Deforestasi Dampak Pembangunan Kapitalis

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Deforestasi Dampak Pembangunan Kapitalis

Harne Tsabbita

(Aktivis Muslimah)

 

Deforestasi di Indonesia sangat massif terjadi. Berdasarkan data yang diperoleh dari databoks (19/1/24) Indonesia ada di urutan kedua terbesar mengalami deforestasi dan degradasi area hutan primer tropis, yakni sebesar 10,2 juta hektare. Angka ini tergolong cukup besar terjadi sepanjang dua dekade terakhir (2002-2022).

Menurut World Resources Institute (WRI) hutan primer tropis adalah hutan berusia tua yang memiliki cadangan karbon besar dan kaya akan keragaman hayati. Adapun Deforestasi adalah perubahan lahan hutan menjadi non-hutan secara permanen, seperti menjadi perkebunan atau permukiman. Dan degradasi merupakan penurunan fungsi atau kerusakan ekosistem hutan, baik yang disebabkan karena aktivitas manusia maupun peristiwa alam.

Deforestasi yang terjadi di Indonesia sangat disayangkan, mengingat tidak mudah mengembalikan hutan primer tropis tersebut. Karena akan membutuhkan waktu puluhan tahun bahkan berabad-abad untuk bisa mengembalikan fungsinya. Padahal dengan besarnya luas hutan yang ada di Indonesia diharapkan mampu menyelesaikan persoalan iklim global, sebab akan mampu menyerap emisi karbon yang juga besar.

Dampak Pembangunan Ala Kapitalis

Alih fungsi hutan terus terjadi yang mengakibatkan bencana dan kesulitan hidup rakyat. Rakyat terpaksa kehilangan ruang hidupnya dan menjadi korban bencana alam seperti banjir bandang, tanah longsor, kebakaran hutan, suhu udara ekstrem, kehilangan ekosistem, krisis air, dan sebagainya. Lagi-lagi rakyat yang akan menjadi korban sementara pada waktu bersamaan para kapitalis (pemilik modal) meraup keuntungan besar atas perusakan hutan.

Sistem ekonomi kapitalistik telah mengarahkan pembangunan ekonomi untuk meraih pertumbuhan ekonomi. Sehingga mengharuskan adanya industrialisasi yang mengakibatkan eksploitasi besar-besaran terhadap Sumber Daya Alam (SDA). Hal itu pula yang mengakibatkan terjadinya deforestasi dan meningkatkan emisi CO² di udara (Gas Rumah Kaca) yang justru menyebabkan suhu bumi semakin panas.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letnan Jenderal TNI Suharyanto menyatakan Indonesia telah mengalami 4.940 kali bencana sepanjang 2023 dengan mayoritas berupa bencana hidrometeorologi basah, seperti banjir, tanah longsor, dan cuaca ekstrem. Kejadian bencana hidrometeorologi yang semakin parah dan meluas ini tidak bisa dipisahkan dari adanya perubahan iklim yang melanda dunia saat ini.

Pada 2023 lalu, tercatat suhu global sekitar 1,48⁰C lebih hangat dibandingkan rata-rata suhu era pra-industri tahun 1850-1900, kata badan iklim Uni Eropa. Di Indonesia, berdasarkan data dari 116 stasiun pengamatan BMKG, suhu udara rata-rata tahun 2023 mencapai 27,2⁰C, sehingga anomali suhu udara rata-rata tahun 2023 sebesar 0,5⁰C dibandingkan dengan suhu udara rata-rata periode 1991-2020.

Dan Indonesia sendiri telah mengambil arah pembangunan global yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang dan Menengah Nasional (RPJMN 2020-2024). Tidak heran, jika daerah-daerah di Indonesia khususnya kawasan hutan telah menjadi sasaran eksploitasi atas nama investasi demi mengejar pertumbuhan ekonomi nasional. Hal ini semakin memperparah laju deforestasi yang akan memperparah krisis iklim yang sudah ada. Pembangunan ala kapitalistik telah nyata mengakibatkan masyarakat dalam kondisi bahaya karena bencana terus berulang.

Sistem kapitalis meniscayakan adanya kesenjangan antara kelestarian lingkungan dan pembangunan. Demi meningkatkan pertumbuhan ekonomi akhirnya menomorduakan dampak buruk yang akan terjadi terhadap lingkungan. Apalagi keuntungan sebagai sesuatu yang sangat dominan telah menjadi tujuan. Demi keuntungan ekonomi akhirnya tidak peduli sekalipun merusak lingkungan hidup masyarakat banyak. Tidak peduli jika harus mengalih-fungsikan hutan menjadi pertambangan, perkebunan atau bahkan infrastruktur dan pemukiman. Toh negara pun telah memberikan peluang untuk itu.

Pembangunan Ala Islam

Pembangunan dalam Islam sangat berseberangan dengan Kapitalis. Islam telah menjadikan pembangunan dilakukan atas kemaslahatan rakyat bukan dalam rangka bisnis. Hal ini berarti pembangunan menjadi tanggung jawab negara sehingga tidak akan diserahkan kepada pihak swasta. Mulai dari perancangan dan modal semua diatur oleh negara yang menjadikan visi pembangunannya sebagai bentuk pelayanan kepada rakyat.

Paradigma pembangunan dalam Islam dibangun berlandaskan ruhiah. Yakni pembangunan fisik yang akan mendekatkan manusia kepada Sang Pencipta-nya. Oleh karena itu seluruh bangunan, perindustrian, kawasan ekonomi, transportasi dan lainnya semua akan terhubung dengan aspek ruhiah. Megahnya bangunan justru akan menjadikan masyarakatnya pun semakin tinggi ketakwaannya. Bahkan pembangunan pariwisata sekalipun tidak akan mengekspos kemaksiatan melainkan akan dibangun untuk semakin mengenalkan jejak sejarah umat Islam yang akan menambah kecintaan mereka terhadap Islam dan menambah keimanan mereka kepada Allah SWT.

Sebagaimana terjadi pada pembangunan Ibu Kota Baghdad pada masa Khilafah Abbasiyah. Khalifah Abu Ja’far al-Mansur telah merancang pembangunan kotanya dengan melibatkan Abu Hanifah, seorang mujtahid mutlak dan pastinya seorang yang ahli fikih. Hasilnya, pembangunan kota tersebut semakin meninggikan suasana keimanan bagi penduduknya.

Begitulah sistem Islam jika diterapkan. Negara akan benar-benar menjamin kebaikan dan keamanan ruang hidup rakyatnya. Sebab seorang Khalifah diangkat sebagai raa’in (penjaga, yang diberi amanah) atas rakyatnya. Ia wajib menjaga rakyatnya dari kerusakan lingkungan dan wajib pula menjaga lingkungan agar tetap lestari sebagaimana perintah Allah ta’ala.

Khatimah

Sudah menjadi keharusan bagi kita untuk meninggalkan sistem kapitalisme ini. Telah nyata kerusakan yang diakibatkan olehnya. Rakyat dibiarkan berjuang hidup sendirian, sementara negara berlepas tangan bahkan sebaliknya memudahkan para kapitalis merusak kehidupan rakyat.

Sementara Islam telah terbukti mampu memberikan kesejahteraan bagi rakyatnya. Islam pula yang akan mampu menjaga alam ini sesuai dengan fitrahnya. Sehingga akan membantu kehidupan manusia menjadi lebih baik. Semua itu hanya bisa kita temui dalam sistem Khilafah Islamiyyah.

وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰۤى اٰمَنُوْا وَا تَّقَوْا لَـفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَآءِ وَا لْاَ رْضِ وَلٰـكِنْ كَذَّبُوْا فَاَ خَذْنٰهُمْ بِمَا كَا نُوْا يَكْسِبُوْنَ

“Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-A’raf: 96).

Wallahu ‘alam bishawab.

 

 

 

 

 

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *