KAUM PEREMPUAN SEBAGAI PENGGERAK PERPUTARAN EKONOMI, HARUSKAH?

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh : Jamilah Al Mujahidah (Komunitas Muslimah Peduli Generasi)

 

Dalam sebuah media elektronik Kompas.com, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Bintang Puspayoga menyampaikan tentang penerapan prinsip kesetaraan gender di ingkungan kerja. Menurutnya, meski berbagai kemajuan untuk kesetaraan gender telah tercapai, prinsip-prinsip kesetaraan gender perlu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari khususnya di lingkungan kerja. Hal ini disampaikan oleh Bintang dalam Webinar Women in Action: Unleashing The Power Within in Challenging Time (25/3/2021). Bintang menuturkan bahwa ketika perempuan diposisikan sebagai aset berharga, maka perempuan akan merasa nyaman dan aman sehingga karir dan kapasitas mereka akan berkembang. Bintang juga mengatakan, “Bahkan dapat memberikan keuntungan tersendiri bagi perusahaan dalam hal reputasi, citra, dan pada akhirnya peningkatan profit,”.

Dari pemaparan Menteri PPPA menunjukkan bahwa sistem sekuler demokrasi neoliberal semakin menjerumuskan perempuan pada eksploitasi kaum perempuan yang memposisikan mereka hanya sebagai motor perputaran perekonomian yang dikuasai segelintir stockholder. Proyek yang disampaikan Bintang justru menambah beban kaum perempuan. Sejatinya kaum perempuan memiliki tanggung jawab yang lebih besar yang membutuhkan kekuatan fisik dan mental, serta terjaminnya ilmu dan finansial yang memadai, apalagi saat ini mereka hidup di tengah sistem yang bobrok seperti ini. Propaganda kesetaraan gender dengan dalih mengembangkan karir dan meningkatkan kapasitas perempuan sejatinya adalah racun berbalut madu. Konspirasi propaganda tersebut sangat berbahaya. Tujuan para penggaung kesetaraan gender adalah menjauhkan perempuan dari peran sebagai ibu dan pengatur rumah tangga yang hakikatnya merupakan perancang peradaban cemerlang. Kaum perempuan dipaksa menjadi problem solver kemiskinan yang sebenarnya bukan tanggung jawab mereka. Negara adalah penanggung jawab utama dalam urusan pengentasan kemiskinan. Namun, terlanjur negara menerapkan sistem sekuler kapitalisme neoliberal yang menjadikan keadaan semakin rusak dengan merebaknya kemiskinan.

Pada akhirnya, jika ditarik benang merah dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan perempuan versi kapitalisme adalah penjajahan atau penguatan hegemoni kapitalisme secara menyeluruh. Proyek ini menyebabkan abainya kaum perempuan terhadap job description yang lebih mulia terhadap masa depan peradaban, yaitu peradaban Islam. Perempuan memiliki peran dan posisi yang sangat mulia dalam Islam sesuai dengan fitrahnya. Allah telah menciptakan perempuan sesuai dengan potensi kehidupan yang dimilikinya. Perempuan adalah ibu generasi dalam keluarganya. Melahirkan dan mendidik generasi tangguh, berkualitas, taat, beriman dan bertakwa kepada Rabb-nya adalah tanggung jawab besar yang terletak dipundak seorang ibu. Seharusnya mereka paham bahwa dalam Islam perempuan berdaya tidak diukur dari seberapa banyaknya materi yang dihasilkan, akan tetapi perempuan berdaya dinilai dari keberhasilannya sebagai ummun wa rabbatul bait yaitu ibu dan pengatur rumah tangga. Selain itu perempuan berdaya adalah perempuan yang berkontribusi besar dalam dakwah memperjuangkan izzul Islam wal muslimin.

Wallahua’lam bishawab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *