Kapitalisme Di Ambang Kehancuran

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Kapitalisme Di Ambang Kehancuran

Oleh Lina Marlina

(Ummahat Peduli Umat)

 

Bank Pembangunan Asia (ADB) memperkirakan 155,2 juta orang di negara berkembang yang berada di Asia Pasifik, atau 3,9 persen populasi kawasan tersebut hidup dalam kemiskinan yang ekstrem. Hal itu dipicu meningkatnya krisis biaya hidup imbas lonjakan inflasi yang terjadi tahun lalu. Masalah juga dipicu penyebaran pandemi covid dalam 3 tahun belakangan ini. ADB mendefinisikan masyarakat hidup dengan kemiskinan ekstrem jika pendapatan kurang dari US$2,15 per hari.

Menurut Kepala Ekonom ADB, Albert Park, jumlah kemiskinan ekstrem meningkat sebanyak 67,8 juta lebih banyak jika kita membandingkannya dengan situasi tanpa adanya pandemi dan lonjakan inflasi. Ia juga mencatat bahwa lonjakan inflasi telah memberikan dampak yang paling merugikan pada masyarakat miskin, karena harga-harga yang semakin tinggi telah mengurangi kemampuan mereka untuk membeli kebutuhan dasar seperti makanan dan bahan bakar.

Selain itu, kenaikan harga barang juga membuat banyak orang miskin sulit untuk menabung, membayar layanan kesehatan, atau berinvestasi dalam pendidikan. Akibatnya, mereka semakin kesulitan untuk keluar dari lingkaran kemiskinan, dan malah lebih terjerumus ke dalam kemiskinan ekstrem.

Saat ini, mayoritas negara di seluruh dunia, termasuk yang mayoritas penduduknya Muslim, telah mengadopsi sistem ekonomi Kapitalisme. Meskipun demikian, sistem ini juga membawa dampak negatif yang signifikan pada manusia. Kerusakan yang ditimbulkan oleh Kapitalisme tidak hanya berskala global dan nasional, tetapi juga merasuk hingga tingkat rumah tangga dan individu. Beberapa indikatornya meliputi ketimpangan ekonomi yang tinggi, disrupsi sosial, dan ketidakstabilan ekonomi yang melekat dalam sistem tersebut.

Salah satu elemen sentral dalam Kapitalisme adalah penggunaan pasar dan harga sebagai mekanisme distribusi barang dan jasa. Hal ini berarti setiap individu harus bersaing sendiri untuk memenuhi kebutuhan dasarnya seperti makanan, perawatan kesehatan, pendidikan, dan perumahan. Sistem ini juga telah menciptakan monopoli oleh negara-negara Barat atas negara-negara lainnya di dunia.

Kapitalisme juga berkontribusi pada kerusakan tatanan sosial karena mengedepankan nilai materi sebagai ukuran utama kesuksesan dan kemajuan. Para pelaku usaha dalam sistem ini cenderung fokus pada keuntungan jangka pendek dan mengabaikan dampak negatif jangka panjang bagi masyarakat.

Selain itu, negara yang mengadopsi Kapitalisme sangat rentan terhadap krisis ekonomi. Beberapa faktor yang memperkuat ketidakstabilan ini termasuk penggunaan mata uang kertas, perdagangan berjangka yang bersifat spekulatif, dan pengaruh pemilik modal.

Sebagai contoh, depresiasi nilai tukar mata uang seperti yang terjadi pada Rupiah dapat memiliki dampak serius pada tingkat kesejahteraan rumah tangga karena ketergantungan pada impor. Krisis ekonomi, termasuk resesi dan kebangkrutan perusahaan, juga dapat menyebabkan pengangguran tinggi dan penurunan signifikan dalam kekayaan masyarakat.

Sistem ekonomi Islam, sebaliknya, berasal dari ajaran Allah SWT dan menawarkan metode distribusi yang adil untuk memenuhi kebutuhan dasar setiap individu. Standar moneter dalam ekonomi Islam adalah emas dan perak, dan praktik-praktik transaksi keuangan tertentu yang dilarang dalam Kapitalisme. Sumber pendapatan dan pengeluaran dalam ekonomi Islam mengikuti prinsip-prinsip syariah, termasuk zakat dan pajak yang hanya dikenakan pada orang-orang kaya jika sumber-sumber tersebut tidak mencukupi.

Ekonomi Islam mempromosikan kegiatan bisnis yang subur tanpa pajak berkelanjutan pada badan usaha, yang membantu efisiensi biaya produksi. Ini adalah beberapa keunggulan ekonomi Islam dibandingkan Kapitalisme. Penting dicatat bahwa ekonomi Islam hanya satu aspek dari sistem Islam yang mencakup pemerintahan, sosial, dan sanksi. Penerapan totalitas sistem Islam adalah kewajiban bagi kaum Muslim.

Wallahu’alam bi shawab

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *