Oleh: Desy Purwanti (Aktivis Dakwah Kampus)
Setelah pengembalian status masjid Hagia Sophia, seruan khilafah semakin mendapat sambutan publik Turki. Namun, seruan ini mendapat penolakan dari orang-orang yang tidak menginginkan kembalinya Khilafah Islamiyyah.
Dikutip dari halaman republika.co.id, Asosiaso Bar Ankara mengajukan pengaduan pidana terhadap Gercek Hayat. Majalah yang dimiliki oleh Albayrak Media Group ini mengeluarkan seruan untuk membangkitkan kekhilafahan Islam.
Pengacara Asosiasi menuntut agar kolumnis pro pemerintah Yeni Akit, Abdurrahman Dilipak, yang membagikan sampul majalah di media sosial, dan pemimpin redaksi Gercek Hayat, Kemal Ozer, menghadapi tuduhan yang diberikan.
“Menimbang bahwa seruan pembentukan kekhalifahan tidak dapat diwujudkan dalam hukum, dengan cara tidak bersenjata dan damai, jelas tindakan para tersangka menghasut orang-orang untuk melakukan pemberontakan bersenjata,” ujar Asosiasi Pengacara Ankara saat membacakan pengaduan pidana dan diserahkan ke Kantor Kejaksaan Umum Instanbul, dilansir di Duvar English.
Selain itu, partai berkuasa di Turki telah menolak seruan majalah pro-pemerintah untuk membangkitkan kembali kekhalifahan Islam, menyusul pembukaan kembali Hagia Sophia di Instanbul sebagai masjid.
Juru bicara Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) pada senin (27/7/2020) meyakinkan kaum skeptis bahwa Turki akan tetap menjadi republik sekuler setelah majalah Gercek Hayat menimbulkan kegemparan dengan menyerukan pembaruan kekhilafahan.
Turki telah menunjukkan jati dirinya sebagai negara sekuler dan menolak khilafah. Sebagaimana diketahui pada tahun 1924 Kekhilafahan Turki Utsmani runtuh di tangan Mustafa Kemal Attaturk. Ia dikenal sebagai bapak sekuler Turki yang berperan dalam kehancuran Institusi Islam di Turki.
Padahal khilafah adalah warisan Rasulullah kepada umatnya. Khilafah adalah kepemimpinan umum bagi seluruh umat di dunia untuk menegakkan syariat Islam dan mengemban dakwah ke seluruh penjuru dunia.
Selama kurang lebih 14 abad khilafah telah berhasil menaungi dunia Islam. Menyatukan umat Islam seluruh dunia dan menerapkan syariat Islam secara kaffah. Saat itu Islam sebagai rahmatan lil ‘aalamiin benar-benar terwujud. Karena itu, khilafah adalah bagian dari ajaran Islam dan penolakan terhadap khilafah sebagaimana yang dilakukan oleh partai berkuasa di Turki sama dengan menolak ajaran Islam.
Sementara sekulerisme adalah ruh dari kapitalisme. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah mewariskan kapitalisme karena harta hanya dikuasai oleh segelintir manusia dan itu dilarang oleh Allah subhanahu wata’ala.
Seruan kembali kepada khilafah dianggap oleh kubu sekuler sebagai ajakan yang tidak dapat diwujudkan dalam hukum dan dianggap sebagai bentuk ajakan pemberontakan bersenjata. Padahal sejarah mencatat, Daulah Islam di Madinah yang didirikan Rasulullah tanpa pertumpahan darah.
Munculnya kesadaran ditengah-tengah umat untuk menegakkan kembali khilafah yang diwajibkan Allah menunjukkan kerinduan umat terhadap persatuan umat Islam.
Ini menegaskan bahwa umat menginginkan perubahan mendasar karena kegagalan sistem sekuler saat ini untuk memberi solusi. Secara fakta, sistem sekuler yang diterapkan dalam kehidupan selalu menimbulkan masalah baru.
Namun, seruan kembali pada sistem khilafah justru dikriminalisasi oleh rezim sekuler yang berada dalam cengkraman Barat. Hal itu menunjukkan bahwa sistem sekuler memusuhi Islam dan menghalangi tegaknya khilafah.
Khilafah Islam sebagai kepemimpinan global diyakini oleh Barat akan tegak di muka bumi dan menjadi super power yang mampu melawan hegemoni Barat. Maka, muncullah framing-framing jahat terhadap Islam. Segala daya dan upaya terus dilakukan oleh musuh-musuh Islam untuk mencitraburukkan Islam.
Satu hal yang harus dipahami, kemenangan Islam adalah janji Allah subhanahu wata’ala. Bagaimanapun kuatnya propaganda dan perlawanan yang dilakukan oleh orang-orang kafir, kabar itu tetap akan menggema di seantero dunia. Kaum muslim yang telah memperjuangkan dan menanti bisyarah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang kembalinya kekhilafahan, berharap Hagia Sophia kembali lebih dari sekedar sebagai masjid.
Sebagaimana diketahui, Hagia Sophia adalah sebuah masjid yang sakral. Sarat dengan makna sejarah penaklukan konstatinopel oleh Muhammad Al-Fatih. Lebih dari itu, Hagia Sophia merupakan bagian dari bukti tentang bisyarah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tentang akan ditaklukannya Konstantinopel di bawah kekuasaan Islam.
Kembalinya Hagia Sophia menjadi kabar pembuka tentang kembalinya kejayaan Islam dan ini menjadi kabar gembira bagi kaum muslim yang merindukan hidup di bawah naungan khilafah.
In syaa Allah, setelah Hagia Sophia adalah kabar dibaiatnya seorang khalifah, kabar kembalinya kekuasaan Islam, kabar tegaknya Daulah Khilafah di tengah-tengah kaum muslim.
“Apabila telah datang pertolongan Allah dan Kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesunggunya Dia adalah Maha Penerima Taubat.” (QS. An-Nasr: 1-3)