Nasib Temuan Anak Bangsa di Tanah Air

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Nasib Temuan Anak Bangsa di Tanah Air

Oleh. Ummu Faiha Hasna

Kontributor Suara Inqilabi 

 

Nikuba kembali menjadi perbincangan publik pada saat ini, karena pada tanggal 28 Juni 2023 yang lalu, penemu Nikuba peneliti asal Cirebon diundang ke Itali untuk mempresentasikan kemampuan teknologi Nikuba. Sejak Nikuba dibahas dimana-mana dan sejak itu Nikuba disebut penemuan yang paling dibutuhkan dunia pada saat ini. Temuan anak bangsa ini lebih dihargai di luar negeri karena tidak mendapatkan perhatian dan pengembangan maksimal di dalam negeri sendiri. Bagaimana nasib nikuba pada saat ini?

Dikutip dari viva com, Selasa, 4 /7/2023 Aryanto Misel (67) warga Lemahabang Wetan, Cirebon, Jawa Barat tengah jadi perbincangan berkat penemuannya yang diberi nama Niku Banyu (Nikuba). Alat ini diklaim dapat mengubah air menjadi hidrogen dan dapat digunakan untuk bahan bakar.

Dilihat melalui Instagram pribadinya @aryantomisel Selasa, 4 Juli 2023, Aryanto mengklaim 1 cc air bisa menjalankan motor sejauh 40 kilometer. Aryanto mengaku telah tujuh tahun mengembangkan teknologi tersebut. Bahkan Aryanto pun menunjukkan cara kerja alat buatannya di hadapan pihak pabrikan otomotif, dikabarkan dari Ducati, Ferrari serta Lamborghini. Lalu, mengapa, Nikuba tidak dikembangkan di Tanah air sendiri?

Kontroversi Nikuba

Nikuba yang diklaim dapat menghemat konsumsi BBM ini, sayangnya hasil inovasi ini diragukan oleh pemerintah. Deni Shidqi Khaerudini peneliti Madya Pusat Riset Material Maju Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang mengetahui Nikuba menjelaskan Nikuba bukan alat penghasil hidrogen sebagai pengganti bahan bakar kendaraan melainkan untuk menghemat bahan bakar. Agar Nikuba bisa diklaim sebagai alat pengganti BBM, Deni mengatakan harus ada data yang mengatakan bahwa hidrogen yang dipakai di ruang bakar adalah gasnya. (Sumbarkita.id, 9/7/2023)

Pakar lain dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Moh. Nur Yuniarto juga meragukan klaim Nikuba. Nur menyebut Nikuba tidak punya pengaruh signifikan terhadap kendaraan. Sekalipun di dalam negeri, Arianto tidak mendapatkan dukungan dan fasilitas, namun dia menjelaskan tidak membutuhkan bantuan pemerintah. Beliau berencana ingin mengembangkan hasil inovasinya dan bekerjasama dengan pihak luar. (cnnindonesia, 9/7/2023)

Ramai kasus penemuan Nikuba, tentu mengingatkan publik dengan berbagai penemuan anak bangsa yang tidak berkembang atau tidak difasilitasi negara dalam riset lanjutan atau pengembangannya.

Beberapa tahun lalu, ragamlampung.com, 25/09/2016 mengabarkan, Surono Danu Petani yang tinggal di Kabupaten Lampung Tengah berhasil menghasilkan bibit unggul untuk tanaman padi. Uniknya, penemuan Surono ini hanya bermodalkan pinset dan laboratorium di tengah sawah.

Namun, penemuan ini pun tidak dianggap oleh pemerintah. Sangat disayangkan, SDM yang berkualitas tidak selalu mendapat perhatian negara. Di sisi lain, penemuan atau inovasi sering berbenturan dengan kepentingan para pengusaha. Selain itu, kabar dari antaranews, pada 24/9/2020 lalu, penelitian-penelitian seperti obat-obatan, seringkalinya hanya berhenti pada kertas-kertas jurnal laporan penelitian. Seperti penemuan obat kanker mulut oleh tiga mahasiswa kedokteran gigi (FKG) Universitas Brawijaya (UB). Obat ini terbuat dari ekstrak kemangi. Seandainya obat ini ditindaklanjuti oleh pemerintah dan diproduksi massal, penderita kanker mulut bisa mendapatkan obat yang murah. Tentu saja, setiap inovasi atau penemuan baru memerlukan penelitian lanjutan yang panjang hingga akhirnya diketahui hasilnya lebih murah atau lebih efektif. Sehingga dapat memberikan manfaat signifikan. Disinilah sesungguhnya peran negara dalam memfasilitasi langkah berikutnya.

Tapi, kehidupan negara yang dipimpin oleh sistem kapitalisme membuat negara lebih sering berpihak kepada pengusaha. Sementara pengusaha jelas mengambil keuntungan dari penjualan produk-produk mereka seperti obat-obatan. Apalagi obat kanker yang tidak bisa dikatakan murah. Kemudian kapital otomotif tentu akan merasa terancam dan ingin menguasai blue print alat seperti Nikuba demi keuntungan yang lebih. Ini bisa dikatakan inovator ataupun peneliti di negara berkembang yang dikuasai kapitalisme tidak akan bisa optimal dalam riset mereka.

Keunikan Konsep Ilmu Pengetahuan dalam Islam

Dalam negara Kh!l4f4h, para inovator tentu akan mendapat perhatian negara dari hasil inovasinya. Sebab, negara Islam adalah negara yang memperhatikan dan menghargai setiap inovasi yang akan membawa kemudahan dan kebermanfaatan untuk umat.

Tak dapat dipungkiri, adanya anggapan bila kehidupan dalam sistem Islam akan kembali ke zaman unta yang minim kemajuan ilmu pengetahuan dan inovasi. Padahal, secara fakta tidaklah demikian. Islam tidak menutup manusia dari hal demikian. Justru sebaliknya, Islam memerintahkan kepada manusia untuk mendalami dan memanfaatkan apa yang telah Allah berikan di muka bumi ini agar kehidupan mereka dalam kebaikan. Perintah ini pasti membutuhkan ilmu alat seperti ilmu sains maupun ilmu humaniora.

Inilah keunikan konsep ilmu pengetahuan dalam Islam. Yakni ilmu pengetahuan dan agama tidak bisa dipisahkan. Sebab, ilmu pengetahuan tanpa dilandasi ilmu pengetahuan akan menjadi lumpuh.

“Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfaat tanda-tanda (kebesaran Allah) dan Rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang yang tidak beriman”. (QS. Yunus 101)

Karena itu, Kh!l4f4h sebagai institusi penerap syariat Islam secara praktis, akan memperhatikan inovasi dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kh!l4f4h akan mendukung dan memfasilitasi para ilmuwan untuk menghasilkan karya-karya demi kemuliaan Islam dan kaum Muslimin.

Secara terstruktur, negara Islam memiliki pusat riset dan pengembangan Fungsi pusat ini adalah untuk memproduksi kerja riset yang akurat dan terspesialisasi dalam berbagai bidang budaya dan sains.

Dalam bidang budaya, pusat ini berpartisipasi dalam mencapai pemikiran mendalam untuk merancang rencana strategis jangka panjang. Cara pengembangan dakwah lewat kedutaan besar dan negosiasi atau dalam fikih atau ijtihad, ilmu bahasa, dan sebagainya. Sedangkan dalam ilmu sains, pusat ini berusaha untuk menemukan alat bantu dan cara baru dalam berbagai bidang implementasi misalnya industri, ilmu nuklir, ilmu ruang angkasa, dan lain sebagainya, yang membutuhkan pendalaman dan keahlian dalam riset.

Beberapa pusat-pusat ini menjadi subordinat dari Universitas atau Departemen Pendidikan. Ilmuwan, dosen Universitas dan beberapa murid yang unggul akademisi pendidikan yang melakukan riset, inovasi dan kemampuan pengembangan bekerja di pusat-pusat ini.

Jika ada ilmuan-ilmuan hebat yang membawa manfaat untuk umat, negara tentu akan mengapresiasi dan menindaklanjuti penemuan mereka.Hal itu tercermin dalam salah satu sikap negara pada masa Abbasiyah bernama al Makmun. Beliau tidak segan memberi hadiah kepada para penerjemah buku asing dengan emas yang beratnya sama dengan lembaran kertas yang berhasil diterjemahkan. Pada masa itu, penerjemahan begitu berkembang pesat. Alhasil, banyak ilmuan kaum muslimin yang mengembangkan bahkan memperbaiki kesalahan-kesalahan dasar ilmu pengetahuan peradaban Yunani, Persia, Cina, maupun India.

Wallahu A’lam bishawab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *