Kurikukum Moderasi Untuk Siapa

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh: Endah Husna

Modul bertajuk “Membangun Karakter Moderat: Modul Penguatan Nilai Moderasi Beragama pada RA-MI dan MTs-MA” ini dipandang sebagai solusi ampuh untuk mengendalikan potensi tumbuh suburnya paham radikalisme di kalangan generasi muda. Inilah modul Moderasi Beragama untuk siswa madrasah yang baru-baru ini diumumkan oleh Ditjen Pendidikan Islam Kementerian Agama.

Isinya berbicara tentang pembangunan karakter moderat, pengenalan kebangsaan, berlaku adil terhadap sesama, menjaga dan menjalin persaudaraan, dan lain-lain. Dengan modul ini, harapannya guru memiliki panduan untuk menginternalisasi pemahaman Islam yang disebut lebih ramah, lebih toleran, dan terbuka atas perbedaan. Hingga harapannya para peserta didik akan terjauhkan dari sikap radikal.

Arti kurikulum moderasi sendiri adalah kurikulum agama yang mempunyai pandangan Islam moderat ( liberal ). Yakni, Islam yang berada di titik tengah, yang menekankan nilai toleransi tinggi terhadap muslim maupun non-muslim, termasuk dalam kerangka pluralisme ( semua agama adalah benar ). ( gogle )
Kabinet kerja jilid dua sekarang memang sangat fokus terhadap agenda membendung radikalisme sebagai target bagi periode kedua pemerintahannya. Yang sangat serius salah satunya adalah perubahan kurikulum pesantren dan madrasah yang dikomandoi Kementrian Agama. Perubahan kurikulum ini dipicu adanya temuan 155 buku pelajaran yang dianggap mengandung paham “radikal” seperti ajaran soal Khilafah dan jihad di pertengahan tahun sebelumnya.
Khususnya isu Khilafah memang bukan kebetulan, isu ini sedang ramai-ramainya dibicarakan. Gagasan ini mulai dikenal masyarakat dari berbagai komunitas dan jenjang pemikiran. Dan mulai dilirik sebagai visi baru perubahan di tengah gagalnya sistem sekuler-kapitalis memberi kehidupan yang mensejahterakan.

Sepertinya, kenyataan inilah yang membuat para penjaga sistem sekuler-kapitalis memutar otak. Karena kesadaran umat akan Islam ini adalah merupakan lonceng kematian yang mengerikan bagi mereka.

Maka berbagai carapun dihalalkan untuk menghadang kebangkitan umat ini. Termasuk yang mereka amat sangat pahami adalah umat harus dipisahkan dari pemahaman Islam kaffah, ide khilafah dan para pengembannya. Karena Dakwah Islam kaffah dan khilafah lah mata umat terbuka akan hakikat persoalan yang mereka hadapi. Siapapun tak bisa memungkiri kenyataan bahwa sistem ini memang rusak, bahkan menjadi sumber dari segala kerusakan. Karena sistem ini menuhankan kebebasan. Hingga akhirnya lahir berbagai aturan hidup yang memicu krisis di berbagai bidang. Mulai dari krisis moral, politik, ekonomi, dan lain-lain.

Bagaimana kabar generasi kini, yang menjadikan tontonan sebagai tuntunan. Tontonan kebebasan hingga mengajak kepada jalan zina. Gaya hidup bebas, narkoba, kekerasan, pemerkosaan, penyimpangan seksual yang menjijikkan, hingga sudah tidak punya malu untuk mengumumkan ke media sosial atas semua tindakan buruknya. Justru mereka ingin mencari pengikut sebanyak- banyaknya dengan cara yang amat memprihatinkan.

Kita tengok dalam bidang yang tidak kalah fital, yakni ekonomi yang tak kalah buruknya. Indonesia kian hari kian tenggelam dalam utang ribawi tiada tepi. Penguasaan sumber daya alam dan sektor-sektor vital oleh asing justru dilegalisasi penguasa.

Kemiskinan nyata didepan mata kian bertambah, bukan data berbicara. Kedaulatan negara pun kian tergadai, mana bukti merdeka yang selalu disambut lomba-lomba tujuh belasan yang tak nyambung dengan hakikat perjuangan merebut kemerdekaan.

Namun anehnya, sampai detik ini rezim diam seribu bahasa seolah tuli dan buta terhadap kerusakan dan kegagalan kebijakan mereka. Mereka sepertinya menganggap negeri ini baik-baik saja. Tak sedikit diantara para penjaga sistem ini bermain mata dengan para penguasa. Berharap fee dari proyek-proyek dan tetap ada harapan untuk tetap menjabat di periode kekuasaan selanjutnya. Cari muka didepan tuannya.

Maka, saat arus deras kesadaran Islam ideologis ini muncul, mereka berteriak lantang bahwa radikalisme adalah musuh bersama dan ajaran Islam tentang khilafah dan jihad adalah ajaran berbahaya.

Lantas pertanyaannya, berbahaya bagi siapa? Adalah Rand Corporation, sebuah Pusat Penelitian dan Kajian Strategis tentang Islam di Timur Tengah yang berpusat di Santa Monica-California dan Arington-Virginia, Amerika Serikat (AS), yang pada tahun 2007 mengeluarkan sebuah laporan setebal 217 halaman berjudul Building Moderate Muslim Network. Laporan ini berisi rekomendasi bagi pemerintahan AS tentang cara melemahkan dan memecah kekuatan Islam. Tak lain dengan membangun jaringan Muslim Moderat sebagai mitra Amerika dalam melawan apa yang mereka sebut kebangkitan fundamentalis Islam di dunia.

Rand Corp merinci kriteria kalangan moderat-liberal yang harus dijadikan mitra AS. Yakni mereka yang mendukung demokrasi, kesetaraan gender, kebebasan berkeyakinan, menghargai keberagaman, menentang terorisme dan lain-lainnya.

Dan inilah yang terjadi di negeri-negeri Islam termasuk Indonesia. Kelompok moderat dan aktivisnya selalu mendapat panggung dan dukungan dana diberbagai kesempatan. Mereka tampil bak pahlawan penyelamat bangsa..

Jadi jelas, sejatinya tegaknya Islam hanya berbahaya bagi kekuasaan mereka, yang selama ini menghisap darah umat.

Oleh karena itu, umat seluruhnya harus sadar, hanya dengan berpegang teguh pada Islam kaffah-lah mereka akan kembali mulia. Yakni dengan berjuanh agar bisa segera tegak institusi negara bernama Khilafah Islamiyah. Institusi yang akan menyatukan semua potensi umat agar kembali kepada fitrahnya dan melawan hegemoni kapitalisme global.

Umat tak boleh termakan berbagai isu buruk bahwa Islam kaffah dan semua ajarannya berbahaya. Dengan senantiasa mengingat firman Allah SWT dalam QS. Muhammad:7 yang berbunyi “Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.”
Wallahu a’lam bishawaab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *