Gak Mau Jadi Pemuda Politisi Islam? Bahaya!

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh: Rumaisha 1453 (Aktivis BMI Community Kota Kupang)

 

Pemuda dalam setiap episode sejarah selalu menonjol sebagai agen perubahan. Maju dan mundurnya sebuah peradaban ditentukan dari para pemudanya. Sebab, kaum muda yang memegang tonggak estafet di masa yang akan datang. Mengingat betapa penting peran kaum muda dalam rangka kaderisasi, hal ini disampaikan Rasulullah Saw dalam pesannya, “Aku pesankan agar kalian berbuat baik kepada para pemuda, karena sebenarnya hati mereka itu lembut…”.

Wasiat Rasulullah saw untuk berlaku baik kepada Kaum muda seharusnya terlaksana dengan baik. Disamping itu, kaum muda yang menjadi pelopor kebangkitan sebuah peradaban seharusnya sadar akan tugas dan kewajibannya. Bagaimana dengan pemuda hari ini? Beberapa survei tentang pemuda yang dilakukan di Indonesia antara lain, hasil survei indikator Politik Indonesia menunjukkan, sebanyak 64,7 persen anak muda menilai partai politik atau politisi tidak terlalu baik dalam mewakili aspirasi masyarakat. (https://www.merdeka.com, 21/03/2021).

Disisi lain, hasil survei menunjukan bahwa 41,4 persen anak muda menyatakan persoalan radikalisme menjadi perhatian serius pemerintah. Hal ini disebabkan akan sangat mengancam kehidupan bermasyarakat di Indonesia. Para anak muda juga mendorong pemerintah membuat kurikulum pendidikan agama yang toleran dan menghargai orang lain (13 persen), mencegah munculnya pemahaman ekstrim atau garis keras (6,7 persen). Dan masih banyak lagi survei yang rata-rata mengatakan anak muda desak pemerintah tangani radikalisme. (https://republika.co.id, 21/03/2021).

Beberapa survei tentang pemuda dalam rana perpolitikan di Indonesia menunjukan sebagiannya sudah melek dengan politik. Akan tetapi dengan survei ini juga bisa terlihat pemuda sedang berada dalam kondisi yang galau. Kegaulauan pemuda terkait masalah politik hari ini disebabkan oleh pemahaman kaum pemuda terkait dengan politik yang sesungguhnya. Disatu sisi para pemuda menginginkan sebuah perubahan politik dan tata cara pengurusannya. Akan tetapi untuk perwujudannya sendiri belum tepat.

Arah perjuangan kaum muda dibelokkan pada sistem demokrasi. Pemuda hanya diberikan iming-iming bahwasannya segala masalah hari ini karena tidak diterapkan secara baik demokrasi. Semua pergerakan pemuda pun diusahakan untuk mengembalikkan demokrasi yang sedang sakit. Meskipun dilain sisi menganggap partai politik dan politisi yang ada dalam sistem demokrasi tidak mampu mengatasi seluruh masalah yang ada. Dan tak mampu mewujudkan suara rakyat secara baik.

Kaum muda menganggap partai politik dan politisi merusak nilai-nilai demokrasi . Namun, kenyataanya sistem politik demokrasi menjadi biang keladi atas seluruh persoalan hari ini. Politisi busuk lahir dari sistem politik yang rusak dan busuk pula. Sudah menjadi tabiat sistem demokrasi yaitu ajang untuk meraih dan merebut kekuasaan, korupsi, suap hingga semua berimbas pada penderitaan rakyat. Kebijakan-kebijakan yang ditetapkan pun hanya berdasar pada manfaat semata.

Dilain sisi pemuda masih termakan oleh gorengan yang sudah basi. Gorengan yang seringkali disediakan ketika politisi tak mampu memberikan pengurusan terbaik untuk masyarakat. Gorengan ini muncul pada masanya, masa dimana masyarakat tak lagi mempercayai kebijakan yang ada. Radikalisme nama gorengan ini. Kaum muda mendorong pemerintah agar menyediakan kurikulum agama yang toleran. Islam yang bukan ekstrim atau garis keras, sehingga membuat ajaran Islam kian hari, kian terkikis. Semua ini tidak terlepas dari pengaruh sekularisasi yang terjadi pada kaum muda.

Dengan seperti ini meski pemuda Islam melek politik, akan tetapi bukan politik Islam. Mereka tidak paham hakikat dari politik Islam. Politik dalam Islam sebenarnya adalah mengurusi urusan umat baik di dalam maupun di luar negeri dengan syariat Islam. Seharusnya perjuangan pemuda diarahkan untuk mewujudkan politik Islam di tengah- tengah umat. seperti yang banyak dicontohkan pada generasi-generasi sebelumnya.

Dalam sejarah Islam, generasi mudalah yang sangat berperan dalam menyebarkan dakwah Islam pertama, menyiapkan dakwah ke tengah-tengah umat, hingga meyongsong kemenangan. Rasulullah Saw sangat memperhatikan para pemuda, karena peran stategis dari kaum muda tersebut. Sekelas Mush’ab bin Umair yang dengan ketampanan dan kekayaan yang beliau miliki dikorbankan untuk Islam. Mejadi duta Islam politik pertama di Madinah yang diutus Rasulullah Saw untuk mendakwahkan Islam pula.

Juga dengan pemuda yang lahir setelahnya, Muhammad Al-Fatih 1453 sang pemuda penakluk konstantinopel. Pemuda yang memliki kemampuan luar biasa, yang percaya akan janji Alllah SWT dan kabar gembira dari Rasulullah Saw. Kota besar pada jamannya ditaklukan dengan kekuatan spiritual dan politis yang dimiliki oleh beliau. Dan masih banyak lagi pemuda-pemuda yang dilahirkan dari peradaban gemilang, yaitu peradaban Islam.

Demikianlah pemuda pada masa kegemilangan Islam. Jika kita menginginkan sosok seperti mereka tersemat pada kita, maka seharusnya arah perjuangan kita juga pantas diubah. Berjuang hanya untuk Islam, berikan masa muda kita hanya untuk Islam saja. Kitalah arsitek yang akan membangun peradaban gemilangan dan sistem yang mulia. Mari kuatkan iman, bulatkan tekat, bergerak tuk berjuang bersama bagi tegaknya kembali ‘izzul Islam wa Muslimin. Allahuakbar .

Wallahu ‘alam bi ash-shawab .

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *