Ketika Bencana Menyapa, Butuh Muhasabah dan Solusi Sempurna

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh : Ummu Brilliant (Komunitas Menulis Setajam Pena)

 

Bencana pandemi yang belum sirna ternyata tak membuat bencana yang lain enggan menyapa. Setelah sebelumnya siklon tropis seroja menghampiri Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Nusa Tenggara Barat (NTB) yang mengakibatkan banjir bandang menyapu apa saja yang dilaluinya. Gempa pun menyusul menyapa negeri. Hingga banyak korban jiwa dan kerusakan berbagai infrastruktur tak dapat dihindari.

Tepatnya Sabtu, 10 April 2021 gempa bumi berkekuatan 6,1 SR mengguncang kota Malang, Jawa Timur. Korban pun berjatuhan dan terjadi kerusakan infrastruktur serta rumah-rumah warga akibat gempa ini. Menurut BNPB, tercatat 8 orang meninggal dunia dan 1189 rumak rusak.

Terkait musibah ini, presiden Joko Widodo (Jokowi) segera memerintahkan pemerintah daerah untuk melakukan langkah tanggap darurat, sebagaimana disampaikan Jokowi dalam konferensi pers yang disiarkan You Tube Sekretariat Presiden (iNews.id, 11/4/2021).

Beliau juga menginstruksikan kepada kementrian serta lembaga negara terkait. Diantaranya BNPB, Basarnas, Kemensos, Kemenkes, Kementerian PUPR, TNI serta Polri untuk turut melaksanakan langkah-langkah tanggap darurat.

/Musibah Saatnya Muhasabah/

Seperti dilansir dari kompas.com, Minggu 11 April 2021, presiden juga mengingatkan masyarakat bahwa Indonesia berada di wilayah “ring of fire” atau cincin api. Karenanya aktivitas alam yang berpotensi menjadi bencana alam dapat terjadi kapan saja. Beliau meminta kepada seluruh kepala daerah untuk selalu mengingatkan masyarakat agar selalu meningkatkan kewaspadaan terhadap datangnya bencana.

Sebagai seorang muslim tentu kita paham bahwa musibah/bencana adalah datangnya dari Alloh SWT. Seharusnya bencana yang silih berganti menimpa menjadikan kita untuk muhasabah. Momen Ramadhan kali ini adalah saat yang tepat untuk muhasabah.

Saat bencana menimpa, mengingatkan kita betapa manusia adalah sangat kecil dan lemah dan ini membuktikan keagungan Alloh SWT. Hendaknya dari sini menjadikan kita semakin taat kepada aturanNya dalam seluruh aspek kehidupan. Bencana datang tanpa permisi dan tak memandang tempat maupun orang, siapa saja dan dimana saja bisa tertimpa.

Maka tak pantas bagi kita untuk menyombongkan diri di hadapan Nya. Masihkah kita tak mau mengambil aturanNya, sementara kita dan dunia yang kita tempati adalah milikNya. Alloh SWT mengingatkan kita dalam QS. Al Mulk ayat 16-17 yang artinya: ” Apakah kalian merasa aman terhadap (hukuman) Alloh yang (berkuasa) di langit saat Dia menjungkirbalikkan bumi bersama kalian, sehingga dengan tiba-tiba bumi berguncang? Ataukah kalian merasa aman terhadap (azab) Alloh yang (berkuasa) di langit saat Dia mengirimkan angin disertai debu dan kerikil? Kelak kalian akan mengetahui bagaimana (akibat mendustakan) peringatan Ku”.

Dari ayat ini jelas, bahwa tidak ada manusia yang aman hukuman dan azab Alloh. Maka seharusnya ketika terjadi bencana sikap kita adalah ridha atas ketetapan Nya. Bahwa semua yang terjadi ketentuan Alloh SWT. Tugas kita ikhlas menerima sembari terus berikhtiar dengan maksimal. Dan harus kita sadari bahwa bencana yang menimpa adalah sebagai penghapus dosa.

Manusia adalah tempat salah, lupa dan sering berbuat dosa. Maka ketika Alloh turunkan musibah/bencana tugas kita adalah sabar menerimanya karena dengannya akan menghapuskan dosa- dosa kita. Sebagaimana sabda Rosululloh SAW yang artinya ” Tidaklah seorang muslim tertimpa musibah (bencana) berupa kesulitan, rasa sakit, kesedihan, kegalauan, kesusahan hingga tertusuk duri kecuali Alloh pasti menghapus sebagian dosa- dosa nya” (H.R Bukhari, Muslim).

Terhadap bencana yang menimpa, sudah selayaknya menjadi pelajaran buat kita. Ada hikmah yang bisa diambil dari setiap kejadian. Dari sini hendaknya menjadikan kita semakin mendekat kepada Nya, tunduk, patuh dengan segala aturanNya di manapun dan kapanpun.

/Butuh Tanggung Jawab Negara Dan Solusi Sempurna/

Wilayah Indonesia adalah berada di wilayah cincin api. Dimana aktivitas alam yang berpotensi menjadi bencana alam bisa terjadi kapan saja. Berbagai bencana yang silih berganti dan berulang menimpa jangan dianggap remeh. Dari sini bisa diketahui betapa minimnya mitigasi bencana.

Sebagaimana disampaikan wakil ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Azis Syamsuddin. Beliau menekankan pentingnya mitigasi bencana melalui pemanfaatan teknologi. Menurutnya ini poin penting yang harus mulai diterapkan oleh pemerintah.

“Mitigasi dan sistem peringatan dini yang mengedepankan teknologi digital sudah menjadi keharusan. Penerapan ini penting disosialisasikan ke masyarakat,” kata Azis dalam keterangannya di Jakarta (Merdeka.com, 11/4/2021).

Dalam hal ini dibutuhkan peran dan tanggungjawab negara sebagai pelaksana kebijakan. Rakyat tentu berharap negara tak hanya membuat langkah tanggap darurat, dimana hal ini dilakukan ketika terjadi bencana. Seharusnya pemerintah bisa mengantisipasinya, bukan hanya menanggapi.

Maka, dibutuhkan pengerahan seluruh kemampuan agar bencana alam tidak memberi mudharat pada manusia. Salah satu yang belum dilakukan sistem sekuler yang saat ini mencengkram negeri, adalah penggunaan mitigasi berbasis teknologi agar deteksi dan penyelamatan bisa dilakukan sejak dini. Diharapkan dari sini bisa menekan bahkan mengurangi dampak yang ditimbulkan akibat terjadinya bencana.

/Islam Punya Solusi Sempurna/

Islam adalah agama yang sempurna dan paripurna. Dalam islam, urusan individu per individu dan masyarakat secara keseluruhan sangat diperhatikan. Pemimpin dalam Islam bertanggungjawab atas seluruh urusan rakyatnya.

Dalam hal terjadinya bencana penguasa dalam islam akan merumuskan kebijakan-kebijakan yang menyeluruh. Jadi bukan hanya kebijakan saat terjadi bencana. Kebijakan menyeluruh ini meliputi kebijakan pra bencana, ketika terjadi bencana dan pasca bencana.

Kebijakan pra bencana atau mitigasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk mengurangi resiko bencana. Program ini dapat dilakukan melalui pembangunan fisik maupun peningkatan kemampuan untuk menghadapi ancaman bencana. Diantaranya pembangunan sarana fisik yang memadai, pembangunan tanggul, kanal, melakukan reboisasi, pembangunan fisik yang mengedepankan amdal, serta menjaga kebersihan lingkungan.

Kemudian kebijakan ketika terjadi bencana adalah dengan mengevakuasi korban secepatnya dan membuka akses jalan dan komunikasi. Dengan sigap mengalihkan material bencana ke tempat yang disediakan atau ke tempat yang jauh dari pemukiman penduduk. Membuka akses jalan agar tim penyelamat segera bisa memberikan pertolongan. Segera mendirikan posko-posko. Posko pengungsian yang dilengkapi dengan posko kesehatan, dapur umum, dan menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan.

Kebijakan pasca bencana dengan segera merecovery korban bencana. Memulihkan kondisi fisik dan psikis serta trauma yang menimpa korban. Melakukan recovery mental dengan memberikan tausiah-tausiah yang menguatkan akidah dan keimanan mereka.

Kemudian melakukan recovery lingkungan tempat tinggal dan infrastruktur yang terdampak, seperti kantor-kantor, rumah sakit, pasar, tempat ibadah. Dengan perbaikan secepatnya diharapkan masyarakat segera bisa menjalankan kehidupan sehari-hari secara normal.

Demikianlah kebijakan dalam islam dalam penanganan bencana. Dan hanya dengan kembali kepada sistem Islam yang kaffah maka acaman bencana yang membawa dampak buruk akan bisa berakhir.

Wallohua’lam bishowab

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *