KHILAFAH BISYARAH RASUL, KENAPA HARUS DIWASPADAI?

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

KHILAFAH BISYARAH RASUL, KENAPA HARUS DIWASPADAI?

 Zahra K.R

(Aliansi Penulis Rindu Islam)

 

Akhir-akhir ini kita di gemparkan oleh berbagai narasi yang menyatakan bahwa Khilafah sebagai ancaman, yang akan muncul kembali menjelang 100 tahun runtuhnya Kekhalifahan Ustmaniyah, termasuk menyatakan adanya ancaman ideologi transnasional.

Sebagaimana yang di kutip dari tribunnews.com 10/01/2024 bahwa Dr. Moh. Iqbal Ahnaf yang merupakan CRCS dari Universitas Gajah Mada mengatakan, “Dalam era informasi saat ini, narasi-narasi seputar kebangkitan khilafah kembali mencuat ke permukaan. Sejak 1924, ketika khilafah Utsmaniyah runtuh, sekarang, pada tahun 2024, beberapa kalangan mengklaim bahwa kembalinya khilafah akan menjadi kenyataan. Sejauh ini, klaim-klaim kebangkitan khilafah tidak pernah merujuk pada satu bentuk atau model yang pasti. Apakah yang bangkit nanti akan seperti khilafah di zaman Dinasti Utsmaniyah, atau seperti apa?” kata Iqbal Ahnaf.

Ahnaf juga menyampaikan potensi ancaman dari indeologi transnasional, seperti Khilafah akan selalu ada sebagai panacea atau obat yang mampu menyembuhkan kekecewaan, ketidakadilan yang menggiurkan masyarakat. Meskipun demikian Iqbal Ahnaf juga mengakui kekurangan dan kelemahan sistem demokrasi. Namun, Demokrasi adalah kesepakatan bersama yang menurutnya bisa melindungi seluruh warga negara Indonesia. Dia juga meminta masyarakat menjaga semangat nasionalismenya dan berfikir krtitis jika menemukan ideologi yang bertentangan dengan pancasila (beritasatu.com 12/01/2024).

Jika kita telisik lebih lanjut, kelemahan demokrasi sebenarnya tidak hanya terjadi di saat ini saja, tapi dari awal demokrasi itu berdiri sudah bersifat lemah. Bagaimana tida? Demokrasi adalah cipataan manusia. Sedangkan manusia bersifat lemah dan terbatas. Bagaimana mungkin sesuatu yang berasal dari makhluk yang lemah dan terbatas akan kuat?

Pemikiran-pemikiran menyesatkan yang terus di gaungkan oleh para penjajah ataupun musuh-musuh Islam bertujuan untuk mencegah kebangkitan Islam yang sudah di janjikan oleh ALLAH. Kita sebagai seorang Muslim harus pandai menilai mana yang harus kita benarkan dan mana yang harus kita salahkan. Dan penilaian ini tentunya harus sesuai dengan kacamata Islam yaitu hukum Syara’. Ketika kita sudah mencari faktanya, kita akan menemukan bahwa sikap nasionalis inilah yang justru menjadi ancaman nyata itu. Karna, ide nasionalisme membuat sekat antar umat Islam satu dengan umat Islam lainnya. Umat menjadi terpecah belah.

Coba kita renungkan, bagaimana seandainya jika nanti kita mendengar ada saudara se-iman kita yang mengatakan bahwa sholat itu tidak wajib bahkan sholat adalah sebuah ancaman? Tentunya miris hati kita sebagai seorang Muslim mendengarnya. Seperti itulah seharusnya kita menyikapi ketika ada yang mengatakan bahwa Khilafah dan ideologi Islam berpotensi sebagai ancaman. Padahal, ideologi Islam adalah satu-satunya ideologi yang berasal dari Sang Pencipta.

Begitupun juga Khilafah. Khilafah adalah ajaran Islam. Khilafah merupakan mahkota kewajiban sekaligus janji Allah dan bisyarah dari Rosulullah. Jika ideologi Islam di anggap sebagai ideologi transnasional, lalu mengapa ideologi kapitalisme yang sudah sangat jelas berasal dari Barat tidak di katakan sebagai ideologi transnasional? Mengapa yang di sudutkan hanya ideologi Islam? Dan mengapa kita harus mewaspadai ideologi yang berasal dari Pencipta kita sendiri, padahal hanya Allah yang mengetahui kebaikan bagi makhlukNya?

Saatnya kita sadar, bahwa tidak akan ada kemuliaan, kebaikan, dan keberkahan selama aturan Sang Pencipta di campakkan. Kerusakan-kerusakan nyata yang kita rasakan saat ini adalah buah dari tangan manusia itu sendiri yang menggunakan kapitalisme sekulerisme sebagai aturan kehidupan dan juga karna mereka tidak mengindahkan aturan dari Sang Pencipta.

Karna itu, Khilafah yang merupakan janji ALLAH tidak boleh di anggap sebagai ancaman. Khilafah itu wajib adanya. Dalil-dalil terkait kewajibannya pun juga sudah cukup jelas. Bahkan, empat imam madzhab pun sudah menyepakati kewajiban tersebut.

”Telah sepakat para imam (Imam Abû Hanîfah, Imam Mâlik, Imam Syâfi’i, dan Imam Ahmad) –semoga Allah merahmati mereka– bahwa Imamah (Khilafah) adalah fardhu…” (Abdurrahman Al-Jazîrî, Al-Fiqh ‘Ala Al-Madzâhib Al-Arba’ah, 5/416).

Dan Rasulullah pun telah mencontohkannya sebelumnya dengan mendirikan Daulah Islam pertama di Madinah. ”Sesungguhnya Rasulullah SAW telah mendirikan pemerintahan Islam yang pertama di Madinah, sehingga Rasulullah SAW itulah yang menjadi Imam pertama untuk pemerintahan Islam itu… Rasulullah SAW melakukan tugas-tugas sebagai kepala pemerintahan, seperti mengadakan berbagai perjanjian, memimpin pasukan perang, mengirim duta dan utusan, dan sebagainya.” (Abdullah Ad-Dumaijî, Al-Imâmah Al-‘Uzhmâ ‘inda Ahlis Sunnah wa-Al-Jamâ’ah, hlm. 52).

Khilafah merupakan sistem pemerintahan Islam yang akan menggantikan kenabian. Karna masa kenabian Rosulullah sudah berakhir. ”Imamah (Khilafah) itu ditetapkan sebagai pengganti kenabian…” (Al-Mâwardi, Al-Ahkâmus Al-Sulthâniyyah, hlm. 5).

Kita sebagai umat Islam seharusnya tidak alergi dengan ajaran sendiri, apalagi sampai membenci. Ketika kita mengaku sebagai umat Nabi Muhammad Saw, seharusnya kita juga harus menerima semua ajaran yang beliau bawa tanpa pilih-pilih.

Sebagaimana telah ALLAH perintahkan pada kita dalam Al-Qur’an; “Wahai orang yang beriman, masuklah kamu semua ke dalam Islam. janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagi kalian,” (QS. Al-Baqarah : 208).

Masa kepemimpinan Islam dalam naungan Khilafah yang telah di buktikan sebelumnya bahkan tercatat dalam sejarah sebagai satu-satunya peradaban terbaik bagi peradaban manusia. Dan perdaban yang mampu menciptakan kejayaan terpanjang hingga belasan abad lamanya. Peradaban yang tidak hanya di rasakan oleh umat Islam saja tetapi juga di rasakan oleh umat beragama apapun, bahkan rahmatnya tidak hanya di rasakan oleh manusia saja tapi seluruh alam.

Ketika kita mau mempelajari sejarah Islam, kita akan menemukan banyak sekali kemaslahatan-kemaslahatan yang hanya dapat di raih dengan kepemimpinan Islam, bukan selainnya. Contohnya saja seperti di masa Kekhalifahan yang di pimpin oleh Ummar bin Abdul Aziz, pada saat itu Khalifah Ummar bin Abdul Aziz bingung bagaimana cara menyalurkan zakat yang di mana pada saat itu bahkan semua warganya menolak untuk di beri zakat karna mereka semua sudah tercukupi. Tidak hanya itu, masih banyak lagi tinta sejarah kegemilangan dan kejayaan umat yang sudah di raih di masa kepemimpinan Islam yang bahkan tidak pernah di raih oleh kepemimpinan manapun termasuk kepemimpinan di sistem kapitalis sekuler ini.

Maka, sudah saatnya umat memahami betapa pentingnya penerapan Islam di muka bumi ini. Saatnya umat tidak lagi terpengaruh oleh hasutan-hasutan para penjajah dan musuh Islam. Saatnya umat kembali pada hukum Sang Pencipta. Umat juga harus turut berjuang dalam mewujudkan kembalinya hukum ke muka bumi ini, dengan berjuang bersama partai ideologis yang ingin melanjutkan kembali kehidupan Islam melalui tegaknya Daulah Islam Khilafah.

Wallahu a’lam bish shawwab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *