Nurani Hilang, Nyawa Melayang Akibat Edukasi yang Kurang

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh : Lia Aliana (Aktivis Muslimah)

Silih berganti negeri ini diuji, dari tsunami hingga gempa bumi menghampiri, kini virus corona menguji hati, mencipta keresahan dan kegelisahan tiada henti. Siapa yang tak takut dengan virus mematikan ini? Ribuan nyawa melayang menjadi korban keganasannya.

Hari demi hari masyarakat dikejutkan dengan meningkatnya angka pasien positif corona. Dikutip dari CNN Indonesia, berdasarkan data pemerintah, hingga Kamis (23/4/2020) pukul 12.00 WIB terdata 357 kasus baru. “Hari ini bertambah kasus konfirmasi positif 357 orang sehingga total menjadi 7.775 orang” kata Juru Bicara Pemerintah untuk penanganan virus corona, Achmad Yurianto, dalam konferensi pres di Graha BNPB pada Minggu sore. Tak ayal. kondisi seperti ini menyebabkan ketakutan, kekhawatiran dan kepanikan di masyarakat. Belum lagi pemberitaan masif mengenai korban covid-19 yang mendapatkan stigma negatif, diskriminatif hingga penolakan dan pengusiran jenazah tenaga medis.

Seperti kasus viral penolakan jenazah perawat korban covid-19 baru-baru ini. Hilang sudah akal, hati dan pikiran warga Sewakul Unggaran, kabupaten Semarang. Perawat dan tenaga medis berjuang di garda terdepan ini harusnya dimuliakan bak pahlawan, namun saat gugur dalam pertempurannya melawan virus mematikan itu, justru jenazahnya tak diterima warga. Sudah berkorban jiwa raga, hingga nyawa melayang namun perlakuan tak manusiawi yang di dapatnya. Kenyataan pahit ini membuat Ganjar Pranowo selaku Gubernur Jawa Tengah berduka, dan meminta maaf atas peristiwa tersebut. Ini bukanlah kasus diskriminatif pertama bagi para tenaga kesehatan, banyak insiden serupa membuat mereka mengeluh merasa dikucilkan.

Dilansir dari liputan6.com, Ketua Umum Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), Harif Fadhilah, membenarkan adanya aduan dan keluh kesah dari paramedis tersebut.”Iya ada. Ya mereka kan sejak Rumah Sakit Persahabatan ditetapkan sebagai rumah sakit rujukan itu, bukan hanya perawat, ada juga dokter, mahasiswa juga yang di situ, diminta untuk tidak kos di situ lagi,” tutur Harif saat dihubungi Liputan6.com, Rabu (25/3/2020). Harif menduga, peristiwa itu ada kaitannya dengan rasa cemas dan ketakutan masyarakat terkait penyebaran virus corona covid-19. Meski disebut hanya beberapa dari perawat yang mengadu, dia menyayangkan adanya tindakan tersebut.

Tak dapat dipungkiri, semenjak virus corona mewabah, masyarakat dibuat cemas takut mati, panik akan keselamatan diri, hilangnya hati nurani, hingga gelap mata memperlakukan pasien positif serta orang yang berjuang melawan virus covid-19, bagai penjahat perang dan pelaku kriminalitas. Perlakuan diskriminatif tersebut disebabkan karena kurangnya edukasi negara kepada rakyatnya. Juga minimnya informasi yang akurat mengenai jumlah korban dan data penyebarannya. Alih-alih meningkatkan kewaspadaan agar tidak tertular dengan menjaga diri serta lingkungan sekitar, justru sikap berlebihan ini berujung pada perlakuan tak manusiawi, hingga saling menzalimi.

Jika ditelaah lebih dalam, sejak awal langkah pemerintah dalam upaya menekan laju penyebaran covid-19 ini cenderung santai bahkan menyepelekan. Saat negara lain fokus mencari solusi, sikap terbalik justru diperlihatkan negeri ini, alih-alih melakukan sosialisasi dan pencegahan agar masyarakat lebih siap, beberapa pejabat justru menjadikan kondisi tersebut sebagai bahan lelucon. Bahkan sejak WHO menetapkan covid-19 sebagai wabah pandemi, pemerintah masih enggan melakukan karantina wilayah sebagai langkah untuk menekan penyebaran virus tersebut. Bagaimana rakyat mendapatkan edukasi, sedangkan pemerintah sendiri kurang peduli hingga rakyat dituntut mandiri menentukan nasibnya sendiri.

Informasi tidak transparan, cenderung ditutup-tutupi, kebijakan berubah–ubah, tidak sinkronnya antara pemerintah pusat dan daerah, sulitnya menetapkan solusi untuk menyelamatkan jutaan warga negeri ini, mengarahkan pada sebuah pemikiran bahwa negara lalai, kehadirannya tak mampu menjadi perisai, pelindung serta penjaga masyarakat. Pada akhirnya rakyat terlunta-lunta, berjuang sendiri mempertahankan jiwa agar selamat dari pandemi. Inilah akibat dari penerapan aturan buatan manusia yang syarat akan kepentingan hingga nyawa menjadi taruhan.

Islam dengan aturannya yang sempurna mampu menjadi solusi berbagai permasalahan dan memandang peran utama negara ketika terjadi wabah adalah memberikan perlindungan, keselamatan, bertanggung jawab penuh atas pengurusan kebutuhan rakyatnya. Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya al-Imam (Khalifah) itu perisai, dimana (orang-orang) akan berperang di belakangnya (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan)nya.” (HR. Al-Bukhari, Muslim, Ahmad, Abu Dawud).

Dapat disimpulkan bahwa negara harus memberikan perlindungan dengan menerapkan karantina wilayah, memenuhi segala kebutuhan mendasar bagi rakyat, sehingga tercipta rasa aman, tenang, dan tak kalah penting meyakinkan masyarakat bahwa pandemi ini adalah bagian dari qadha yang harus disikapi dengan penuh keimanan serta keridhaan, siapapun jika tertular hingga wafat karenanya. Maka, Allah jadikan kematiannya sebagai mati syahid.

Kontrol sosial masyarakat menjadi salah satu pilar dalam pemerintahan Islam, maka negara dibantu oleh seluruh komponen umat mulai dari ulama, tokoh umat, tenaga medis, relawan dan media untuk saling mengingatkan, memberi informasi yang akurat, jelas, tidak memprovokasi satu dengan lainnya. Sehingga rakyat dapat menyikapinya dengan tepat, mendukung segala bentuk penanganannya, dan mendoakan agar virus tersebut segera sirna. Marilah berbenah diri, bangkitlah bumi pertiwi menghadapi pandemi, dengan menengadah kepada Ilahi rabbi. Wallahualam bishowab.

Refrensi
https://semarang.kompas.com/read/2020/04/11/05300071/dengan-mata-berkaca-kaca-ganjar-meminta-maaf-ada-penolakan-jenazah-perawat?page=all
https://www.liputan6.com/news/read/4210702/dokter-dan-perawat-rs-persahabatan-diusir-dari-kos-di-tengah-pandemi-covid-19
https://m.cnnindonesia.com/nasional/20200423115426-20-496461/update-corona-23-april-7775-positif-647-meninggal

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *