan laut.

Yang mengakibatkan bertambahnya kerusakan infrastruktur, serta kian banyak memakan korban jiwa. Hal tersebut terjadi sebab pertempuran pasukan militer Israel dan pasukan sayap militer Hamas masih berlangsung, khususnya di wilayah selatan Gaza dan Al Mawasi di barat laut Khan Younis. Di satu sisi, anggota Dewan Perwakilan PBB masih berusaha membuat resolusi untuk diberlakukan gencatan senjata. (databoks.katadata.co.id, 22-02-2024)

Peristiwa genosida yang dilakukan Israel sejak 7 Oktober 2023 ini, telah banyak merenggut banyak nyawa warga sipil terutama anak-anak dan perempuan. Dengan dalih memberantas kelompok teroris Hamas, pasukan elit Israel telah meluluhlantakkan banyak bangunan yakni rumah sakit, sekolah, rumah warga dan bangunan yang lain. Bukan hanya itu, Israel juga telah memblokade akses datangnya bantuan dari berbagai negara, sehingga banyak anak-anak yang terkena mal nutrisi dan orang dewasa yang kelaparan hingga syahid.

Seolah bungkam, para pemimpin negara muslim di seluruh dunia hanya mampu mengecam. Tetapi mereka lemah dalam hal mengirimkan bantuan militer ke Gaza, bahkan ketika semua warga sipil menjadikan Rafah sebagai wilayah sandaran terakhir penguasa Egypt, Mesir enggan membantu. “Di mana para singa Allah yang katanya ingin meraih rida-Nya?” bahkan membantu saudara seiman saja tidak mampu.

Sebab, hari ini, tidak ada perisai yang menaungi umat sehingga mudah terinjak-injak. Negeri-negeri kaum muslim di seluruh dunia seolah diam, tidak mampu berbuat apapun untuk mengirimkan bantuan militer pada saudaranya di Palestina. Ini karena kapitalisme telah mengadopsi hukum dan undang-undang buatan Barat sehingga pemerintah tidak kuasa penuh untuk mengirim tentaranya ke Palestina.

Kapitalisme membuat sekat antar negara, sehingga para pemimpin negara tidak mampu bertindak atas kejahatan yang diperbuat oleh Israel. Hal ini yang akhirnya yang menyebabkan penderitaan warga Gaza, Palestina kian panjang. Tahun ini, menjadi tahun paling brutal pasalnya serangan Israel telah masif hingga banyak menelan korban.

Kapitalisme Tidak Mampu Menumpas Genosida Palestina

Hari ini, umat muslim bagaikan buih di tengah lautan, banyak namun lemah tidak mampu bersatu. Sebab, nasionalisme yang dimiliki setiap individu kapitalis maka tidak heran bila umat hari ini tengah tertidur di saat terjadi genosida di negeri kaum muslimin. Penguasa hanya mengutuk, tetapi tak mampu untuk mengirimkan bantuan tentara militernya.

Ketika berjuang di Mahkamah Internasional, penguasa tidak mampu menghentikan serangan genosida Israel karena ada hak veto yang dikeluarkan oleh Amerika Serikat. Jauhnya kehidupan dengan agama, menjadi indikasi acuhnya pemimpin hari ini terhadap negeri kaum muslim yang masih terjajah hingga saat ini. Pilu yang dirasakan saudara kita di Palestina sana, semakin menjadi Israel semakin brutal menyerang warga sipil Gaza akibat seluruh dunia hanya diam dan mengutuk.

PBB yang di bentuk oleh Barat, hanya tunduk pada tuannya hal ini dibuktikan pada saat seluruh dunia menuntut keadilan untuk gencatan senjata. Sebab yang ada di belakang PBB sendiri adalah Amerika, negara pemegang ideologi kapitalisme itu sendiri. Sedangkan kita tahu, Amerika dengan pihak Israel terlibat dalam hubungan diplomatik sehingga mustahil Palestina akan terbebas dari penjajahan saat ini.

Selama sekulerisme belum tumbang, problem penjajahan di negeri kaum muslimin tidak akan tertumpas. Meski dalam undang-undang kita menyatakan bahwa penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, namun hal ini kontradiktif dengan realita yang ada. Saudara kita kini di ambang syahid, kelaparan, malnutrisi pada bayi dan anak-anak akibat pasokan makanan yang di blokade oleh Israel, serta banyak yang syahid akibat serangan udara dari Israel saat mereka mengambil bantuan makanan.

Hanya Islam Solusi Tuntas Atas Konflik Palestina

Palestina merupakan kiblat pertama umat muslim sebelum Kakbah, dari masa Rasulullah hingga khilafah Usmaniyah sangat dilindungi. Palestina bukan pertama kalinya berkonflik, dahulu Palestina pernah di serang oleh pasukan salib yang ingin menguasai Al-Quds. Namun, semua pasukan salib dipukul mundur oleh kaum muslimin yang dipimpin oleh Umar bin Khattab.

Kemudian, penaklukan kota Yerusalem dilakukan kembali pada tahun 1187 M yang saat itu dipimpin oleh Shalahudin Al-Ayyubi. Beliau menggunakan taktik yang dilakukan Umar bin Khattab, yakni mengirim jenderal beserta pasukan untuk melakukan pengepungan di gerbang kota dan dilakukannya penyerangan. Dan ketika seorang petinggi zionis mendatangi Sultan Hamid II, dengan maksud meminta sejengkal tanah di Al-Quds untuk berlindung namun Sultan Hamid menolak tegas karena ia menganggap bahwa tanah Palestina adalah milik kaum muslim.

Hal ini sangat bertolak belakang dengan saat ini, seluruh dunia hanya mampu mengutuk dan ada juga yang melakukan boikot. Namun, pada kenyataannya hal tersebut masih belum efektif menghentikan serangan Israel. Sebab, tidak ada rancangan undang-undang untuk mengirimkan bantuan tentara militer yang membantu mengusir para zionis dari Palestina.

Semua hanya akan mampu ditumpas hingga ke akarnya, jika seluruh negeri kaum muslimin bersatu untuk menyelamatkan Al-Quds dari cengkraman zionis. Sebab Islam merupakan ideologi yang benar, hal ini diperkuat adanya akidah yang memiliki ikatan yang kuat. Kuat karena umat mampu bersatu dengan hati dan pemikiran yang satu, umat paham mereka bersatu karena akidah yang satu yakni Islam.

Tentu semua ini tidak lepas dari pembinaan, dan dakwah yang menjadi poros hidup masyarakat dalam daulah Islam. Mereka paham bahwa tujuan mereka hidup di dunia hanyalah untuk meraih rida-Nya, sehingga apapun yang terjadi pada saudara se-akidahnya, mereka akan bersama bergerak sebab merasakan sakit yang sama.

Rasulullah Saw., bersabda yang artinya : “Perumpamaan kaum mukmin yang saling mencintai, saling mengasihi dan menyayangi bagaikan satu tubuh yang sakit. Apabila satu tubuh merasakan sakit, maka anggota tubuh yang lain akan merasakan sakit juga tidak bisa tidur dan merasa demam.” (HR. Muslim)

Jelas bahwa dalil di atas adalah peranan penting persatuan umat, yang dahulu pernah terjadi hingga akhirnya semua sirna karena tidak adanya perisai umat. Keruntuhan khilafah Islamiyah menjadi titik pilu umat muslim seluruh dunia, sebab tiada lagi pelindung bagi mereka. Yang ada hanya pertumpahan darah dan tersesatnya umat Rasulullah saat ini, saling bercerai-berai akibat nasionalisme yang melekat.

Tidak ada yang dapat diharapkan kecuali dengan adanya persatuan umat, bersatu mengembalikan hak kaum muslim. Tidak hanya dengan mengutuk setiap kekejian yang menimpa saudara kita di Palestina, tetapi membantu mereka di medan jihad. Karena Islam dapat menguasai seluruh kehidupan bahkan dunia karena dua metode, yakni jihad dan dakwah. Tugas kita adalah menyuarakan Islam secara masif di seluruh media atau bahkan terjun ke lapangan, agar umat paham bahwa dunia sedang tercerai-berai akibat sistem yang mempengaruhi kehidupan.

Hanya Islam yang mampu memberikan solusi menyeluruh terkait menumpas adanya penjajahan, bahkan di seluruh negeri. Sebab aturan yang di adopsi dari ideologi Islam adalah aturan yang bersumber dari Allah SWT. Imam atau Khalifah, memiliki kewajiban melaksanakan hukum syariat secara menyeluruh untuk akhirnya mampu melaksanakan tugasnya sebagai pengayom dengan baik.

Khilafah Islam adalah suatu keniscayaan, janji Allah yang terucap dalam lisan nabi Muhammad Saw., yang akan terwujud. Namun, untuk meraih banyak kemuliaan kita harus banyak berkontribusi menyuarakan Islam terutama penderitaan saudara kita di Palestine, Syriah, Rohingya, Uighur, dan masih banyak lagi. Karena dunia butuh persatuan, bukan perpecahan dan tetap ingatkan penguasa agar mau menerapkan Islam dengan skala besar yakni mendirikan institusi Islam demi menjaga bumi Allah dari kerusakan.

Wallahu’alam bish-showab

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *