Konflik Palestine Belum Usai, Potret Negara Abai

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Konflik Palestine Belum Usai, Potret Negara Abai

Oleh Antika Rahmawati

(Aktivis Dakwah)

 

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu melabeli tentara Hamas sebagai teroris dan dirinya tengah diperangi. Hal tersebut disampaikan setelah pasukan Hamas, Palestina menyerang beberapa wilayah di jalur Gaza. Sayangnya, Netanyahu menganggap bahwa pihak Palestine adalah teroris.

Disusul oleh pernyataan Israel Defense Forces (IDF), yang menyatakan bahwa mereka sedang berperang. Hal tersebut diduga karena serangan mendadak dari tentara Hamas. (www.cnbcindonesia.com,07-10-2023)

Sedangkan, Menteri Luar Negeri Indonesia merasa prihatin dengan konflik antara Israel dan Palestine. Sebanyak 532 jiwa telah tewas antara keduanya, hingga akhirnya mengundang banyak perhatian. Kemudian, Menlu RI menyatakan bahwa kedua belah pihak harus berdamai.

Selain itu, Menlu RI juga mendesak agar kekerasan di Palestina segera dihentikan. Beliau yang mewakili Indonesia meminta agar konflik keduanya berakhir, sesuai dengan parameter kesepakatan PBB. (katadata.co.id, 08-10-2023)

Konflik Palestine dengan Israel memang belum usai, karena tiadanya sosok pemimpin sebagai pelindung. Penyerangan Hamas terhadap Israel juga bukan bentuk aksi terorisme, melainkan mempertahankan apa yang sudah menjadi hak mereka. Namun, dengan sigapnya pihak penjajah menyatakan bahwa Hamas adalah teroris.

Gaza sudah lama terenggut, banyak darah-darah para mujahid yang tumpah. Negara-negara yang bertetangga hanya mengecam dan menuntut untuk berdamai, namun, akar permasalahannya adalah tanah yang diamanahkan Allah untuk kaum muslim Palestina ini sedang diambil alih. Sama halnya ketika rumah kita di rampok, lalu rampok tersebut mendiami rumah kita setiap waktu mereka menyerang pemilik rumah, berdamai bukan solusi.

Kapitalisme pengusung nasionalisme, menjadikan negara lain tidak mampu untuk membela penduduk Palestina. Nyawa kaum muslimin sana dipertaruhkan, sedangkan negara lain termasuk Indonesia hanya menjadi penonton. Telah banyak korban jiwa yang berjatuhan, namun, negara-negara lain hanya memberikan solusi untuk damai.

Bahkan saat ini, media terkesan menutupi jumlah korban warga Palestina. Yang di publikasikan hanya jumlah korban dari pihak Israel. Berkali-kali qunut nazilah dikumandangkan, ketika Israel kembali menggempur.

Nasionalisme Pemicu Negara Abai

Negara-negara yang bertetangga dengan Gaza, seolah bungkam. Media-media juga tidak dapat mengakses berita tentang Gaza. Sebab, kapitalisme telah melahirkan pemikiran nasionalisme sebagai bentuk pembatas antar negara.

Nasionalisme inilah, yang melahirkan pemikiran bahwa urusan negara satu dengan yang lainnya terpisah. Padahal, semua penduduk Gaza merupakan saudara seakidah yang mengharap pertolongan dari negara-negara muslim manapun.

Hingga akhirnya, mereka sendiri yang dilabeli teroris di wilayahnya sendiri hanya karena serangan pertahanan dari pihak Hamas. Namun, respon dari sebagian negara menganjurkan keduanya berdamai atas nama PBB. Sedangkan yang lain, ikut menyalahkan aksi Hamas yang menyerang warga Israel.

Jika negara kapitalisme terus abai, dengan dalih bukan urusan pemerintahan negara ini maka Palestina akan jatuh ke tangan para laknatullah. Butuh solusi menyeluruh agar tanah Gaza tetap menjadi tanah kaum muslim yang diberkahi.

Islam Tuntaskan Konflik Muslim Gaza

Islam memuliakan tanah Palestina, bahkan menjadikan Masjidil Aqsa sebagai kiblat pertama umat muslim. Islam juga mempunyai solusi yang menyeluruh atas konflik Palestina ini. Sebagaimana telah dilakukan oleh para pasukan muslim, yang memberantas negara-negara yang belum tunduk dengan aturan Allah.

Metode yang digunakan Islam, sebagai solusi konflik negara adalah dakwah dan jihad. Seperti yang dilakukan oleh para pemimpin Islam terdahulu, yakni melakukan perjanjian untuk mengajak para pemimpin negara lain masuk Islam, jika menerima mereka akan masuk Islam dan mentaati hukum syariat. Jika mereka menolak, maka akan diperangi dengan tujuan menaklukan negara tersebut.

Lalu “bagaimana dengan menyelesaikan masalah Palestina yang ada di genggaman Israel?”, Tentu solusinya adalah jihad. Dan negara-negara muslim menyiapkan bala bantuan, untuk membantu Palestina mengahadapi tentara zionis. Bukan dengan berdamai, atau warga Palestina hijrah mencari tempat lain sebagai tempat mereka yang baru.

Islam tidak hanya menjadi pelindung, tetapi juga menjadi pemersatu individu satu dengan yang lain. Islam memiliki ikatan yang abadi, yakni dengan akidah Islam yang di mana memiliki pandangan bahwa muslim satu dengan yang lain adalah saudara. Yang sebagaimana kita pahami, akidah Islam merupakan akidah yang kuat dalam menyatukan bangsa, suku, ras, agama, dan lain sebagainya.

Rasulullah Saw. bersabda, “Perumpamaan mukmin satu dengan yang lainnya dalam hal saling mencintai, saling menyayangi, dan saling berkemah lembut diantara mereka adalah bagaikan satu tubuh. Jika salah satu tubuhnya merasakan sakit, maka seluruh anggota tubuh juga akan merasakan demam dan tidak dapat tidur.” (HR. Tirmidzi)

Eratkan kembali ukhuwah, satukan pemikiran dan jiwa kita untuk Palestina. Mereka adalah saudara semuslim kita, yang mana kita juga merasakan apa yang mereka rasakan. Kita rekatkan kembali akidah Islam kita untuk Palestina, kita pelajari Islam dan begabung dengan jamaah. Agar dapat satukan pemikiran dan melakukan dakwah terhadap penguasa, untuk jihad melawan penjajah laknatullah.

Kita butuh sosok penguasa yang amanah, yang mampu melindungi hak kaum muslim. Serta pemimpin yang memahami kondisi umatnya, dan mampu memberikan perlindungan dari kekejaman para penjajah. Walaupun suatu saat itu akan terbit kembali kekhilafahan Islam, kita harus menjadi bagian dari pejuang.

Wallahu’alam bish-shawwab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *