Islamophobia Merenggut Nyawa Kaum Muslim

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh : Ummu Faiha Hasna (Member Pena Muslimah Cilacap)

 

Belum lama ini, sebuah kepedihan yang menyakitkan sebagai bentuk Islamofobia yang menjangkiti dunia kembali berulang. Kabar terbaru Islamofobia kembali merenggut nyawa muslim di Kanada.

Di Kanada, seorang laki-laki dituduh membunuh sebuah keluarga muslim yang beranggotakan empat orang. Pada Senin (7/6/2021) Kepolisian Kanada menyebut dugaan sementara, motif penyerangan karena kebencian.

Kejadian ini persisnya terjadi di Kota London, Ontario, Kanada, pada Minggu (6/6/2021). Pelaku, Nathaniel Veltman, 20 tahun, mengemudikan mobil truknya dengan kecepatan tinggi menabrak trotoar dan satu keluarga yang sedang berkumpul. Usia korban sekitar 9 tahun sampai 74 tahun.

Serangan itu memicu kemarahan di seluruh Kanada. Politisi dari semua pihak mengutuk kejahatan itu. Perdana Menteri Ontario Doug Ford pun mengatakan kebencian dan islamofobia tidak memiliki tempat di Ontario.

Berkembang pula seruan untuk mengambil tindakan mengekang kejahatan rasial dan islamofobia. Warga London, Ontario, pun berbaris sekitar tujuh kilometer (4,4 mil) pada Jumat (11/6/2021) dari tempat di mana keluarga itu ditabrak, hingga ke sebuah masjid terdekat dengan tempat Veltman ditangkap oleh polisi (Al Jazeera.com, 12/6/2021).

Peningkatan Kejahatan Rasial terhadap Muslim

Salah satu media ideologis di Kanada menyatakan, dugaan serangan itu memang mengerikan, tapi tidak mengejutkan. Kaum muslim memang telah menjadi target kebencian dari waktu ke waktu.

Beberapa bulan sebelumnya, sudah ada serangkaian serangan terhadap muslimah di Edmonton, yang kepalanya dipukul dengan tas belanja, didorong ke tanah, dan diberi ancaman pembunuhan.

Bahkan, ketakutan kaum muslimah di sana begitu nyata, sehingga masjid-masjid setempat menawarkan kursus bela diri supaya mereka bisa menangkal agresor.

Selama pandemi, telah terjadi peningkatan kejahatan rasial terhadap muslim secara umum, baik itu perusakan dan penyerangan masjid di Toronto, muslimah berhijab dipukul berulang kali saat naik angkutan umum Vancouver, dan muslim diserang secara verbal di kota-kota seperti Toronto, Montreal, London, dan di tempat lain.

Baru minggu lalu di Calgary, seorang muslimah yang mengenakan jilbab di stasiun kereta api didorong dan kerudungnya ditarik, sementara pria yang ditangkap oleh polisi dikatakan sakit jiwa.

“Maka, penargetan berulang terhadap muslimah ini mencerminkan ada sesuatu yang sedang terjadi di lingkungan kita sendiri”, tulisnya.

Politisi yang Memberi Perhatian, Justru yang Pertama Mengambinghitamkan Komunitas Muslim

Dikatakan, muslim di Kanada sudah lama menyadari adanya retorika kebencian, tatapan curiga, dan ancaman kekerasan yang terus-menerus mereka hadapi. Namun, ketika situasi ini meledak menjadi tindakan kekerasan yang mematikan, barulah muncul perhatian dalam skala nasional.

Para pejabat media, politisi lokal dan nasional, serta elite pun mulai turun ke komunitas kaum muslim. Mereka berusaha meyakinkan komunitas muslim bahwa kebencian tidak memiliki tempat di Kanada, dan bahwa kekhawatiran umat Islam akan ditanggapi serius.

Banyak komunitas muslim menyambut perhatian ini dan ingin menciptakan ruang bagi elite politik dan media ini dengan harapan suara dan narasi mereka didengar. Namun masalahnya, elite yang sama inilah yang pertama kali mengambinghitamkan komunitas muslim ketika dianggap mendikte kepentingan mereka.

“Untuk mengutuk pembunuhan terbuka di jalanan, sangat mudah. Hanya saja politisi yang telah menyuarakan dukungan untuk Muslim adalah politisi yang sama yang berada di balik kebijakan yang berdampak negatif terhadap muslim,” jelas media tersebut.

Sebagai contoh, baik pihak Konservatif maupun Liberal sama-sama menyetujui RUU C-51. Yakni sebuah undang-undang yang dirancang untuk mengawasi dan mengintimidasi komunitas muslim pada khususnya. Secara fakta, Wali Kota London, Ontario, saat ini justru setuju dengan RUU ini.

Pihak Konservatif juga diketahui telah mendukung serangkaian undang-undang yang melarang muslimah mengenakan niqab selama pemungutan suara atau mengambil upacara sumpah.

Juga kerap menjelekkan nilai-nilai muslim melalui dukungannya terhadapBarbaric Cultural Practices Act Bill. Yang mana undang-undang ini dipilih oleh wali kota London saat ini ketika dia menjabat sebagai anggota parlemen federal.

Hampir semua pihak tidak memberikan perlawanan yang berarti terhadap Bill 21, yakni undang-undang Quebec yang melarang hijab. Padahal, undang-undang ini adalah undang-undang yang diakui oleh pengadilan federal Kanada sebagai pelanggaran hak beragama dan berekspresi perempuan muslim.

Selain itu, untuk kasus Palestina, baik pihak liberal maupun konservatif sama-sama diketahui mendukung Zionis Israel. Bahkan, ketika kebrutalan di Al Quds dan pertumpahan darah yang menghancurkan di Gaza meningkat, mereka malah menegaskan kembali dukungnya untuk entitas Zionis.

Dalam Kapitalisme, Menjelek-jelekkan untuk Tujuan Keuangan dan Politik Bukanlah Kejahatan

“Di bawah kapitalisme, menjelek-jelekkan komunitas minoritas untuk mencapai tujuan keuangan dan politik bukanlah kejahatan. Melainkan disahkan oleh kebebasan berbicara dan demokrasi. Jadi, jika ada keperluan mengalihkan perhatian mayoritas dari masalah ekonomi dan sosial yang sah dengan mengambinghitamkan Muslim, sementara tidak ada dampak yang muncul, dan jika kebencian eksplisit atau bahkan halus terhadap muslim menguntungkan bagi mereka, mengapa tidak dilakukan?” ungkapnya.

Perdana Menteri (PM) Kanada, Justin Trudeau, menyatakan dirinya ‘ngeri’ atas kabar kematian empat orang anggota keluarga Muslim tersebut. Trudeau menegaskan bahwa Islamofobia tidak memiliki tempat di Kanada.

“Saya ngeri dengan kabar dari London, Ontario. Untuk orang-orang tercinta dari mereka yang terteror oleh aksi kebencian, kami ada di sini untuk Anda. Kami juga ada di sini untuk anak yang masih dirawat di rumah sakit–hari kami tertuju pada Anda, dan Anda akan berada di pikiran kami hingga sembuh,” ucap Trudeau dalam pernyataan via Twitter.

“Kepada komunitas Muslim di London dan kepada warga Muslim di seluruh wilayah negara ini, ketahuilah bahwa kami mendukung Anda. Islamofobia tidak memiliki tempat di masyarakat kita. Kebencian ini berbahaya dan tercela–dan itu harus dihentikan,” tegasnya.

Kecaman dari pejabat negara terhadap tindak teror tidak cukup menghentikan kekerasan terhadap muslim akibat islamophobia.

Islamofobia sejatinya sengaja dihadirkan oleh Barat untuk menjauhkan umat manusia dari Islam. Mereka mendudukan bahwa keteguhan kaum muslimin memegang nilai-nilai dan aturan Islamlah yang mereka pandang sebagai penghambat kebangkitan.

Beragam bentuk Islamofobia mulai pelarangan pemakaian cadar bagi muslimah, diskriminasi terhadap pelaksanaan ibadah umat, pembakaran Alquran hingga pembunuhan adalah desain busuk Barat yang sengaja dihadirkan untuk menjauhkan umat dari kemuliaan hakiki yang tak akan mungkin diraih dengan sistem kapitalis yang rusak dan merusak.

Berbeda halnya dengan kepemimpinan Islam yakni Khilafah. Khilafah adalah institusi yang menerapkan syariat Islam secara kaaffah dalam kehidupan mengemban dakwah ke seluruh dunia, melindungi kaum muslimin dan mengurus kemaslahatan mereka. Khilafah ini pula lah yang akan menjadi junnah atau perisai bagi kaum muslimin dari setiap teror bagi musuh – musuh Islam.

Kepemimpinan Islam menjamin terjaganya agama dan jiwa bagi setiap warga negaranya, baik itu muslim maupun non muslim (ahli dzimmah).

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: “Tidak ada paksaan dalam memeluk agama (Islam).” (TQS. al-Baqarah: 256)

Artinya, dalam Khilafah orang- orang muslim tetap bebas untuk beribadah, menikah, bercerai, termasuk bebas makan, minum, dan berpakaian sesuai agama mereka. Namun demikian, seorang Muslim tidak boleh meninggalkan Islam atau murtad. Orang Islam yang murtad, mengaku sebagai nabi atau menistakan Islam dan syariatnya akan mendapat sanksi tegas dari Khalifah yakni dibunuh.

Adapun jika kebencian pada pemeluk agama berujung pada melukai, menyerang secara fisik sampai membunuh jiwa, maka Khalifah akan menjatuhkan sanksi yang keras bisa dalam bentuk diiyat atau tebusan darah atau qishas yakni dibunuh. Sebab, seorang Khalifah akan senatiasa menjaga setiap jiwa warga negaranya baik muslim maupun non muslim.

Karena itu, negara yang ber-mindset kan Islam tidak akan pernah membiarkan siapapun menista agama Islam untuk menciptakan suasana yang kondusif agar umat terpelihara fitrahnya sebagai Muslim yang tunduk pada penciptanya.

Karena itu, hanya kepemimpinan Islam yang akan mengatasi segala bentuk kekerasan serta menghentikan Islamofobia yang semakin akut di negeri-negeri kaum Muslim serta mengangkat kehormatan Islam dan kaum Muslim di tengah bangsa di dunia.

Hanya kepemimpinan Islam yang mampu menghentikan kekerasan dan mengangkat kehormatan Islam di tengah bangsa di dunia.

Wallahu a’lam bish-showab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *