Maraknya Islamophobia, Dunia Bisa Apa?

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Maraknya Islamophobia, Dunia Bisa Apa?

Syahraeni

Kontributor Suara Inqilabi

 

Agresi pasukan Israel ke Jalur Gaza, Palestina, telah berlangsung selama hampir lima bulan dan terus memakan korban. Menurut data yang dihimpun United Nations Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (OCHA), selama 7 Oktober 2023—21 Februari 2024, warga Jalur Gaza yang tewas akibat serangan Israel telah mencapai 29.313 jiwa, dan korban luka 69.333 orang. (katadata.co.id, 22/02/2024)
Buntut pecahnya perang antara Israel dan Hamas, insiden Islamofobia di Inggris meningkat lebih dari tiga kali lipat. Berdasarkan laporan oleh kelompok pemantau Tell MAMA, pada Kamis, 22 Februari 2024.
Tell MAMA melaporkan bahwa pihaknya telah mencatat 2.010 kasus Islamofobia dalam empat bulan, 901 kasus terjadi secara offline dan 1.109 kasus terjadi secara online. Sebagian insiden offline terjadi di ibu kota Inggris, London, yang mencakup perilaku kasar, ancaman, penyerangan, vandalisme, diskriminasi, ujaran kebencian, hingga literatur anti-Muslim. Bahkan perempuan menjadi sasaran dalam 65 persen kasus.
Sebuah masjid Stockholm di distrik Sodermalm, Swedia, menjadi sasaran serangan Islamofobia selama lebih dari setahun. Masjid ini telah menjadi sasaran kejahatan rasial untuk kedua kalinya pada minggu ini dengan insiden terbaru terjadi pada Rabu, 21 Februari 2024, grafiti di dinding masjid dengan tanda Swastika dan pesan ancaman “bunuh Muslim”. (Vivo.co.id, 23/02/2024)
Puluhan tahun masyarakat Palestina mengalami penjajahan yang pelik. Pelbagai bukti nyata penderitaan mereka yang di dokumentasikan hingga nampak dilihat oleh seluruh dunia. Meski demikian, mengapa penjajahan itu tidak pernah usai, bahkan semakin parah?
Ironisnya, dokumenter penderitaan yang dialami saudara kita di Palestina ternyata belum mampu menggerakkan mayoritas hati masyarakat dunia. Sebab disisi lain, perang di sana justru menjadi penyulut bertambahnya kebencian masyarakat nonmuslim terhadap Islam. Hingga islamofobia terus meningkat di berbagai negara dunia.
Meski banyak negara mengecam tindakan entitas Zionis. Afrika Selatan, misalnya, mengajukan gugatan Israel ke Mahkamah Internasional (International Court of Justice/ICJ). Namun, langkah-langkah pembelaan tersebut tetap tidak mampu menghentikan keinginan entitas Zionis untuk merebut tanah Palestina.
Sebaliknya, hal itu semakin membuat para pembenci Islam makin menunjukkan kebenciannya terhadap Islam. Mereka tidak segan menganiaya, membakar kitab suci, bahkan melecehkan Baginda Nabi SAW. Kaum muslim saat ini tidak memiliki tempat untuk mengadu. Meski telah ada lembaga perdamaian dunia (PBB), nyatanya umat Islam tidak mendapatkan perlindungan sebagaimana mestinya.

Berkali-kali PBB dan negara dunia memberi peringatan dan kecaman, nyatanya agresi militer Israel tetap berjalan bahkan makin gencar. Begitu pun upaya dalam menanggulangi islamofobia. Pada 2022, PBB sempat mengeluarkan resolusi Hari Internasional Melawan Islamofobia. Namun, hingga saat ini, gerakan anti-Islam terus bergulir bahkan bertambah tiga kali lipat. Bukankah ini menunjukkan ketidakmampuan dunia melakukan tindakan nyata untuk melindungi umat Islam?
Saat ini dunia berada dalam pengaturan hidup ala kapitalisme dengan para kapitalisnya —termasuk para pemimpin dunia— saling berlomba untuk menguasai dunia dengan menghalalkan pelbagai cara, termasuk salah satunya menjadikan kaum muslim bercerai-berai dalam banyak negara dengan ikatan nasionalisme dan sistem politik demokrasi yang sengaja mereka tanamkan kedalam dunia Islam. Sesungguhnya, semua ini membuktikan bahwa kapitalisme tidak akan pernah bisa bersanding dengan Islam.
Tidak hanya itu, bukan rahasia lagi kalau mereka juga menanamkan Israel ke tengah pemukiman kaum muslim di wilayah Palestina. Dengan begitu, kaum muslim timur tengah tidak akan bersatu karena stabilitas keamanan terus digoyahkan.
Peristiwa WTC 9/11 seakan menjadi tanda bahwa Islam harus diperangi. Siapa saja yang tidak ingin dimusuhi, harus mendukung pilihan Amerika. Dunia akhirnya terpecah dan dikuasai oleh Amerika beserta para sekutunya. Mereka memiliki kekuatan hingga bebas melempar opini negatif mengenai Islam hingga islamofobia tersebar cepat melalui media. Terbitlah opini umum bahwasanya umat Islam itu teroris, pembunuh, jahat dan lain sebagainya. Kondisi inilah yang membuat sebagian nonmuslim menyimpan kebencian mendalam terhadap Islam, bahkan mereka manifestasikan kepada setiap muslim yang mereka temui.
Kebencian mereka terhadap Islam ini sudah Allah sampaikan dalam Al-Qur’an. Allah Swt. berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudaratan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya.” (QS Ali Imran: 118).
Sejak runtuhnya Khilafah Utsmaniyah pada 3 Maret 1924 kaum muslim menjadi sasaran kebencian musuh-musuh Islam. Mulai dari sasaran kebencian berupa penghinaan hingga pembunuhan seperti yang kita lihat pada saudara kita di Palestina. Keadaan kaum muslim saat ini, bagai umat tanpa pelindung. Tak ada tempat untuk mengadu dan meminta pertolongan. Padahal, sebelum Khilafah runtuh, umat Islam selalu merasa aman di manapun mereka berada. Setiap ada seorang muslim yang teraniaya, khalifah selalu mengirimkan pasukan untuk membelanya. Dahulu, ketika Prancis ingin menyelenggarakan pertunjukan yang isinya menghina Rasulullah saw., khalifah langsung mengirimkan pesan agar acara tersebut dibatalkan.

Ini adalah satu dari sekian fakta, bahwa Khilafah mampu menundukkan dunia hingga semua negara tidak berani melawannya. Khilafah menerapkan aturan Islam sesuai Al-Qur’an dan Sunah. Sangat berbeda jauh dengan kekuasaan negara adidaya saat ini yang mengeruk SDA dan justru menyebarkan ketakutan.
Khilafah adalah pelindung kaum muslim dari segala ancaman bahaya. Oleh sebab itu, terkait masalah Palestina, islamofobia, atau lainnya, tidak akan pernah selesai jika umat Islam tidak mempunyai pelindung kuat. Pelindung yang dimaksud adalah Khilafah sebagaimana yang Rasulullah contohkan.
Sebagai umat Muslim yang beriman kepada Allah, kita wajib percaya bahwa janji Allah tentang berita kemenangan Islam akan segera datang. Berita gembira pun pernah Rasulullah saw. sampaikan, “‘Akan datang kepada kalian masa kenabian, dan atas kehendak Allah masa itu akan datang. Kemudian, Allah akan menghapusnya, jika Dia berkehendak menghapusnya. Setelah itu akan datang masa kekhalifahan ‘ala minhaj an-nubuwwah, dan atas kehendak Allah masa itu akan datang. Lalu, Allah menghapusnya jika Dia berkehendak menghapusnya. Setelah itu akan datang kepada kalian, masa raja menggigit (raja yang zalim), dan atas kehendak Allah masa itu akan datang. Lalu, Allah menghapusnya, jika Dia berkehendak menghapusnya. Setelah itu akan datang masa raja diktator (pemaksa), dan atas kehendak Allah masa itu akan datang. Lalu, Allah akan menghapusnya jika Dia berkehendak menghapusnya. Kemudian datanglah masa Khilafah ‘ala minhaj an-nubuwwah (Khilafah yang berjalan di atas metode kenabian).’ Setelah itu, beliau (saw.) diam.” (HR. Imam Ahmad)

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *