Kasus Bunuh Diri Meroket, Potret Bobroknya Sistem Sekuler Kapitalis

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Kasus Bunuh Diri Meroket, Potret Bobroknya Sistem Sekuler Kapitalis

Oleh Mawar Ummu Faza

Kontributor Suara Inqilabi

 

Dilansir dari Tempo.Co (12/10/2023) belum dua minggu bulan Oktober 2023 berjalan, sudah ada tiga dugaan kasus mahasiswa bunuh diri yang terjadi di kalangan pelajar Tanah Air. Peristiwa terbaru terjadi pada Selasa, 10 Oktober 2023 yang melibatkan seorang mahasiswi Universitas Negeri Semarang (Unnes).

Di tanggal yang sama, seorang mahasiswi di salah satu perguruan tinggi di Kupang juga mengakhiri hidupnya beberapa saat sebelum wisuda. Dugaan kasus bunuh diri yang terjadi pada mahasiswa ini pun menarik perhatian publik. Sebab, angkanya terus bertambah dan cukup tinggi. Bahkan, berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2019, Indonesia memiliki rasio bunuh diri sebesar 2,4 per 100 ribu penduduk.

Angka tersebut menunjukkan bahwa ada dua orang di Indonesia yang melakukan bunuh diri dari 100 ribu jiwa di tahun itu. Dengan asumsi jumlah penduduk sebanyak 270 juta jiwa, maka kasus bunuh diri pada tahun tersebut diperkirakan sebanyak 6.480 kasus. (https://tekno.tempo.co/read/1783145/sederet-kasus-mahasiswa-bunuh-diri-di-indonesia-ada-masalah-apa). Sementara itu berdasarkan data Pusat Informasi Kriminal Nasional (Pusiknas) Kepolisian RI (Polri), ada 971 kasus bunuh diri di Indonesia sepanjang periode Januari hingga 18 Oktober 2023.

Angka itu sudah melampaui kasus bunuh diri sepanjang tahun 2022 yang jumlahnya 900 kasus. Berdasarkan lokasi pelaporannya, kasus bunuh diri di Indonesia paling banyak dijumpai di Jawa Tengah, yaitu 356 kasus. (databoks.katadata.co.id Rabu 18/10/2023).

Bunuh diri sudah menjadi seperti epidemi. Dengan cepat menyebar luas keseluruh lapisan masyarakat. Meningkatnya kasus bunuh diri adalah potret bobroknya masyarakat kapitalisme dan falsafah sekulerisme yang mereka emban. Penerapan sistem sekularisme telah menyebabkan pola pikir liberal yang menjadikan seseorang merasa bebas mengakhiri hidup ketika merasa tidak mampu menyelesaikan persoalan yang dihadapi.

Akibat penerapan sistem kapitalisme neoliberal pula, orang semakin sekuler (jauh dari agama), Pemisahan agama dari kehidupan telah membuat orang kehilangan pegangan hidup yang benar. semakin materialistik (hanya mengejar harta), semakin hedonistik (hanya mengejar kesenangan duniawi) dan semakin individualistik (hanya mementingkan diri sendiri). Akibatnya, ikatan antarindividu semakin rapuh, bahkan ikatan keluarga semakin lemah. Banyak orang tak punya harapan hidup dan sandaran saat mengalami tekanan hidup. Bahkan persoalan sepele bisa mendorong seseorang melakukan bunuh diri. Sekulerisme membuat hati manusia tidak tentram, hampa dan bertentangan dengan fitrah manusia. Meski bergelimang materi, populer tapi hati manusia kosong, karena berusaha menutup fitrah beragama yang merupakan kebutuhan hubungan dengan Sang Pencipta. Alhasil, penerapan sistem kapitalisme neoliberal mengakibatkan beban hidup yang semakin berat.

Ibarat rumput yang kering, percikan api yang kecil akan menimbulkan kobaran api. Masalah yang sekecil apapun bisa membuat ketahanan mental para penganut sekulerisme dan kapitalisme ini mudah goyah, goncang lalu terjatuh.

Solusinya tidak cukup hanya dengan konseling maupun terapi. Tapi harus merombak tatanan kehidupan masyarakat. Mengganti sekulerisme dengan akidah Islam yang memuaskan akal, sesuai fitrah manusia dan menentramkan hati. Sehingga bila setiap orang menghadapi masalah atau musibah ia tetap memiliki harapan akan datangnya pertolongan dari Allah swt atas setiap masalah yang dihadapinya. Nabi saw. bersabda:

« عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ »

Sungguh menakjubkan perkaranya orang yang beriman, karena segala urusannya adalah baik baginya. Dan hal yang demikian itu tidak akan terdapat kecuali hanya pada orang mukmin; yaitu jika ia mendapatkan kebahagiaan, ia bersyukur, karena (ia mengetahui) hal tersebut merupakan yang terbaik untuknya. Dan jika ia tertimpa musibah, ia bersabar, karena (ia mengetahui) hal tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya. (HR. Bukhari).

Solusi

Kapitalisme memaksa negara agar tidak berperan mengurusi rakyat. Berbagai urusan pemenuhan kebutuhan rakyat diserahkan kepada pihak swasta atau asing. Beban hidup yang harus ditanggung rakyat pun semakin berat. Semua itu akibat pemiskinan struktural yang merupakan dampak langsung dari penerapan sistem kapitalisme neoliberal. Sistem ini telah mengakibatkan kekayaan hanya bertumpuk pada segelintir orang saja terutama para pemilik modal. Kapitalisme juga meminimalisir peran agama.  Akibatnya, penguatan kemampuan seseorang menanggung beban diserahkan kepada individu. Negara tak peduli dengan keimanan dan ketakwaan rakyatnya. Alhasil, penerapan sistem dan kebijakan negara justru menjadikan rakyat semakin putus asa yang dapat berujung pada keputusan singkat dengan mengakhiri hidupnya.

Berbeda hal nya dengan sistem islam. Sistem islam mewajibkan negara untuk melakukan ri’ayah kepada semua warga negara. Memberikan mereka jaminan pendidikan, kesehatan dan kesempatan untuk mencukupi semua kebutuhannya. Sehingga hal ini akan menghindari tekanan dan beban kehidupan bagi setiap warga negara. Ketika syariat islam diterapkan untuk mengatur semua aspek kehidupan, maka akan melahirkan keimanan yang kuat, sikap optimis dalam menjalani kehidupan, serta kesejahteraan dan keberkahan hidup. Hal ini akan melahirkan ketenteraman bagi setiap muslim dan seluruh warga negara sehingga dengan sendirinya akan meniadakan kasus bunuh diri, firman Allah Swt. dalam surah Al-A’raf ayat 96,

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi.”

Carut marutnya berbagai permasalahan di negeri ini sudah sangat komplek dan serius. Sehingga apabila negeri ini kembali pada Syariat Islam secara kaffah akan memberikan kehidupan yang baik bagi seluruh rakyat dan menguatkan kemampuan tiap individu dalam menanggung beban semaksimal mungkin. Sehingga kembalinya ummat untuk secara utuh menerapkan syariat Islam secara kaffah tak bisa ditawar- tawar lagi.

Syariat Islam yang diterapkan secara kaffah akan menjadikan ketaqwaan individu sebagai tombak serta perisai dalam mengarungi bahtera kehidupan, masyarakat akan memberikan kontrol agar semua berjalan sesuai syariat Islam, serta negara melaksanakan aturan islam secara kaffah sehingga rahmatan lil ‘alamiin dapat dirasakan oleh negeri ini.

Wallahualam bishshawab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *