Oleh : Ummu Aziz
Bagai air susu dibalas air tuba. Sungguh tak terbayangkan akan digugat oleh anak sendiri. Anak yang dahulu dibesarkan, diberi pendidikan & berbagai kebutuhan hidupnya Namun, inilah yang dialami seorang ibu bernama Ramisah.
Sungguh miris dan memilukan. Inilah potret anak yang lahir dari sistem buatan manusia yang fasad yakni kapitalisme. Menjunjung tinggi kebebasan dan berorientasi pada materi semata Karena para pengembannya memaknai kebahagiaan identik dengan banyaknya materi yang diraih, Semakin banyak dan besar materi yang didapat maka asumsinya akan semakin bahagia. Tanpa melihat halal dan haram cara mendapatkannya.
Selain itu, sistem fasad ini juga merusak hubungan keluarga. Sudah banyak keluarga yang menjadi tidak harmonis akibat sistem ini. Apakah kita masih ingin mempertahankan sistem yang rusak dan merusak ini?
Pandangan hidup yang materialistis menjerat keluarga muslim, Akibatnya banyak orang tua fokus untuk memperbanyak materi dan nihil dari upaya memahamkan syariat Islam kaffah termasuk adab dan akhlak. Berbeda dengan Islam, Islam menjadikan pembentukan kepribadian generasi merupakan anggung jawab keluarga,masyarakat dan negara.
Anak adalah anugerah dari Allah sekaligus amanah dan titipan yang paling berharga. Harus di jaga, dirawat dan dididik agar menjadi penyejuk hati & menjadi hamba yg bertaqwa. Memiliki kepribadian Islam yang kokoh serta berperilaku sesuai dengan syariah. Dan masyarakat beramar makruf nahi munkar. Saling menasihati agar setiap muslim berjalan di atas kebenaran temasuk dalam masalah berbakti dan adab terhadap orang tua. Inilah masyarakat Islam yang didambakan.
Kemudian yang tidak kalah penting adalah peran negara yang menyokong terciptanya sebuah masyarakat yang Islam dengan menerapkan aturan berdasarkan wahyu yakni aturan Islam. Sehingga tidak ada lagi istilah anak durhaka. Justru yang terlahir adalah anak sholih dan sholihah yang berpegang teguh pada ajaran Islam.