Maraknya Bencana di Bumi Nusantara Akibat Penerapan Sistem Kapitalisme

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Maraknya Bencana di Bumi Nusantara Akibat Penerapan Sistem Kapitalisme

Oleh Inggit Octriani, S.Pd.Si.

(Ibu Peduli Generasi)

 

Bencana terus-menerus menyelimuti negeri ini, seakan tanpa solusi. Apa benar bencana hanya merupakan fenomena alam, atau ada sebab lain?

Beberapa waktu ke belakang daerah Jawa Timur mengalami getaran banjir di Gunung Semeru, Lumajang, Jawa Timur terekam dalam seismograf sebanyak empat kali pada Jumat (7/7) akibat hujan dengan intensitas tinggi di kawasan puncak gunung itu. Menurut laporan Petugas Pos Pengamatan Gunung Api Semeru, Liswanto, getaran gempa itu terjadi pada periode pengamatan pukul 00.00 hingga 24.00 pada Jumat (7/7). (cnnindonesia.com,8/07/2023).

Ternyata bencana terus melanda negeri bukan hanya banjir tetapi justru sekarang mengalami kekeringan di berbagai wilayah seiring musim kemarau tiba. Dikutip dari tvOnenews.com – Sudah puluhan tahun warga di Pangasinan RT 1 RW 13, Dusun Girimulya, Desa Binangun, Kota Banjar, Jawa Barat, kesulitan memperoleh air bersih. Air sumur milik warga tidak bisa digunakan untuk minum karena terasa asin, sementara tidak ada pasokan air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Anom. “Sudah lebih dari 20 tahun kami kesulitan air bersih pak, air sumur di sini asin dan tidak bisa dipakai untuk minum dan memasak,” ungkap Bahtiar, warga setempat, Minggu (06/08/2023).

Bencana alam yang berasal dari Gunung Semeru, bukan pertama kali terjadi. Gunung Semeru sudah beberapa kali mengalami erupsi dan memakan korban jiwa. Tak sedikit warga yang terkena dampak, mulai dari kehilangan harta dan korban jiwa. Belum banyak upaya yang dilakukan untuk mengoptimalkan mitigasi bancana. Akibat buruknya mitigasi bencana ratusan warga harus mengungsi dan nyawa harus melayang karenanya. Belum reda kondisi tersebut musim kemarau mulai melanda berbagai wilayah di Indonesia. Namun ironisnya justru seolah tak ada penganan yang serius saat warga membutuhkan air bersih untuk kebutuhan hidup. Bahkan para petani dipastikan gagal panen.

Negara seharusnya ada di garda terdepan, untuk menyelamatkan rakyatnya. Bukan akhirnya menanggulangi setelah bencana terjadi, tetapi keampuhan mitigasi dan penanganan berbagai bencana dilakukan agar rakyat tidak sengsara.

Memang benar bencana adalah qada dari Allah, tetapi proses mitigasi adalah bagian dari ikhtiar yang harus senantiasa dioptimalkan. Proses mitigasi yang canggih, hanya bisa dilakukan oleh negara. Dengan kemajuan teknologi, potensi terjadinya bencana bisa diketahui sejak dini. Apakah sebuah wilayah masih bisa dihuni atau tidak. Terutama kasus ini apakah rakyat yang tinggal di sekitar gunung berapi masih aman atau tidak.

Bagi mereka yang dilanda kekeringan harus disiapkan pasokan air bersih dan mencegah pembabatan hutan untuk menghindari kekurangan air. Karena saat ini kekurangan air akibat banyaknya perumahan dan industri serta serapan air kian menipis.

Pada kasus gunung berapi negara seharusnya memberi perhatian khusus dan agar tidak terulang lagi. Apalagi untuk gunung berapi yang masih aktif maka potensi terjadinya erupsi bisa sangat sering terjadi.

Pemasangan seismograf untuk tindakan mitigasi, adalah proses pencegahan yang masih sangat minim. Karena walaupun tidak terjadi erupsi dan abu, sebenarnya potensi bencana masih tetap bisa terjadi. Seruan pemerintah saat erupsi terjadi, dengan meminta masyarakat untuk tidak melakukan aktivitas di sekitar gunung menjadi sulit untuk dilakukan. Karena, banyak masyarakat yang bermata pencaharian di sekitar gunung. Akhirnya banyak yang enggan untuk berpindah karena mereka harus bekerja.

Akhirnya negara bergerak setelah bencana terjadi. Ini pun, gerakan yang terlihat seadanya. Sehingga banyak korban yang berjatuhan. Tidak sedikit yang kehilangan nyawanya. Di sini terlihat bagaimana negara melalaikan urusan rakyatnya, terutama nyawa rakyatnya. Hal ini wajar, karena dalam sistem kapitalisme, menempatkan urusan ekonomi di atas segalanya, meski mengabaikan keselamatan jiwa manusia.

Proses mitigasi memang menelan dana yang tidak sedikit, tetapi hal ini sangat bermanfaat. Dengan mitigasi seadanya, pemerintahan kapitalis merasa aman karena bisa menekan biaya.

Jika bencana gunung berapi dan kekeringan tidak ditangani dengan serius maka tentu yang jadi korban kita semua. Namun pertanyaannya mampukah sistem kapitalisme mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi rakyat secara tuntas dalam penanganan bencana?

Pandangan Islam

Islam memandang bahwa proses mitigasi sangatlah penting karena sesuai dengan prinsip dasar negara dari sistem Islam bahwa kehadiran penerapan Islam adalah untuk melakukan penjagaan terhadap akal, jiwa, dan harta.

Maka, teknologi dan dana yang akan men-support proses mitigasi dalam rangka pencegahan bencana, akan senantiasa diperhatikan oleh pemerintah.

Apabila negara masih memperbolehkan warga sekitar gunung berapi untuk tinggal maka negara benar-benar akan memperhatikan proses mitigasi bencana dan juga akan menyiapkan penanggulangan erupsi gunung berapi. Kalaupun, akhirnya bencana yang lebih hebat terjadi, maka negara akan benar-benar membersihkan wilayah tersebut dari penduduk.

Negara juga akan menyiapkan lokasi pengungsian yang layak, sehingga rakyat tidak akan terlantar. Negaralah yang berperan besar dalam proses mitigasi bencana. Sebab, negara dalam Islam, berperan sebagai raa’in atau pengurus dan junnah atau pelindung, yang bertanggung jawab penuh terhadap rakyatnya.

Wallahualam bissawab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *