Drakor “The World of Married” Bikin Millenial Ogah Nikah, Ada Apa?

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh : Ismawati (Aktivis Dakwah Muslimah)

Film merupakan seni yang menampilkan video dan audio visual yang dapat dinikmati para penontonnya. Di era saat ini film semakin banyak digandrungi masyarakat. Baik sebagai hiburan ataupun sarana edukasi. Namun, kadangkala alur cerita dalam film dapat menarik emosional penonton, yang mengakibatkan penonton dapat meniru, bahkan membayangkan apa yang terjadi dalam film tersebut.

Tak ubahnya seperti drama korea yang sedang viral berjudul “The World of Married” yang menggambarkan pernikahan sebagai fase kehidupan yang menyedihkan dan pahit. Drama yang dibintangi oleh aktris korea senior Kim Hee-ae sebagai Ji Sun-Woo, yang menikah dengan sutradara film Lee Tae Oh yang diperankan oleh Park Hae-Joon. Sun woo mengetahui bahwa Tae-oh telah berkhianat dan berselingkuh darinya. Mereka akhirnya bercerai dan saling balas dendam satu sama lain.

Drama ini pun sukses membuat emosi penonton naik turun, baper, bahkan tak sedikit dari mereka yang mengaku merasa cemas terhadap pernikahan dan isu perselingkuhan yang biasa dialami oleh pasangan, ada pula yang merasa status jomblo lebih baik ketimbang harus dikhianati oleh pasangan. Drama ini mulai tayang pada 27 Maret lalu dan menjadi ramai diperbincangkan hingga meraih rating tertinggi dengan menembus rating 20% (dikutip dari laman linetodayarticle) bahkan sudah ditayangkan di salah satu Stasiun TV di Indonesia.

Apabila kita cermati dari drama ini maka ada beberapa point yang dapat merusak pemikiran penonton. Pertama, Tontonan dalam kacamata kapitalisme dipandang sebagai sesuatu yang menghasilkan materi. Tema perselingkuhan merupakan tema yang hangat dan menarik untuk di angkat. Kedua, gaya hidup liberalisme yang mengajarkan kebebasan berperilaku dalam kehidupan saat ini.

Menjadi takut menikah karena alasan takut diselingkuhi merupakan alasan yang tidak tepat. Pernikahan merupakan ikatan yang suci yang menyatukan dua insan dengan karakter yang berbeda dalam waktu yang lama hingga akhir hayat. Wajar saja, apabila kisah percintaan dalam pernikahan tak semanis romansa drama korea. Karena dalam pernikahan di warnai hitam putih kehidupan yang pasti tak terus berjalan mulus. Persoalan rumah tangga harus selalu dihadapi dengan kesiapan masing-masing pasangan.

Maka haruslah setiap persoalan segera diatasi, berkomunikasi yang baik untuk menyelesaikan tiap-tiap permasalahan agar tak terus muncul masalah-masalah baru yang justru membawa kepada pelarian. Karena kualitas hubungan suami istri ditentukan salah satunya dengan membangun komunikasi yang baik. Menyelesaikan masalah tentu dengan ilmu islam, maka wajib membekali diri dengan tsaqofah islam agar tiap-tiap persoalan dapat tuntas teratasi.

Dalam kapitalisme, wanita dipandang bersifat seksual semata. Dan wanita dijadikan sebagai ojek untuk memuaskan hasratnya saja. Maka, pernikahan tidak dipadang untuk melestarikan keturunan manusia. Sekulerisme (memisahkan agama dalam kehidupan) sehingga agama tidak diperkenankan mengatur urusan manusia. Agama hanya boleh mengatur perkara ibadah semata. Sedangkan manusia di anggap berhak membuat aturan dalam kehidupan sesuai kehendak sendiri.

Untuk itu, sebagai sebuah ibadah, pernikahan sejatinya memiliki tujuan yang mulia. Sebelum memasukinya tentu harus ada bekal untuk menghindari laju permasalahan dalam pernikahan yang dapat bergerak tak tentu arah. Maka tujuan pernikahan adalah salah satunya tercapainya ketentraman hati. Allah SWT berfirman : “Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda bagi kaum yang berfikir” (TQS. Ar-Rum : 21)

Bagi para pemuda/pemudi yang belum menikah dan merasa terdoktrin takut menikah gara-gara drama ini. Ingatlah sabda Nabi SAW: “Wahai sekalian pemuda, apabila kalian mampu (lahir dan batin) untuk menikah, maka menikahlah. Hal tersebut akan menjaga pandangan dan kemaluan. Namun, bila kalian belum mampu berpuasalah. Karena di dalam puasa tersebut terdapat pengekang.” (Muttafaqun ‘alaihi.)

Menikah dengan tujuan ibadah akan berbuah pahala, dan perlu bekal ilmu. Perkuat akidah islam, perbanyak mendekatkan diri kepada Allah SWT dan senantiasa mengikuti kajian islam intensif salah satu ikhtiar kita mencari bekal menuju pernikahan bahkan dalam mengarungi rumah tangga ini. Kurangi menonton tayangan unfaedah yang justru membuat diri kita semakin lalai dan semakin banyak fantasi-fantasi nyeleneh dalam diri kita.

Wallahu a’lam bishowab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *