Islamophobia Terus Terjadi, Umat Butuh Pelindung Sejati

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Islamophobia Terus Terjadi, Umat Butuh Pelindung Sejati

 

Oleh dr. Retno Sulistyoningrum

Kontributor Suara Inqilabi

Islamophobia adalah padangan yang merujuk pada diskriminasi, ketakutan, dan rasa benci terhadap Islam dan Umat Muslim. Islamophobia umumnya terjadi di negara yang kaum muslimnya minoritas. Islamophobia sudah ada sejak lama. Namun, istilah ini semakin populer setelah peristiwa penabrakan pesawat di gedung World Trade Center pada September 2011 di Amerika Serikat (AS).

Islamophobia bisa terjadi dalam bentuk kekerasan fisik, pengusiran, bahkan pembunuhan seperti yang baru-baru ini diberitakan oleh bahwa kondisi India mencekam akibat tewasnya lima orang yang terlibat bentrokan antara umat Hindu dan Muslim yang pada Senin (31/7/2023) tak jauh dari kota New Delhi. Hal ini terjadi saat ada prosesi keagamaan Hindu melewati wilayah Nuh yang penduduknya mayoritas muslim, di negara bagian Haryana. Menjelang sore, kekerasan semakin meluas ke Gurugram,terjadi pembakaran masjid, pembunuhan ulama, dan melukai orang lain. Kekerasan tersebut memicu gelombang eksodus penduduk muslim keluar dari Gurugram. Dan hanya tersisa 15 keluarga yang bertahan (cnbcindonesia.com, 3/8/2023).

Selain kekerasan fisik yang menimpa saudara kita di India, Islamophobia juga bisa berupa aktivitas penodaan agama Islam seperti yang terjadi di Denmark

Pada (2/8/2023) Kelompok Anti Islam Danske Patrioter (Patriot Denmark) kembali membakar Al Al Qur’an. Tiga hari berturut-turut mereka melakukan aksi pembakaran Al-Qur’an. Selain membentangkan spanduk anti-Islam dan menyerukan boikot produk Turki, mereka juga telah berani menyiarkan secara live aksi mereka di media sosial. Beberapa bulan terakhir ini sering terjadi gelombang Islamophobia (ketakutan kepada Islam) di negara Eropa utara dan Nordik (international.sindonews.com, 3/8/2023).

Alasan Sering Terjadinya Islamophobia di Negara Penduduk Muslim Minoritas

Denmark disebut sebagai negara yang paling liberal san sekuler di dunia. Kebebasan berekspresi sangat diagungkan di negara ini. Denmark tidak mempunyai Undang-Undang tentang penodaan agama, setelah dicabutnya Undang-Undang tersebut tahun 2017. Sehingga aktivitas pembakaran Al-Qur’an dianggap aktivitas yang legal dan tidak ada tindakan tegas. Negara Barat menjunjung tinggi HAM dan kebebasan berekspresi warganya. Bahkan menurut Marten Schultlz, seorang Profesor hukum di Universitas Stockholm kebebasan berekspresi, adalah perlindungan terkuat di dunia. Bahkan lebih dari amandemen pertama di Amerika Serikat, di Universitas Stockholm.

Selain itu Denmark juga dikenal sebagai negara yang anti Islam. Agama Islam dianggap tidak sesuai dengan nilai-nilai Denmark. Kebencian terhadap Islam kerap dilakukan dengan berlindung pada kebebasan berekspresi.

Bila kita lihat sejarah tahun 1099 tentara Salib Denmark serta raja-raja Denmark mengambil bagian dalam Perang Salib melawan Muslim. Pada abad pertengahan banyak propaganda yang dihembuskan yang mengenalkan Islam dan Muslim sebagai sesuatu yang mengancam dunia Kristen.

Aksi pembakaran Al-Qur’an ini memicu reaksi keras dari negara-negara yang mayoritas penduduknya muslim seperti di Indonesia, Malaysia, dan Turki.

Pada awal bulan ini Menteri Perindustrian dan Perdagangan Yaman mengumumkan boikot produk Swedia. Selain itu, Sekretaris Dewan Tertinggi Koordinasi Ekonomi Iran juga menyerukan boikot pada 23 Juli.

Hal ini menjadi bumerang bagi Swedia. Kabinet Perdana Menteri Frederiksen bertekad untuk menemukan “alat hukum” untuk melarang tindakan semacam itu tanpa kebebasan berekspresi. Walaupun sangat sulit karena negara ini sangat menjunjung tinggi kebebasan berekspresi warganya.

Dengan semakin meningkatnya kasus Islamophobia maka Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menetapkan tanggal 15 Maret sebagai hari Internasional untuk Memerangi Islamofobia. Namun sayangnya hal itu tidak mampu meredam gelombang Islamophobia di berbagai negara. Kaum Muslim minoritas tetap mendapatkan tindakan dzalim seperti yang terjadi di India dan Denmark.

Sistem Kapitalisme Liberalisme Akar Masalah Islamophobia 

Adanya paham kebebasan berekspresi ini yang memicu kelompok orang yang benci dengan Islam dan kaum muslimin untuk melancarkan dan mengekspresikan kebenciannya. Tidak ada toleransi antar umat beragama, padahal sebaliknya di negara yang kaum muslimin mayoritas mereka selalu mendengungkan ide toleransi beragama.

Toleransi Antar Umat Beragama

Toleransi di dalam Islam sudah diajarkan sejak masa Rasulullah seperti dalam firman Allah SWT dalam surat Al-Kafirun ayat 1-6,yang Artinya:

“Katakanlah: “Hai orang-orang kafir, Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku”(QS Al-Kafirun : 1-6).

Tidak ada paksakan untuk masuk ke dalam agama Islam. Toleransi ini dibatasi bahwa bagimu agamamu dan bagiku agamaku. Bukan berarti toleransi yang kebablasan yang merusak aqidah Islam. Pada masa Rasulullah SAW, kaum Muslim juga hidup berdampingan dengan orang Yahudi, Nasrani, dan Majusi. Mereka hidup damai dan terikat dengan perjanjian. Tidak ada paksaan masuk ke dalam agama Islam.

Umat Butuh Pelindung Sejati 

Walaupun sudah banyak negara yang mengecam India atau Denmark dan melakukan aksi boikot peiduknya. Bahkan PBB sudah mencanangkan hari anti Islamophobia, tetapi semua ini dapat menghentikan kebencian mereka. Umat Islam sejak runtuhnya Daulah Khilafah tahun 1924 hidup tercerai-berai dan lemah. Tidak ada ikatan ukhuwah yang kuat yang mampu menyatukan kaum muslimin sedunia.

Hidup kaum muslimin semakin merana dan tertindas apalagi di negara dimana mereka minoritas.Ada sebuah kisah yang sangat masyhur yang menunjukkan kepedulian Khalifah Al Mu’tashim kepada muslimah. Seorang budak muslimah dilecehkan oleh orang Romawi pada tahun 837 M. Dia adalah keturunan Bani Hasyim, kehormatan satu muslimah saja akan dibela dengan mengerahkan tentara yang berbaris sangat panjang dari gerbang istana khalifah di Baghdad hingga Ammuriah (Turki).

Bagaimana dengan kondisi sekarang disaat AL-Qur’an kitab suci kaum muslimin diinjak-injak dan dibakar? Disaat kaum muslimin banyak tapi tidak punya kekuatan, maka kaum muslimin hanya akan dianggap angin lalu saja. Kecaman dari Kepala Negara Muslim saat ini tidak berpengaruh sama sekali. Tidak menimbulkan ketakutan bagi para penista agama Islam. Karena mereka tahu bahwa kondisi kaum muslimin saat ini lemah dan tidak ada persatuan umat dalam satu kepemimpinan umum yaitu Khilafah Islam. Tidak seperti masa dimana kaum muslimin kuat, bersatu, dan menjadi kekuatan yang sangat ditakuti oleh musuhnya.

Oleh karena itu hanya Khilafah Islam saja yang mampu mewujudkan kekuatan yang akan menghentikan penindasan terhadap kaum muslimin dan penistaan terhadap AL-Qur’an dan atribut-atribut yang identik dengan Islam. Umat akan memiliki pelindung sejati sebagai perisai umat.

Aamiin Yaa Rabbal Alamiin

Wallahu’alam bishshawaab

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *