Islam Menginspirasi Kartini

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh: Vivie (Pegiat Literasi & Komunitas Ibu Hebat)

 

Siapa tidak mengenal Kartini? Setiap 21 April wanita Indonesia memperingatinya, disimbolkan dengan berkebaya, berjarik dan bergelung. Begitulah cara kita mengenang Kartini hari ini.

Kartini sangat terinspirasi oleh islam. Surat-suratnya “Habis Gelap Terbitlah Terang” kepada sahabat penanya, Stella Zeehandelaar. Salah satunya tercatat dalam surat bertanggal 6 November 1899,

“Mengenai agamaku, Islam, aku harus menceritakan apa? Islam melarang umatnya mendiskusikan ajaran agamanya dengan umat lain. Lagi pula, aku beragama Islam karena nenek moyangku Islam. Bagaimana aku dapat mencintai agamaku, jika aku tidak mengerti dan tidak boleh memahaminya?” tulis Kartini dalam salah satu suratnya.

Pertemuannya dengan KH. Sholeh Darat, guru dari dua ulama besar Indonesia, KH. Hasyim As’ary dan KH. Ahmad Dahlan. Telah membuka jalan Kartini belajar islam. Kartini terkesima pada surat Al Fatihah. Keindahan Al Fatihah, hingga Kartini mencurahkan keresahannya pada Kiai setelah pengajian,

“Kiai, selama hidupku baru kali inilah aku sempat mengerti makna dan arti surat pertama, dan induk Al-Qur’an yang isinya begitu indah dan menggetarkan sanubari. Maka, bukan buatan rasa syukur hatiku kepada Allah, namun aku heran tak habis-habisnya, mengapa selama ini para ulama kita melarang keras penerjemahan dan penafsiran Al-Qur’an dengan bahasa Jawa,”

Keresahan Kartini menggugah KH. Sholeh Darat menuliskanTafsir Faid Al-Rahman ala Kalam Malik Al-Adyan yang dihadiahkan pada Kartini dihari pernikahannya. Tafsir tersebut dirampungkan sebanyak 13 Juz dari Al Fatihah hingga QS. Ibrahim. Kartini terkagum pada kandungan makna Al Baqarah 257″….Min al zulumat ila an nuur…”. “Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya.”(Q.S:2:257).

Mengenang Kartini

Tidak cukup berkebaya, berjarik dan bergelung. Ada pelajaran besar yang bisa ditarik, adalah kegelisahan Kartini ketika ia tak bisa mempelajari agama yang dianutnya. Agama adalah pedoman hidup, ketika ia tak mampu menjadi ” guidance ” dalam menjalani kehidupan dan menjadi solusi bagi problematika manusia, inilah yang menyebabkan manusia terus berada dalam masa kegelapan

Dengan Islam Kartini berhijrah dari masa kegelapan, ketika dia mengenal agama hanya sebagai ajaran dengan kalimat-kalimat asing yang tak mampu dipahaminya kepada masa terang dengan belajar Islam pada KH. Sholeh Darat tentang bagaimana Islam mengatur kehidupan.
Tulis suratnya pada EC. Abendanon,

“Alangkah bebalnya, bodohnya kami, tiada melihat, tiada tahu, bahwa sepanjang hidup ada gunung kekayaan di samping kami ”

Mengenang Kartini adalah mengikuti hijrahnya dari masa kegelapan, buta pada ajaran Islam justru menerapkan aturan lain untuk mengatur kehidupan.
Mengenang Kartini adalah mengikuti kuat niatnya untuk belajar Islam.
Mengenang Kartini adalah berhenti berada dalam sistem yang tidak memuliakan perempuan. Sistem yang memandang perempuan sebagai komoditas sehingga harus bersusah payah menyaingi laki-laki karena merasa tak dimanusiakan.

Tulis Kartini pada Ny. Abendanon bertanggal 27 Oktober 1902,

“Sudah lewat masanya, semula kami mengira masyarakat Eropa itu benar-benar yang terbaik, tiada tara. Maafkan kami. Apakah ibu menganggap masyarakat Eropa itu sempurna? Dapatkah ibu menyangkal bahwa di balik yang indah dalam masyarakat ibu terdapat banyak hal yang sama sekali tidak patut disebut peradaban.

Kartini memahami Islam sebagai agama sempurna dengan aturannya yang meliputi hubungan manusia dengan Allah, dengan dirinya sendiri dan dengan orang lain

Dalam suratnya kepada Ny Van Kol, tanggal 21 Juli 1902, Kartini menulis

“Saya bertekad dan berupaya memperbaiki citra Islam, yang selama ini kerap menjadi sasaran fitnah. Semoga kami mendapat rahmat, dapat bekerja membuat agama lain memandang Islam sebagai agama disukai”

Mengenang Kartini adalah kebanggaannya menjadi seorang muslimah.
Dalam surat kepada Ny Abendanon, bertanggal 1 Agustus 1903, Kartini menulis; “Ingin benar saya menggunakan gelar tertinggi, yaitu Hamba Allah”

Mengenang Kartini adalah mengenang kecintaannya pada Islam dan kegigihannya belajar Islam.

Wallahu’alam bisshowab

 

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *