Fenomena Algoritma Kurasi, Hingga ke Paham Pluralisme dan Moderasi Agama

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh : Suhrani Lahe

 

Fenomena algoritma kurasi pada media sosial kali ini banyak menarik perhatian. Dimana seperti yang kita ketahui, algoritma kurasi yaitu sebuah potongan-potongan yang memiliki kode dengan fungsi tertentu dengan instruktur yang tertempel di belakang layar dan mampu memeringkat preferensi dalam memfilter setiap konten online dan kebutuhan kita. Hingga dalam mengakses sebuah topik, akan memunculkan berbagai topik lain yang berhubungan.

Hal ini yang membuat para pemerintah cemas terhadap berita-berita hoax yang tersebar dan dengan mudah diakses oleh para pengguna sosial media.

Seperti yang telah diberitakan belum lama ini, pemerintah mewaspadai untuk para mahasiswa agar lebih jeli dan teliti dalam menggunakan sosial media. Dimana penggunaan sosial media bisa memunculkan dampak positif dan juga dampak negatif.

Sebagai pendidikan formal tahap akhir, pemerintah berharap mahasiswa dibekali agar dapat berfikir kritis untuk menyikapi berbagai informasi yang ada, dan dapat berpegang teguh pada akidah, akhlak dan ilmu pengetahuan agar dapat menyikapi arus informasi yang kian dinamis, yang kemudian mahasiswa dapat terhindar dari dampak algoritma kurasi dari disinformasi masif yang didapatkan (nasional.kompas.com, 02/11/2021).

Untuk menghindari dampak algoritma kurasi dari informasi-informasi yang didapatkan, pemerintah menyarankan agar mahasiswa dibekali dengan karakter kebangsaan, agar nilai-nilai yang bisa diterapkan sesuai dengan nilai-nilai pancasila. Hal ini mengungkap bahwa pemerintah kembali mengupayakan pluralisme dan moderasi agama. Namun, masyarakat yang memiliki faham yang jelas mengenai Islam yang Kaffah akan bertolak belakang dengan penerapan pluralisme dan moderasi agama.

Sebagai umat Islam kita harus sadar penerapan tersebut adalah sebuah langkah untuk melumpuhkan umat Islam dan cara mengubah pola pikir agar mengarah pada cara pandang negara barat. Penerapan tersebut memiliki strategi agar penguasa menjadi pelaksana dan yang membuat aturan hingga mengadopsi pemikiran umat agar menerima moderasi agama dan pluralisme.

Hal ini juga mempengaruhi kekuatan umat agar lumpuh dalam melawan dominasi kapitalis global. Islam dipaksa untuk kompromistis tentang nilai-nilai yang diterapkan oleh negara barat, toleran terhadap sistem hidup mereka yang sangat bertentangan dengan nilai-nilai Islam dan menanggalkan syariat dikarenakan modernitas yang alih-alih berpaham pada ke Islaman yang begitu inklusif, damai juga toleran, namun pada hakikatnya menjebak pemikiran umat untuk keluar dari pemikiran yang berlandaskan dari sistem Islam.

Menjadikan pendidikan sebagai paham dalam bentuk upayanya dalam memberlakukan penerapan moderasi Islam dan pluralisme tersebut, dimana umat Islam sebagai pemeran utama dalam memberlakukannya, dan bisa saja tangan-tangan umat menjadi senjata yang digunakan para musuh Islam dalam menyerang kembali agama Islam. Langkah-langkah para kaum kapital inilah yang membuat kita, para umat Islam yang berjuang teguh dalam menegakkan hukum Allah runtuh.

Inilah rekayasa kaum barat yang kini ditekuni oleh para petinggi negara untuk mengubur penerapan sistem Islam di negeri ini, yang tak lain sebuah agenda dari para negara adidaya kapitalis sekuler. Mereka dengan gigihnya mempertahankan hegemoni atas dunia, hingga tak heran melahirkan para penganut yang anti Islam.

Umat Islam harus bangkit, membuka pola pikir dan tidak teradu domba atas penerapan yang diterapkan dengan tetap berpegang teguh pada kebenaran dan tidak terjerumus pada kebathilan, tidak membiarkan para kaum sekulerisma mengubur dan menghilangkan perjuangan umat dalam menerapkan hukum Allah. Melawan kejahilan yang dilakukan oleh kelompok-kelompok yang menjauhkan dan mematahkan semangat umat dalam menegakkan sistem Islam yang Kaffah.

Itulah mengapa, dengan penerapan sistem Islam, negara bisa mencetak generasi yang kritis dan istikamah dengan memegang teguh kebenaran ditengah derasnya arus informasi digital, bukan dengan mengikuti segala aturan-aturan yang dibuat oleh manusia, yang berujung mengakitkan perpecahan dan perselisihan dalam kehidupan. Umat Islam dapat mengarungi dan mengatasi segala tantangan yang ada yang merujuk pada Al-Quran dan As-Sunnah. Hingga dengan adanya tantangan global yang muncul dari teknologi canggih yang diciptakan oleh negara sekuler.

Dengan demikian, negara memiliki peran yang penting dalam mengatur kehidupan kaum muslimin yang berlandas pada aturan-aturan Allah dalam menerapkan sistem Islam, agar dapat membentuk karakter para generasi dengan baik.

Allah berfirman pada QS. Ali-Imran : 103

“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.”

Sebagai umat Islam, yang berpegang teguh kepada hukum-hukum Allah dari Al-Quran dan As-Sunnah, yang di dalamnya terdapat bukti yang terang dan jelas dan wajib mentauhidkan Allah Azza wa Jalla. Kita harus menegakkan kebenaran, membela yang hak dan melawan yang bathil.

Wallahu’alam Bissowab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *