KEBIJAKAN NEW NORMAL MENGANCAM KESELAMATAN MASYARAKAT

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh : Anita

Sudah kurang lebih 3 bulan wabah covid 19 yang melanda negeri belum juga ada solusi terbaik dari pemerintah. Dalam berbagai kesempatan, sejak beberapa pekan terakhir, Presiden meminta masyarakat memulai kehidupan baru berdampingan dengan covid 19. Selain itu, pemerintah juga membuat bingung masyarakat karena masih memberlakukan PSBB, akan tetapi pada saat yang sama, kampanye soal new normal diberlakukan dengan menerapkan berbagai protokol kesehatan. Seperti tidak berkerumun, senantiasa pakai masker serta sering cuci tangan. Menurut Agus Samsudin Ketua Muhammadiyah Covid 19 Command Center (MCCC) kepada reporter tirto.id mengatakan bahwa “bukanlah suatu sikap yang tepat” mengingat pergerakan kasus positif baru terus naik dari hari ke hari. Ajakan tersebut juga tidak tepat karena “di sisi lain ada nasib para tenaga kesehatan dan warga yang terpapar dipertaruhkan.” Ridwan Amiruddin, Seorang epidemiolog FKM Universitas Hasanuddin juga menjelaskan, setiap negara pasti akan memikirkan dua hal, yakni bagaimana menangani covid 19 dan bagaimana roda perekonomian tetap berjalan. Seandainya diibaratkan sebagai sebuah piramida, maka negara akan menyelesaikan masalah keamanan dan kesehatan publik terlebih dahulu.

Lalu ketika pandeminya sudah dapat dikendalikan, barulah masuk ke bidang ekonomi. Kalau melihat dari piramida itu, Indonesia justru langsung lompat ke tahap kedua, yakni memikirkan menjalankan roda perekonomian meski pandemi covid 19 belum selesai. “Ini Indonesia masih dipuncak bahkan belum mencapai puncak sudah mau implementasi jadi terlalu dini, prematur ini. Jadi ini new normal yang prematur,” kata Ridwan dalam sebuah diskusi publik yang dilakukan secara virtual, Kamis (28/5/2020).

Suatu kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah, yaitu memberlakukan new normal akan menimbulkan banyak korban yang berguguran. Ancaman penularan yang masih tinggi itu akan menyasar lingkungan sekolah, mall ataupun tempat-tempat lainnya yang akan mulai beroperasi normal. Dalam hal ini, pemerintah hanya memikirkan sepihak, yaitu hanya memikirkan roda ekonomi. Sejak mewabahnya virus covid 19, perekonomian negeri menjadi tidak stabil, karena tidak ada penanganan yang sesuai dengan tuntunan Islam. Pemerintah tidak memikirkan kesehatan bahkan nyawa rakyat di negeri ini. Pemerintah tidak peduli tentang keselamatan rakyat, ketika new normal diberlakukan. Mengapa? Karena pemerintah membiarkan rakyatnya berkerumun mencampurbaurkan rakyat yang sehat dan yang sedang terjangkit virus. Hal tersebut malah memperburuk kondisi rakyat. Beginilah kondisi negeri yang tidak mencontoh Rasul dan para sahabatnya, agama dipisahkan dari kehidupan, tidak menjadi rujukan.
Padahal sejarah telah membuktikan keampuhan penanganan wabah. Pada zaman tegaknya Islam, pernah terjadi pula wabah penyakit. Rasulullah memerintahkan rakyat nya untuk tidak dekat-dekat atau melihat orang yang mengalami penyakit tersebut.

Rasulullah SAW juga pernah memperingatkan masyarakatnya untuk tidak masuk ke wilayah yang sedang terkena wabah penyakit, dan sebaliknya jika berada di dalam tempat yang terkena wabah, dilarang untuk ke luar dari tempat tersebut. Dalam kondisi tersebut, Rasulullah selalu memperhatikan kesejahteraan rakyatnya. Dari baitul mal Rasulullah memenuhi kebutuhan rakyatnya, tanpa membedakan status ekonomi. Semua secara rata diperhatikan hingga tidak ada rakyatnya yang menderita akibat lockdown yang dilakukan. Tidak ada keluhan dari rakyat masalah ekonomi, kesehatan bahkan pendidikan di tengah wabah. Begitulah kondisi pemimpin dalam sistem Islam. Islam menjadikan pemimpin sebagai pelindung bagi rakyatnya.

Seharusnya kebijakan yang di ambil untuk melakukan pemberlakuan new normal memperhatikan hal lain juga, jangan hanya memperhatikan dari sisi ekonomi saja. Sehingga tidak ada yang merasa jiwa melayang cuma-cuma, yang akhirnya muncul perkataan Indonesia terserah. Oleh karena itu, kebijakan tersebut harus kita tolak. Wallaahu a’lam bish shawaab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *