Langganan Banjir, Bukti Kebobrokan Kapitalisme

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Langganan Banjir, Bukti Kebobrokan Kapitalisme

Siti Muksodah 

Kontributor Suara Inqilabi

 

Hujan deras yang turun pada Kamis (11/1/2024) sore menyebabkan lima rukun tetangga (RT) dan enam ruas jalan di DKI Jakarta terendam banjir.Kepala Pelaksana BPBD DKI Jakarta, Isnawa Adji, menjelaskan bahwa terjadi peningkatan genangan dari tiga RT menjadi lima RT, mencakup 0,016 persen dari total 30.772 RT. Enam ruas jalan juga masih tergenang. “Wilayah yang terdampak mencakup lima RT, termasuk tiga RT di Kelurahan Duren Tiga (Jakarta Selatan) dengan ketinggian air mencapai 30 sentimeter (cm) akibat hujan deras dan luapan Kali Mampang. Sementara itu, dua RT di Jakarta Timur mengalami genangan dengan ketinggian 30 cm, juga akibat curah hujan tinggi,” (beritasatu.com, 11/01/2024).

Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat terjadi 4.940 bencana sepanjang 2023. Jumlah tersebut mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2022. “Indonesia merupakan satu negara dari 35 negara di dunia yang potensi risiko bencananya paling tinggi, sehingga dikatakan kalau tadi di 2022, 3 ribu begitu ya memang ribuan terus, di 2023 BNPB mencatat lebih tinggi lagi 4.940 kali bencana,”Kepala BNPB Letjen Suharyanto dalam konferensi pers di Kantor BNPB, Jakarta Timur, Jumat (12/1). (cnnindonesia.com, 12/01/2024).

Fakta diatas seharusnya membuka pengetahuan kita sebagai kaum muslim. Bahwa ternyata bencana banjir terjadi setiap tahun dan jumlahnya semakin bertambah. Sungguh sanggat memprihatikan dan menyedihkan, selama 78 tahun negeri ini merdeka namun permasalahan banjir belum teratasi. Setiap tahun, negeri ini tidak lepas dari yang namanya bencana banjir. Dan banjir itu sendiri ternyata diakibatkan oleh perilaku manusia sendiri. Dimana dengan rakusnya pemerintah memanfaatkan lahan yang awalnya merupakan kawasan serapan air atau penghijaun diberikan kepada investor untuk dikelolah menjadi ladang bisnis ataupun dijadikan kawasan industri.

Inilah jika negara dikelolah dengan sistem kapitalis. Terbukti secara tersistem membuat manusia menjadi rakus serakah dan menghalalkan segala cara demi meraup cuan. Kelestarian lingkungan pun diembat yang harusnya dijaga bersama. Hal ini sesuai dengan Allah swt berfirman dalam surat Ar-Rum ayat 41 yang artinya, “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”.

Kerakusan manusia menyebabkan musibah itu terjadi. Mereka seakan lupa bahwa ada yang lebih berkuasa dari manusia dia adalah Allah SWT. Musibah menjadi bukti nyata akan keberadaan Allah sebagai pencipta dan pengatur kehidupan. Kondisi saat ini adalah kondisi yang sangat memprihatinkan. Dimana manusia hidup dalam pemerintahan yang menerapkan hukum buatan manusia yaitu sistem kapitalis bukan hukum Allah SWT. Sistem kapitalis melarang agama mengatur kehidupan. Mereka menggap Allah SWT hanya maha pencipta bukan maha pengatur. Kapitalis juga menyakini bahwa hukum agama dapat menghambatnya dalam kanca kehidupan. Maka sistem ini menempatkan membatasi agama hanya ada dirana tempat ibadah saja.

Lain hal nya dengan sistem pemerintahan islam (khilafah). Dimana khilafah akan menerapkan konsep hima yaitu kawasan yang dilindungi. Khilafah akan memperhatikan kelestarian lingkungan untuk mewujudkan keamanan bagi masyarakatnya.

Wallahu’alam bish-shawwab

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *