Generasi Syahwat VS Generasi Hebat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh: Aisyah Farha (Mutiara Revowriter)

Setiap kita pasti menginginkan kehidupan yang lebih baik dari pada hari ini. Jika saat ini kita serba susah dan serba sulit, pasti kita menginginkan kondisi ini berganti dengan yang lebih baik di hari esok. Pun dengan anak cucu kita, jika kita saat ini merasakan kesulitan hidup, pasti kita ingin anak cucu kita mempunyai kondisi yang lebih baik dari kita.

Kondisi yang lebih baik itu pasti akan kita usahakan dari sekarang, agar bisa kita petik hasilnya sepuluh atau dua puluh tahun kemudian. Kita akan mempersiapkan anak-anak kita agar lebih baik dari kita. Inilah yang dinamakan mendidik generasi. Generasi baru yang kita harapkan untuk bisa lebih baik dari kita.

Namun sayang, saat ini, generasi penerus bangsa yang masih belia, justru sedang berada pada titik kritis yang memprihatinkan. Kita sangat terpukul dengan berita di televisi dan media sosial tentang kumpulan remaja yang menyewa penginapan untuk melakukan pesta sex. Padahal di usia mereka yang sangat muda, seharusnya mereka fokus untuk menuntut ilmu.

Perbuatan asusila yang dilakukan puluhan anak-anak remaja beberapa hari kemarin, menyisakan banyak pertanyaan. Sebegitu bobrokkah moral remaja kita saat ini? Begitu jauhkah mereka dengan agama mereka? Tidak efektifkah kontrol yang dilakukan orang tua mereka? Kemanakah perginya semua pelajaran budi pekerti yang setiap minggu mereka dengarkan dari guru mereka? Dan masih banyak pertanyaan-pertanyaan yang lainnya.
Dulu perbuatan asusila dilakukan oleh mereka yang sudah menikah. Perbuatan ini akan dilakukan di tempat yang jauh dan tersembunyi, agar tidak diketauhi orang lain. Semua sepakat bahwa perbuatan itu sangat memalukan. Tetapi hari ini kita saksikan, remaja belia melakukan tindakan asusila bersama-sama dalam satu ruangan. Tidak ada rasa malu saat melakukannya, apalagi dilihat oleh orang lain.

Kita dengar pula kasus siswa SD yang terinveksi HIV/AIDS di Situbondo dan Surabaya, menjamurnya sex menyimpang LGBT yang malah menjadi tren di kalangan remaja. Lebih miris lagi saat BAN menyatakan bahwa pengguna narkotika tertinggi adalah remaja. Semua kekacauan ini adalah tanda-tanda rusaknya moral remaja, padahal di pundak merekalah estafet kepemimpinan negeri ini dilanjutkan.
Menyesal memang tidak ada gunanya. Yang harus menjadi perhatian kita saat ini adalah berbenah. Semua kekacauan kenakalan remaja ini harus kita selesaikan hari ini. Agar harapan untuk memiliki generasi penerus terbaik bukan hanya dalam angan-angan.

Penyelesaian dari semua masalah ini tentu harus berawal dari akar permasalahannya. Agar perbaikan yang kita lakukan membuahkan hasil dan tidak sia-sia. Jika kita kaji lebih dalam, maka akar permasalahan dari kerusakan moral ini adalah sistem kapitalisme sekuler yang dianut oleh negeri ini. saya akan memaparkan sistematika pengerusakan yang dilakukan oleh sistem kapitalisme ini terhadap generasi kita.

Generasi Syahwat Ala Kapitalisme

Semua berawal dari kapitalisme yang dijadikan landasan kehidupan di negeri ini. Kapitalisme adalah sebuah pemahaman kehidupan yang hanya berorientasi pada keuntungan.

Kapitalisme melahirkan sekulerisme, yaitu sebuah faham yang memisahkan agama dari kehidupan. Landasan kehidupan ini mewarnai semua sendi kehidupan masyarakat kita hari ini.
Ketika medial elektronik atau media sosial berlandaskan keuntungan semata, maka mereka hanya menayangkan sesuatu yang mendatangkan keuntungan yang banyak. Mereka tidak perduli apakah tontonan itu merusak moral atau tidak. Televisi hari ini mempertontonkan adegan yang jauh dari agama. Misalnya pergaulan remaja yang hanya berorientasi syahwat seperti pacaran.

Media sosial tidak kalah memprihatinkan, karena tidak ada pihak yang bisa mengontrol apa yang bisa dilihat oleh anak-anak. Anak-anak bisa secara mudah mengakses video porno, ini sangat berbahaya. Lagi-lagi hanya keuntungan yang dicari oleh penyedia laman online tersebut. Mereka menyebarkan konten pornografi tanpa perduli apa yang akan terjadi pada generasi mendatang.

Pada saat ini banyak vloger yang menjadi panutan remaja, tidak sedikit panutan tersebut yang jauh dari agamanya. Mereka hanya mengumbar syahwat demi memperoleh followers atau likes. Mereka hanya menyajikan konten-konten tidak bermutu seperti challenge-challenge berbahaya, tidak beretika dan hanya membuang waktu. Sekali lagi itu semua demi pundi rupiah yang tidak memikirkan kerusakan moral generasi masa depan.

Disaat bombardir syahwat ditujukan pada remaja, jam mata pelajaran agama disekolah malah dikurangi. Sedangkan kita semua sudah faham, bahwa hanya benteng agamalah yang dapat menyelamatkan moral manusia. Tanpa pondasi agama yang kuat, manusia hanya akan jadi pemuja syahwat.

Disamping itu, sistem kapitalisme membuat rakyat harus bekerja lebih ekstra untuk mendapatkan uang. Karena dalam kapitalisme sumber kekayaan alam bisa diprivatisasi, tidak diperuntukan bagi kesejahteraan rakyat. Maka para orangtua baik ayah dan ibu harus bekerja diluar rumah untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Hal ini menyebabkan tidak adanya kontrol yang kuat terhadap anak-anak mereka. Sehingga anak-anak bebas mengakses apapun yang ada di laman internet tanpa filter.

Sekali lagi, kapitalisme yang bertanggung jawab atas hilangnya kontrol orangtua terhadap anaknya. Anak-anak tanpa pengawasan orangtua sangat rentan terhadap pornografi dan penyalahgunaan narkotika. Karena jika negara bisa mengolah sumber daya alam secara mandiri, maka bisa dipastikan rakyat akan sejahtera. Para ibu akan mengerjakan tugasnya untuk mendidik anak-anaknya, bukan malah diluar rumah karena harus mencari tambahan uang seperti saat ini.

Rasanya sudah sangat jelas bagaimana sistem kapitalisme ini secara sistematis merusak moral anak bangsa. Maka untuk mencari solusinya, kita harus meninggalkan sistem yang merusak ini. kehidupan kita membutuhkan landasan kehidupan yang benar, lantas pertanyaannya, adakah sistem lain yang bisa menyelamatkan remaja kita dari kehancuran? Bagaimana mekanisme sistem tersebut untuk menyelamatkan generasi bangsa?

Syariat Islam Melahirkan Generasi Hebat

Sistem lain yang dapat menyelamatkan remaja dari kehancuran adalah Syariat Islam. Kapitalisme adalah sistem buatan manusia, sedangkan syariat Islam adalah buatan sang pencipta alam. Landasan kehidupan yang berasal dari manusia tentu akan sangat rapuh, karena berasal dari manusia yang penuh keterbatasan. Lain halnya dengan sistem Islam yang berasal dari sang pencipta manusia, yang maha sempurna.

Kita akan telusuri bagaimana syariat Islam dapat menyelamatkan generasi bangsa. Syariat Islam merupakan sebuah landasan kehidupan yang bertujuan untuk membangun struktur masyarakat yang Islami. Tentu saja akan dimulai dari sistem pendidikan yang berlandaskan syariat Islam. Lalu bagaimanakah mekanisme pendidikan yang berlandaskan syariat Islam ini dapat menyelamatkan umat manusia?

Pendidikan dalam Islam dimulai dari kurikulum yang digunakan, tentu saja yang dijadikan landasan adalah akidah Islam. Kurikulum pendidikan Islam dijabarkan dalam tiga komponen, yaitu pembentukan kepribadian Islami, penguasaan ilmu-ilmu Islam, dan penguasaan ilmu kehidupan.

Pendidikan islam memfokuskan pembentukan kepribadian islami sejak awal masa kanak-kanak. Sistem ini akan menjauhkan anak-anak dari konten pornografi karena dalam Islam pornografi itu haram. Anak-anak akan fokus untuk mendalami agama dan dijauhkan dari hal-hal yang merugikan seperti saat ini.

Negara juga mengambil peran dalam pendidikan generasi masa depan. Negara yang berlandaskan syariat Islam akan mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang fundamental untuk media elektronik maupun media sosial. Negara akan memastikan para remaja hanya bisa mengakses konten yang positif.

Ditambah lagi dengan diberlakukannya sistem pergaulan Islam, dimana kehidupan wanita dan pria yang bukan mahrom akan dipisah. Tidak akan ada campur baur dalam pergaulan, tidak akan ada celah untuk melakukan zina. Karena sistem Islam memiliki sistem khusus yang akan mencegah zina, dan mempunyai sistem peradilan untuk kasus perzinahan yang akan membuat jera pelakunya.

Semua itu akan disempurnakan dengan diterapkannya sistem ekonomi Islam dalam kehidupan. Dimana seluruh sumber daya alam akan ditujukan untuk kesejahteraan rakyat saja. Kita ketahui bahwa kekayaan alam Indonesia saat ini sangat melimpah, jika dikelola sistem syariat Islam, maka rakyat akan sejahtera. Peran seorang ibu juga akan maksimal dalam mengawasai anak-anaknya, karena tidak perlu bekerja diluar rumah.

Pada intinya, semua landasan kehidupan dalam Islam berdasarkan akidah Islam. Dalam Islam ada hari penghisaban, dimana semua amal yang dilakukan di dunia akan ditanyai pertanggung jawabannya kelak diakhirat. Maka syariat Islam akan mendorong ummat muslim untuk senantiasa berada pada jalan yang lurus.

Inilah yang akan menjadikan masyarakat akan berada di atmosfir ketakwaan. Sistem syariat Islam tidak hanya menjaga manusia saat ini, tetapi juga menjaga keberlangsungan penerus generasi Islam. Generasi yang lahir dari rahim syariat Islam akan menjadi pribadi bertakwa yang cemerlang.
Sejarah telah membuktikannya, selama berabad-abad generasi yang lahir dalam peradaban Islam adalah generasi terdepan dibidangnya. Baik bidang kesehatan, bidang ilmu pengetahuan dan sains, bidang kedokteran, bidang astronomi dan lainnya. Bahkan para ilmuwan Islam ini dijadikan rujukan sampai hari ini.

Tentu saja kita mengenal Ibnu Sina yaitu bapak kedokteran dunia, Al Khawarizmi penemu aljabar bidan gmatematika, Abbas bin Firnas penemu pewasat terbang pertama kali, Alzahrawi bapak ilmu pembedahan, Ibnu Al Haytami pelopor optik pertama kali dan Jabbir Ibnu Hayyan sang ahli kimia. Dan masih banyak lagi ilmuwan lain yang juga sangat mendalami agamanya.

Peradaban Islam melahirkan generasi cemerlang, sangat berbeda dengan generasi yang dilahirkan oleh kapitalisme sekuler. Jika kita menginginkan generasi penerus yang terbaik, maka terapkanlah syariat Islam. Sistem Syariat Islam sudah terbukti menyelamatkan generasi penerus seperti yang selalu kita harapkan.
Kini saatnya kita campakkan kapitalisme, dan kembali kepada Islam. Satu-satunya landasan hidup yang Allah ridhai, agama rahmatan lil a’lamin.

Wallahu A’lam Bish shawab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *