Marak Aksi Bunuh Diri, Kapitalisme Gagal Memberi Solusi

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Marak Aksi Bunuh Diri, Kapitalisme Gagal Memberi Solusi

Oleh Irma Faryanti

Pegiat Literasi 

Warga Semarang sempat geger akibat dua peristiwa bunuh diri yang dilakukan oleh dua orang mahasiswa. Yang pertama adalah NJW (20) yang tinggal di Ngaliyan, ia ditemukan tewas setelah melompat dari Mal Paragon pada hari Selasa 10 Oktober 2023. Dan yang lainnya berasal dari Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) berinisial EN (24) yang berasal dari Kapuas, Kalimantan Selatan. Ia ditemukan tidak bernyawa di kamar kostnya sehari setelah kasus pertama. (REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG, Jumat 13 Oktober 2023)

Hevearita Gunaryanti Rahayu selaku Walikota Semarang merasa prihatin dengan terjadinya dua kasus tersebut, dan mengajak masyarakat untuk meminimalisir terulangnya peristiwa yang sama. Lebih lanjut, wanita yang biasa disapa Ita ini menyatakan bahwa dirinya akan berupaya mencari solusi atas permasalahan tersebut dengan menggandeng berbagai pihak seperti organisasi kemasyarakatan, kepemudaan juga perguruan tinggi.

Polisi menduga, mahasiswa berinisial EN melakukan tindakan bunuh diri karena terjerat pinjaman online. Hal itu diketahui sejumlah surat wasiat yang ditemukan di kamarnya. Ia sempat menulis beberapa lembar surat yang ditujukan untuk beberapa pihak dan berpamitan serta meminta maaf pada orang-orang yang ia tinggalkan. Padahal saat itu ia tengah menyelesaikan skripsi selama setahun terakhir, dan diketahui memiliki IPK terakhir 3,6.

Kasus bunuh diri juga ditemukan di daerah Malang, seorang pemuda berusia 22 tahun ditemukan tewas tergantung. Pria berinisial AT ini merupakan warga Desa Kebonagung, Kecamatan Purworejo, Kota Pasuruan. Diduga tindakan bunuh diri ini disebabkan karena depresi akibat permasalahan asmara. Sebab dari ponselnya ditemukan riwayat panggilan dan pesan singkat dari seorang wanita.

Terkait hal ini, Nuzulia Rahma Tristinarum sebagai Praktisi psikolog keluarga mengungkap beberapa hal yang bisa memicu fenomena bunuh diri. Bisa dari pola asuh yang membentuk anak, di mana mereka kehilangan figur teladan dari orangtuanya. Atau karena paparan dunia maya yang membuat anak tidak mampu menyaring apa yang ia tangkap dan mengikuti berbagai hal yang ia dapatkan. Bisa juga karena tingginya tuntutan dari orang tua tanpa dibarengi dengan kasih sayang, perhatian dan komunikasi yang baik. Akibatnya anak merasa kosong dan hampa, sehingga memilih jalan pintas dengan mengakhiri hidupnya.

Sungguh memprihatinkan, pemuda yang notabene adalah generasi penerus harus mengakhiri masa depannya dengan cara seperti itu. Kondisi mental yang lemah membuat mereka mudah menyerah saat didera permasalahan berat yang menimpa hidupnya. Sekularisme yang meniscayakan terpisahnya agama dari kehidupan, membuat mereka berpikir pendek dan nekat mengakhiri hidupnya.

Kurangnya iman juga menjadi penyebab dilakukannya aksi ini. Karena kalau saja nilai agama dijadikan standar, mereka akan beribu kali memikirkannya terlebih dahulu sebelum bertindak. Namun inilah negara kapitalis, ide sekuler yang diserukannya membentuk masyarakat menjadi individu-individu yang jauh dari aturan yang diserukan Penciptanya. Didera masalah seolah membuat langit runtuh dan kehilangan harapan, menjadikan bunuh diri sebagai penyelesaian.

Padahal di dalam Islam hukum bunuh diri itu sendiri jelas diharamkan. Menghilangkan nyawa dengan cara apapun hukumnya adalah dosa besar. Allah Swt. berfirman dalam QS an Nisa ayat 49, yang artinya:

“Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha penyayang kepadamu.”

Juga sabda Rasulullah saw. dalam HR Bukhari Muslim:

“Barangsiapa yang membunuh dirinya sendiri dengan sesuatu yang ada di dunia, niscaya kelak pada hari kiamat Allah akan menyiksanya dengan cara seperti itu pula.”

Untuk mengatasi sikap mudah putus asa yang dialami kaum pemuda saat ini tidak cukup hanya dengan memberi nasihat, tapi juga harus dipahamkan tentang kesadaran akan hubungannya dengan Sang Pencipta. Yang dibangun berdasarkan landasan yang benar, sehingga mampu menumbuhkan keyakinan bahwa Allah Swt. adalah satu-satunya tempat berlindung dan memohon pertolongan. Agar mereka menyadari bahwa tidak ada masalah yang tidak memiliki solusi. Terlebih Islam adalah agama sempurna yang memiliki jalan keluar bagi seluruh permasalahan kehidupan.

Di dalam Islam juga ditetapkan dengan jelas, tentang hakikat manusia hidup di dunia. Bahwa kebahagiaan hakiki bagi seorang Muslim adalah meraih rida Allah Swt. Maka tidak seharusnya manusia berpaling dari ketentuan yang telah digariskan olehNya. Ketika mendapati permasalahan, tentunya harus dikembalikan pada ketetapan Allah dan RasulNya, tidak berputus asa terhadap rahmat juga hidayah-Nya.

Sebagai ideologi yang sempurna, Islam menetapkan negara sebagai pelindung rakyatnya. Seorang pemimpin harus memahami akan amanahnya yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah Swt. Ia akan melindungi dan menjamin harta, kehormatan bahkan nyawa orang-orang yang ada di bawah kepemimpinannya, menjamin kebutuhannya dan memastikan kebahagiaannya. Tidak akan dibiarkan satu nyawa menghilang tanpa sebab, terlebih karena keputusasaan yang tidak beralasan.

Seorang penguasa muslim juga berperan penting dalam pembinaan generasi, ia akan melakukan berbagai upaya untuk menanamkan ideologi Islam, membentuk individu yang berkepribadian kuat dan terikat dengan aturan Allah Swt. Yang hanya akan mengembalikan solusi dari semua permasalahan yang dihadapi kepada Dzat yang Maha menguasai, bukan dengan cara bunuh diri.

Oleh karenanya, ketika didapati kapitalis telah gagal memberi kebahagiaan sejati, selayaknya kita kembali pada aturan sempurna yang telah Allah Swt. turunkan bagi umat manusia. Mengamalkan dan menerapkannya dalam kehidupan, serta menegakkannya dalam sebuah naungan kepemimpinan Islam.

Wallahu alam Bissawab

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *