Ironis, Pengurangan Bansos di Tengah Sulitnya Kehidupan

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Ironis, Pengurangan Bansos di Tengah Sulitnya Kehidupan

Oleh Mukasyafah Hanif

Kontributor Suara Inqilabi

 

Jamak diketahui bahwa sektor perekonomian menjadi salah satu sumber peliknya permasalahan hidup yang dihadapi umat. Mulai dari meluasnya kemiskinan, bencana kelaparan, serta meningkatnya pengangguran dan perceraian. Dalam mengatasi hal tersebut pemerintah berupaya melaksanakan berbagai program, diantaranya Bantuan Sosial (Bansos). Namun ditengah semakin sulitnya kehidupan, pemerintah justru melakukan pengurangan bansos tersebut.

Dilansir dari CNN Indonesia, Pemerintah mengurangi 690 ribu keluarga penerima bantuan sosial (bansos) beras 10 kg per bulan dari 21,35 juta ke 20,66 juta. Jumlah tersebut dikurangi berdasarkan hasil evaluasi Badan Pangan Nasional (Bapanas) bersama pihak-pihak terkait.

Senada dengan pemberitaan dari Bisnis.com, Direktur Distribusi dan Cadangan Pangan Bapanas, Rachmi Widiriani mengatakan, dari hasil evaluasi didapati tiga aspek yang perlu perbaikan dan penguatan, yakni pemutakhiran data penerima bansos, kualitas bansos, dan mekanisme penggantian.

Adapun hasil pemutakhiran data, Rachmi menjelaskan bahwa pengurangan data penerima itu berdasarkan validasi dari Kementerian Sosial yang mencatat adanya perubahan data karena penerima meninggal dunia, pindah lokasi, dan dianggap telah mampu.

Sementara, hasil evaluasi kualitas bansos, Rachmi mengatakan, Bapanas bakal menyiapkan alat tracking untuk memantau pergerakan transporter dalam menyalurkan bantuan pangan di lapangan. Selain itu, untuk mekanisme penggantian, pemerintah telah menyiapkan kontak dan unik khusus untuk menangani pengaduan dari masyarakat.

Meskipun evaluasi telah banyak dilakukan, nyatanya pendataan tetap menjadi masalah klasik yang terus berulang. Alasan yang diungkapkan mengenai pengurangan Bansos ini layak dipertanyakan. Mengenai perubahan data karena penerima pindah lokasi, tentu masih dalam wilayah Indonesia. Sementara jika menjadi mampu, rasanya kecil kemungkinan ditengah masa ekonomi yang melambat pasca Covid juga mahalnya bahan pangan.

Penyaluran Bansos ini memang sejak lama sudah banyak masalah. Mulai dari tidak semua keluarga miskin mendapatkan, tidak tepat sasaran, adanya penyunatan dana bantuan bahkan hingga dana bansos yang dikorupsi oleh Menteri Sosial sendiri. Selain itu, hal sensitif berkaitan Bansos ini pun tidak luput dari dugaan manipulasi data yang tidak bisa disingkirkan.

Seperti yang disampaikan Staf Khusus Menkeu, biasanya terjadi dua permasalahan basis data dalam penyaluran bansos, yakni inclusion error dan exclusion error. Inclusion error merupakan kesalahan akibat yang terdata bukan warga miskin, sementara exclusion error merupakan kesalahan data apabila warga miskin belum terdaftar.

Dalam sistem ekonomi kapitalisme sekuler, penyelesaian permasalahan umat memang sangat lambat, termasuk dalam hal pemberian Bansos. Berbagai peraturan yang rusak dan berbelit juga sangat menyulitkan.

Hal ini jauh berbeda dengan Islam. Islam menggariskan bahwa jaminan kebutuhan dasar setiap warga negara menjadi kewajiban pemerintah. Dalam hal kebutuhan dasar, jaminan negara berupa pemastian bahwa setiap orang mampu memenuhi secara layak. Mekanismenya secara tidak langsung dengan memudahkan setiap kepala keluarga mendapat pekerjaan untuk menafkahi keluarga. Jika tidak mampu karena sakit atau cacat, diambil alih oleh keluarga atau masyarakat di sekitarnya. Jika tidak mampu akan diurus oleh negara secara langsung dengan dana dari Baitul Mal.

Sedangkan kebutuhan kolektif lainnya seperti pendidikan, kesehatan dan keamanan juga dijamin langsung oleh negara dengan mudah, murah bahkan gratis. Negara juga menjamin kualitas terbaik dan kuantitas yang memadai. Jaminan ini berlaku untuk seluruh warga negara tanpa kecuali.

Tidak ada solusi lain agar umat terlepas dari situasi memprihatinkan saat ini kecuali dengan kembali pada kehidupan yang dinaungi oleh Islam. Penerapan Islam secara kaffah termasuk dalam sistem ekonomi dengan mekanisme yang komprehensif akan mampu adil dalam pendistribusian kekayaan dengan tujuan penghapusan segala bentuk eksploitasi dari penerapan hukum buatan manusia.

Oleh karena itu, pentingnya hari ini upaya pengembalian tatanan kehidupan sesuai aturan Sang Pencipta, yakni dengan menerapkan syariat Islam secara kaffah dalam seluruh aspek kehidupan.

Wallahu a’lam bish-shawwab

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *