GERAKAN KELUARGA BERDOA, CUKUPKAH ATASI BENCANA?

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh: Shabrina Syahida

 

Berdoa adalah inti Ibadah, sebagai bentuk pengharapan penuh kepada Sang Pencipta. Wajib bagi seorang muslim berdoa kepada Allah dalam setiap kesempatan. Bencana yang Allah berikan adalah salah satu bentuk Ujian bagaimana kekuatan keimanan seseorang. Konsekuensinya, ikhtiar juga harus dilakukan sesuai dengan prosedur yang diberikan oleh Allah. Namun hal ini adalah bentuk aktivitas yang ditekankan kepada masing-masing individu. Intropeksi adalah hal yang harus dilakukan setelahnya, yakni dengan mencari tahu penyebab bencana yang menimpa. Namun jika bencana itu menimpa hampir seluruh individu, maka perlu ada upaya yang harus dilakukan secara sistematis dalam mengetahui akar masalah penyebab ujian yang Allah berikan.

Baru-baru ini, Presiden mengajak masyarakat berdoa bersama untuk menghadapi kasus Covid di Indonesia yang memasuki gelombang ke-2 (KONTAN.CO.ID – JAKARTA, 11/07/2021) Hingga hari ini 10/07 terdapat penambahan 35.094 kasus baru Covid-19 dalam kurun waktu 24 jam. Dengan demikian, jumlah pasien yang terjangkit Covid-19 kini berjumlah 2.491.006 orang terhitung dari Maret 2020. (Kompas, 9/7/2021). Ia mengajak masyarakat agar berdoa untuk keselamatan rakyat Indonesia, dan juga kepada orang-orang yang telah meninggal akibat terkena wabah covid agar diberikan ampunan dan rahmat.

Sebagai pemegang kebijakan yang diberikan wewenang dalam mengayomi rakyatnya. Pemerintah seharusnya berkaca dan melakukan intropeksi terhadap kebijakan yang telah mereka berikan dalam mengatasi wabah yang terjadi. Banyak pihak yang menyayangkan kebijakan pemerintah yang hanya mengulang kembali. Istilah PPKM dengan PSBB atau istilah-istilah lainnya yang dijadikan sebagai alternatif solusi yang diberikan oleh Pemerintah hanya mengulang kembali kegagalan yang sebelumnya. Maka, sebagai seseorang yang mampu memberikan kebijakan, cukupkah ajakan berdoa dapat mengatasi pandemi yang terjadi? Apakah cukup dengan pergantian istilah kebijakan mampu meminimalisir wabah yang terjadi?

Tentu jawabannya tidak cukup. Para pakar telah mengkritisi kebijakan pemerintah yang hanya mementingkan pertumbuhan ekonomi, dengan masih diizinkannya sektor-sektor esensial yang masih diperbolehkan beroperasi (BBC News 01/07/2021). Berbagai saran diberikan agar semakin memperketat aktivitas masyarakat diluar rumah untuk mencegah penularan wabah. Bahkan juga ada yang memberikan usulan untuk melakukan lockdown, sebab hal tersebut dalam beberapa wilayah di negara lainnya telah mampu mengatasi pandemi ini.

Sebagai seorang muslim yang selalu menjadikan Rasulullah saw. sebagai panutannya, seharusnya ia mengambil alternatif solusi yang telah beliau tinggalkan dalam dua warisan terbesarnya, yakni Syariat Allah dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah.

إني قد تركت فيكم ما إن اعتصمتم به فلن تضلوا أبدا كتاب الله وسنة نبيه الحديث

 

“Aku telah tinggalkan bagi kalian dua perkara yang kalian tidak akan sesat selamanya jika berpegang teguh dengan keduanya, yaitu: Alquran dan Sunnah Nabi ﷺ.” [HR. Al Hakim, sanadnya Shahih kata Al Hakim]

 

Terlebih lagi sebagai seorang pemimpin yang akan dimintai Allah pertanggungjawaban dihadapan Allah kelak. Kebijakan mengenai lockdown sebenarnya telah dikenalkan sejak zaman Rasulullah saw. Meski bukan dengan kata “lockdown”, namun secara esensi adalah sama, Rasulullah bersabda:

Di dalam riwayat hadist lain juga menyebutkan;

إِذَا سَمِعْتُمْ بِالطَّاعُونِ بِأَرْضٍ فَلاَ تَدْخُلُوهَا، وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ وَأَنْتُمْ بِهَا فَلاَ تَخْرُجُوا مِنْهَا

Artinya: “Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu.” (HR Bukhari).

Kebijakan lockdown adalah solusi yang telah disampaikan oleh Rasulullah saw, bahkan 13 abad yang lalu jika menemui suatu wabah dalam negeri. Namun kebijakan ini memerlukan banyak faktor pendukung lainnya agar dapat dilakukan. Terpenuhinya faktor ekonomi, kestabilan politik, dan mengambil pendapat para pakar dalam mengambil kebijakan, akan membantu masyarakat dalam melaksanakannya. Disinilah letak doa yang seharusnya dilakukan, jika prosedur yang Allah perintahkan melalui lisan Nabi-Nya telah dipilih dan dijalankan oleh seluruh masyarakat melalui kebijakan yang diambil oleh pemerintah. Oleh karena itu, dari bencana yang Allah berikan ini seharusnya sebagai seorang muslim mengambil syariat Allah sebagai solusi dalam setiap masalah kehidupannya. Syariat Islam telah terbukti ampuh memberikan solusi yang mampu mengatasi masalah kehidupan manusia.

Wallahua’lam bishawab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *