Fenomena Caleg Gagal, Potret Buram Penduduk Negeri Ini

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Fenomena Caleg Gagal, Potret Buram Penduduk Negeri Ini

Ermawati

Kontributor Suara Inqilabi

 

Pemilu telah usai, namun banyak terjadi kejadian yang miris terutama dikalangan para caleg dan timsukses yang kecewa, sebab mereka kalah dalam pemungutan suara ditempat masing-masing. Banyak yang stress, menarik kembali uang atau pemberiannya dan ada yang bunuh diri.

Warga Desa Jambewangi, Kecamatan Sempu, Banyuwangi, Jawa Timur, mereka dihebohkan dengan penarikan material paving oleh salah satu calon anggota legislatif (caleg). Paving blok tersebut ditarik kembali setelah sempat dikirim menggunakan truk untuk pembangunan salah satu sudut jalan Desa Jambewangi. (surabaya.kompas.com, 19-02-2024).

Di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat ada dua timses yang mengalami depresi, sebab gagal mengantarkan caleg pada pileg dalam memeperoleh suara. (tvonenews.com, 19-02-2024).

Seorang calon anggota legislatif (caleg) DPRD Kabupaten Subang, Jawa Barat, membongkar jalan yang sebelumnya ia bangun. Dan meneror warga dengan petasan yang dilakukan di siang dan malam. (news.okezone.com, 25-02-2024).

Sungguh miris melihat keadaan seperti ini, para caleg dan timsukses belum siap menerima kekalahan namun hanya siap menang saja, jabatan hanya menjadi incara para celeg untuk mendapatkan banyak keuntungan dan fasilitas yang luar biasa jika terpilih. Sehingga ahar menang, maka mereka berlomba-lomba membeli suara rakyat dengan berbagai cara, misal dengan mengeluarkan yang yang jumlahnya tidak sedikit dan meminta dipilih.

Inilah wajah dari sistem politik demokrasi kapitalisme, menggambarkan politik begitu kotor dan keji, kekuasaan direbut banyak orang demi keuntungan. Serta menggambarkan model pemilu ini merupakan yang berbiaya tinggi. Seharusnya masyarakat sadar akan bobroknya sistem kapitalisme ketika mengatur hidup banyak orang, kerusakan terjadi dimana-mana, dalam pemilihan caleg tidak mampu membuat sejahtera, tidak ada persiapan mental bagi para caleg dan timsukses yang akhirnya menyebabkan banyak kejadian yang tidak diharapkan, alih-alih masyarakat menjadi korban sistem kapitalisme ini, bahkan sampai memakan korban. Sistem ini sudah tidak layak dipertahan kan, saatnya ganti dengan sistem buatan Allah SWT, yang jelas aka mensejahterakan sebab sudah terbukti kurang lebih 13 abad sistem Islam mengurusi urusan manusia, memiliki pemimpin yang jujur, amanah, fasilitas pendidikan gratis, kesehatan gratis, tidak ada PHK, mental para pekerja negara luar biasa dan dididik memiliki kepribadian Islam.

Jika dilihat dari kacamata Islam, politik bukan hal yang kotor dan keji, sebab dalam Islam kekuasaan atau jabatan merupakan amanah yang akan dipertanggungjawabkan dihadapan Allah, cara yang ditempuh juga harus sesuai dengan hukum syara. Dalam Islam, kekuasaan ada untuk menerapkan syariat Islam bukan untuk mengambil keuntungan yang banyak atau memperkaya diri. Sebab Islam tidak bisa diterapkan kecuali dengan kekuasaan.

Dalam pengangkatan imam atau Khalifah ada metode yaitu dengan bai’at, tanpa bai’at maka pengangkatan seorang khalifah tidak sah, dan caranya dengan pemilu dalam memilih calon Khalifah. Syarat menjadi calon Khalifah harus memenuhi syarat in’iqad, barulah ada pemilu untuk memilih Khalifah, pemilihan ini pernah dilakukan ketika pemilihan Khalifah pengganti umar, ketika itu ada dua calon yaitu ali bin abi thalib dan ustman bin affan, lalu hasilnya adalah utsman bin affan yang menjadi Khalifah, lalau utsman dibai’at oleh kaum muslim untuk mengemban amanat pemerintahan, namun tidak memakai metode pemilu juga tidak mengapa, sebab pemilu hanya cara saja. Metode ini sederhana, praktis dan tidak membutuhkan banyak biaya, yang pasti juga penuh kejujuran, tidak ada janji-janji manis bahkan penipuan dalam Islam.

Wallahu a’lam bish-shawwab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *