Partai Islam dan Jebakan Politik Kursi

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh : Mesi Tri Jayanti (Mahasiswa FH UNIB)

Meski pesta rakyat dalam Pemilu 2024 masih jauh, suhu dunia politik sudah terasa mulai memanas. Pada 1/10/2020, politikus senior Amien Rais, mendeklarasikan berdirinya Partai Ummat. Tak berselang lama, pada 7/11/2020 sejumlah tokoh Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) mendeklarasikan kebangkitan Partai Masyumi yang dulu dibubarkan di era Soekarno pada 75 tahun silam.

Dengan tagline “Masyumi Reborn”, Masyumi bertekad membawa ajaran dan hukum Islam agar bisa seiring dengan Indonesia. Mengutip siaran pers di situs resmi mereka, niata menghidupkan kembali partai ini berdasarkan dari kerinduan akan sepak terjang Masyumi di masa lampau. Karena menurut Masyumi Reborn, saat ini sangat sedikit partai politik yang ideologis dan memiliki kebijakan berintegrasi.

Masyumi pun mengajak Partai Ummat bentukan Amien Rais untuk bergabung. Menanggapi ajakan tersebut, dalam deklarasi Partai Masyumi Amien Rais menyatakan siap membubarkan Partai Ummat dan bergabung dengan Masyumi, jika partai itu menjadi lebih besar daripada yang dibentuk mantan Ketum PAN ini. Sebaliknya, jika Partai Ummat yang lebih besar, Amien mengajak Masyumi bergabung. (liputan6.com, 8/11/2020)

Sungguh, kezaliman yang nyata ini semakin memunculkan kerinduan umat untuk kembali pada aturan Islam. Umat telah paham buruknya tata kelola negara ini adalah wujud hilangnya syariat sebagai haluan negara. Umat sangat merindukan politisi yang memiliki integritas menyelesaikan masalah dan ketaatan yang tinggi pada Rabbnya.

Jika melihat alasan yang diusung para pendiri parpol Islam tadi, mengerucut pada ketidakpuasan mereka terhadap parpol sebelumnya. Janji-janji palsu dan tebaran puja-puji pada parpol koalisi, padahal dulunya adalah lawan politiknya.

Faktanya sekarang parpol Islam tak segan-segan berkoalisi dengan partai sekuler, yang telah jelas menyingkirkan agama dalam aturan aktivitas parpolnya. Agar tetap eksis di negeri ini, maka jalan parpol tersebut menuju kekuasaan adalah dengan pemilu. Namun sayangnya, banyaknya parpol Islam di parlemen bukannya membawa perubahan, ditambah lagi banyaknya lobi-lobi politik parpol sekuler malah memecah belah suara umat.

Dalam demokrasi, politik kekuasaan menentukan segalanya. Bahkan, hanya lewat politik lah kekuasaan untuk penggunaan uang bisa didapatkan. Di luar itu, kekuatan ormas yang nyata berkutat langsung dengan kehidupan rakyat justru hanya menerima remah-remahnya.

Padahal dalam Islam, keberadaan partai politik yang berideologi Islam menjadi suatu kewajiban. Sebab aktivitas utama parpol dalam Islam adalah berdakwah. Sebagaimana termaktub dalam Q.S Ali Imran ayat 104.

“Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS Ali Imron: 104)

Dalam ayat di atas, Allah SWT memerintahkan adanya “segolongan umat”, yang berarti adanya kelompok yang memiliki tujuan menyerukan Islam. Menyeru pada yang makruf dan mencegah pada yang mungkar, baik kepada masyarakat maupun negara. Dan semua ini hanya bisa dilakukan oleh sebuah partai politik.

Akidah harus menjadi kaidah berpikirnya dan pengikat anggota partainya. Bukan kepentingan materi atau lainnya, namun akidahlah yang menjadi tali kuat parpol tersebut dalam beraktivitas.

Fokus fungsi parpol yang berideologi Islam ketika syariat Islam belum diterapkan secara utuh oleh negara adalah menegakkan Khilafah. Khilafah adalah institusi yang menerapkan syariat Islam secara kaffah. Dengan ditegakkannya Khilafah, syariat Allah SWT yang tak bisa diterapkan dalam sistem kufur akan serta-merta diterapkan seluruhnya.

Sehingga fungsi parpol setelah Khilafah tegak adalah menjaga dan mempertahankan Khilafah agar tidak melanggar sedikit pun dari visi dan tujuannya, yaitu melanjutkan kehidupan Islam.

Sementara parpol yang berideologikan selain Islam, seperti partai sekuler dan partai komunis, negara Khilafah tidak memperbolehkan partai demikian ada dan eksis.

Sejatinya, aktivitas utama parpol dalam Islam adalah berdakwah, bukan berebut suara demi sebuah kursi. Parpol harus getol menyadarkan umat akan pentingnya penerapan Islam secara kafah dalam bingkai daulah Khilafah Islam. Ketika Khilafah telah tegak nanti, parpol akan mengawal pemerintah agar terus dalam koridor yang diridai-Nya.

Wallahua’lam bish-shawwab []

 

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *