Palestina Menantikan Sosok Ksatria Khalifah Umar, Bukan Sosok Presiden Sontoloyo

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh: Roky Almaroky

Tersiar Kabar di berbagai surat kabar, bahwa bumi palestina sedang dihujani bom oleh penjajah Israel. Mereka berharap akan ada para pemimpin dunia yang membantu menghentikan penjajahan dan kebiadaban yang dilakukan Israel.

Namun kebanyakan para presiden dan LSM Dunia hanya pura-pura mengecam kebiadaban israel. Mereka juga hanya pura-pura membantu para korban pengeboman dan kebiadaban israel. Ibarat ada rampok datang merampas tanah tetangga kita dan melukai bahkan membunuh para pemiliknya, lalu kita dan para tetangga datang ucap belasungkawa. Di sisi lain tetap membiarkan perampok beraksi melakukan tindakan kriminal, tanpa mengusir perampok itu.

Para tetangga pun datang membawa bantuan obat dan makanan. Meraka mengobati dan memberi makan serta mengecam tindakan perampok itu. Namun tetap membiarkan & mempersilakan para perampok itu melakukan perampokan dan menyakiti mereka lagi.

Kini Banyak pemimpin negara yang teriak akan membela & membebaskan palestina dari kekejaman Penjajah Israel. Seolah Mereka mengecam israel, anti penjajahan, peduli kemanusiaan, namun itu hanya pura-pura saja.

Kalau saja para pemimpin dunia itu sungguh-sungguh anti penjajahan tentu mereka akan bersatu mengusir penjajah Israel dari palestina. Kalau saja para presiden itu benar-benar peduli kemanusiaan, tentu mereka tak kan membiarkan Penjajah Israel menghujani bom yang melukai dan membunuh warga palestina. Faktanya, bertahun-tahun mereka menonton dan menikmati penjajahan dan pembantaian di palestina sambil menikmati benefit politik dari pencitraan mereka.

Dalam catatan sejarah, belum pernah ada presiden yg bisa membebaskan Palestina. Samapi detik ini hanya dua pemimpin dunia yang sukses membebaskan Palestina. Ya, Khalifah Umar dan Sholahudin al Ayubi.

Sangatlah wajar jika penduduk Palestina tak bergembira atas kedatangan dan bantuan para tuan presiden itu. Sangat berbeda ketika Para penduduk bumi yang diberkahi itu bergembira menyambut kedatangan Khalifah Umar yang membebaskan mereka dari kekuasaan Romawi. Sampai kini, masalah Palestina belum ada solusinya. Tak ada tanda titik terang meski puluhan resolusi sudah dikeluarkan PBB. Bahkan ratusan pertemuan para presiden sudah digelar. Kini Isu palestina kembali hangat ketika beredar kabar hujan bom dan banyaknya korban jiwa para wanita dan anak-anak.

Sejarah telah mencatat bahwa palestina pernah di bebaskan dua kali. Pertama oleh Khalifah Umar bin Khatab dan kedua oleh Shalahuddin al Ayyubi. Lalu bagaimana cara mereka membebaskan Palestina?

Dulu rakyat Palestina penuh sukacita menyambut kedatangan Khalifah Umar. Apakah kini mereka bergembira dengan datangnya barang bantuan para tuan presiden dan para LSM? Ya, pertanyaan ini menari-nari dibenak publik. Pasalnya, banyak presiden dan para pemimpin dunia lainnya hanya beretorika dan mencari pecintraan atas kasus pembantaian rakyat palestina.

Ketika Umar bin Khatab jadi Khalifah, saat itu Palestina dikuasai Romawi dibawah pimpinan Atrabun. Ia adalah panglima Perang Romawi yang sangat zalim sehingga ditakuti rakyat Palestina. Padahal di bumi Palestina ini terdapat Baitul Maqdis. Tempat suci Kaum Muslimin. Namun sejak peristiwa isra’mi’raj terjadi, Nabi SAW tak pernah lagi bisa berkunjung ke Baitul Maqdis karena dikuasai Romawi.

Di masa Khalifah Umar inilah upaya pembebasan Palestina dimulai. Umar membentuk pasukan dan mengirimkan pasukan itu dibawah komando Amru bin Ash dan Syurahbil bin Hasanah. Tentu pasukan itu untuk membebaskan Palestina, bukan untuk membubarkan pengajian-pengajian seperti yang marak terjadi di negeri tetangga.

Pembebasan Palestina pun dimulai. Beberapa kota telah berhasil dibebaskan seperti Rafah, Gaza, Sabastian, Nablus, Lad, Amawas, Bait Jifrin dan Jaffa. Tinggallah kota Yerussalem yang sangat gigih dipertahankan oleh panglima Romawi Atrabun. Maka Panglima Amru bin Ash menulis surat untuk melaporkan kepada Khalifah Umar. Mendapat laporan tersebut, Umar memerintahkan Pasukan Abu Ubadah dan pasukan Khalid bin Walid untuk ikut membebaskan Palestina. Kali ini dibawah komando langsung dari Khalifah Umar.

Panglima Atrabun mengetahui pergerakan pasukan yang dibawah komando langsung Khalifah Umar sudah sampai di Jabiah (daerah pedalaman Syam). Maka ia pun mulai berfikir untuk melakukan perjanjian damai karena pasukannya tidak akan sanggup menghadapi kehebatan pasukan Khalifah Umar. Disisi lain, Severinus (Pendeta Baitul Maqdis) bergerak cepat mengirim utusan untuk melakukan perjanjian damai dengan Khalifah Umar. Diantara isi perjanjian damai itu antara lain :

“Jaminan Keselamatan untuk Jiwa dan harta mereka, untuk gereja-gereja dan salib mereka, bagi yang sakit dan sehat, dan bagi kelompok agama yang lain.”

“Gereja-gereja tidak boleh ada yang diambil; benda apa pun yang ada di dalamnya atau di lingkungannya, baik salib atau harta benda apa pun milik mereka. Mereka tak boleh diganggu atau dipaksa dalam agama.” (The Golden Story of Umar, hal. 232).

Khalifah Umar menerima usulan perjanjian damai dan memberikan jaminan keamanan. Utusan Severinus membawa surat Perjanjian damai yang sudah ditandatangani Khalifah Umar. Penduduk kota Yerussalem sangat senang karena mendapat pengakuan dan jaminan keamanan atas harta, jiwa dan agama mereka dari Khalifah Umar bin Khatab. Disaat yang sama Pasukan Romawi meninggalkan Kota.

Begitu gembiranya penduduk kota itu sehingga mereka menyambut meriah ketika Khalifah Umar memasuki Yerussalem. Bahkan Pendeta Severenus mendampingi Umar untuk keliling Kota Yerusalem. Dengan ramah, Severinus menunjukkan dan menceritakan beberapa situs peninggalan sejarah kepada Umar. Ketika waktu sholat dzuhur tiba, mereka sedang berada di suatu gereja. Pendeta Severinus Menawarkan Umar untuk Sholat di gereja itu. Namun umar menolaknya. Umar lebih memilih keluar gereja dan sholat di tempat bekas reruntuhan kuil Sualiman. Di tempat inilah kemudian didirikan masjid alqibly (masjid al aqsha).

Khalifah Umar memasuki dan membebaskan kota Yerussaalem, tanpa ada pertumpahan darah. Bahkan disambut meriah oleh penduduk kota Yerussalem. Ia memberikan jaminan keamanan atas harta, jiwa dan agama. Di zaman Khalifah Umar Tak ada gereja yang diambil alih. Tak ada gereja yang rusak, tak ada bom yang meledak di gereja. Lalu, kalau ada yang ngaku mirip Khalifah Umar, itu bagus saja tapi harus bisa memberikan jaminan keamanan. Tak boleh ada gereja yang terganggu keamanannya. Jangan ada masjid yang diganggu. Jangan ada pengajian yang diganggu, Jangan ada rumah ibadah agama apa pun yang diganggu.

Kalau ada yang ingin membebaskan palestina, itu bagus, perlu diapresiasi. Namun semestinya mencontoh pemimpin yang telah terbukti sukses membebaskan Palestina. Bukan asal ngarang dan ngaku-ngaku membela palestina. Khalifah Umar membebaskan Palestina diawali mengirim pasukan untuk menekan pasukan Romawi agar keluar dari Palestina.

Khalifah Umar tak pernah mengirim pasukan untuk menekan panitia atau menekan DKM untuk membubarkan pengajian. Seperti yang dialami oleh ust. Felix siauw. Atau kasus yang lainnya. Khalifah Umar juga tidak menggunakan sistem kerajaan (Otokrasi) maupun sistem Demokrasi ketika berhasil membebaskan Palestina. Khalifah Umar juga tidak duduk manis bersama Penguasa Romawi untuk bernegosiasi.

Khalifah Umar juga tak mengharapkan ada proyek infrastruktur dari Romawi untuk membangun Palestina.
Justru ada pesan Khalifah Umar saat pidato menjelang membebaskan Palestina yang harus kita ingat.

“… Perbaikilah hal-hal yang tak nampak dari kalian maka akan baik pula yang tampak dari kalian. Berbuatlah untuk akhirat maka urusan dunia kalian akan tercukupi.”

“Ketahuilah, tak ada seorang pun diantara kalian kecuali PASTI menemui KEMATIAN. Siapa yang ingin menuju syurga hendaklah senantiasa bersama jamaah. Ketahuilah, sesungguhnya setan bersama orang yang sendiri,..” (The Golden Story of Umar, hal. 231).

Kita sangat berharap Palestina segera bisa dibebaskan. Puluhan resolusi PBB tak mempan. Ratusan perundingan digelar tak memberi solusi. Karena sistem kerajaan (otokrasi) dan sistem Demokrasi telah terbukti sampai kini tak mampu membebaskan Palestina. Maka kita perlu sosok seperti Khalifah Umar dengan sistem kepemimpinan seperti pada masa khalifah Umar.

Jika dulu Pendeta Severinus dan rakyat Palestina bergembira menyambut datangnya Khalifah Umar untuk membebaskan bumi Baitul Maqdis, bagaimana kini? Maka jika kehadiran pemimpin kini ke Palestina tidak disambut gembira bahkan tidak membebaskan mereka maka segera istighfar dan merenungi diri.

Segeralah ingat pesan Khalifah Umar akan kematian yang pasti datang. segeralah kirimkan pasukan untuk bebaskan palestina. Berbuatlah untuk akhirat karena pasti akan tercukupi kebutuhan dunia. Jika ini diingat maka tak perlu memburu proyek dari negara-negara penjajah karena selama berbuat baik maka pasti akan ditolong oleh Allah yang maha pengasih lagi penyayang. Semoga. []

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *