DARURAT PREDATOR ANAK, TUMPULNYA PENJAGAAN OLEH NEGARA

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

DARURAT PREDATOR ANAK, TUMPULNYA PENJAGAAN OLEH NEGARA

Penulis Rayyan-Ibrahim

Kontributor Suara Inqilabi

 

Cilacap – Polresta Cilacap saat ini tengah menangani enam kasus kekerasan seksual terhadap anak yang terjadi selama sebulan terakhir. Ironisnya, ada salah satu korban yang dicabuli oleh dua lansia sekaligus.

Kasat Reskrim Polresta Cilacap, Kompol Guntar Arif Setyoko menjelaskan dalam bulan ini pihaknya menangkap enam pelaku kekerasan seksual dengan korban seluruhnya berstatus anak.

Adapun dalam kasus yang pertama dilakukan oleh tersangka bernama ABL melakukan aksinya dengan memacari korban. Dia kemudian memperkosa korban dengan rayuan janji akan menikahi.

Sedangkan seorang bocah di Kecamatan Bantarsari menjadi korban kekerasan seksual dalam dua kasus sekaligus. Mirisnya, kedua pelaku merupakan aki-aki, MM (60) dan MT (72).

Di kasus berikutnya, polisi menangkap seorang guru SMP bernama HK yang telah mencabuli muridnya sendiri. Guru ini mencabuli muridnya yang sedang sakit setelah pingsan di sekolah. Selain itu polisi juga menangkap guru lainnya di kasus yang berbeda. Guru sekaligus petugas Tata Usaha sekolah itu mencabuli muridnya di dalam kelas.

Untuk kasus yang terakhir menurut Guntar dilakukan oleh ayah tiri korban yang berusia 58 tahun di wilayah Kecamatan Wanareja. Bahkan korban diperkosa hingga saat ini kondisinya tengah mengandung.

Kembali terjadi kasus kekerasan terhadap anak di sekitar kita, yang begitu menyakitkan lagi adalah para pelaku ini merupakan orang terdekat yang mana di anggap sebagai sosok yang dapat melindungi, dihormati karena ilmunya, dan pastinya dapat dijadikan benteng dari hal-hal yang membahayakan. Namun, realitanya berbanding terbalik dengan harapan. Karena hawa nafsu sesaat dan keegoisan dirinyalah yang merusak masa depan generasi dibarengi trauma yang terus melekat dalam ingatan.

Meskipun di lain sisi ada banyak sosialisasi yang dilakukan sebagai bagian dari program-program nasional kabupaten/kota layak anak, namun hal tersebut hanya mengambang di permukaan saja. Faktanya masih marak masalah pembulian, anak-anak yang putus sekolah, anak-anak yang tinggal di jalanan, dsb. Lantas hal seperti ini dianggap seolah-olah hanya untuk memperoleh ‘ranking’ atas peringkat teratas kabupaten layak anak.

Sungguh sangat miris melihat kondisi saat ini. Memang benar adanya bahwasanya sekulerismelah akar dari semua permasalahan yang ada saat ini. Yang mana makin menjauhkan antara agama dengan kehidupan sehingga hal-hal seperti ini terus bahkan selalu berulang.

Sejatinya dalam Islam tidak ada sebutan ranking dalam mengurus rakyatnya. Karena ini sudah menjadi dasar bahwa seorang pemimpin harus menjalankan amanahnya dengan penuh rasa tanggung jawab terhadap rakyat yang dipimpinnya, tanpa harus menunggu adanya embel-embel peringkat prestasi.

Dalam Alquran Allah swt. berfirman :

“Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.” (QS Shad [38]: 26).

Dalam hadits, Rasulullah saw. pernah menyampaikan :

“Ketahuilah Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawabannya atas yang di pimpin, penguasa yang memimpin rakyat banyak dia akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya, setiap kepala keluarga adalah pemimpin anggota keluarganya dan dia dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya, istri pemimpin terhadap keluarga rumah suaminya dan juga anak-anaknya. Dia akan dimintai pertanggungjawabannya terhadap mereka, dan budak seseorang juga pemimpin terhadap harta tuannya dan akan dimintai pertanggungjawaban terhadapnya, ketahuilah, setiap kalian adalah bertanggung jawab atas yang dipimpinnya.” (HR Bukhari).

Hanya dengan menerapkan Islam kaffah, hukum di negeri ini dapat dijalankan dengan semestinya dimana semuanya itu bertumpu pada Alquran dan As-Sunnah sebagai acuannya. Menjadikan keimanan sebagai sumber kekuatan dalam melaksanakan semua hak dan kewajiban dalam mengemban amanah sehingga terciptanya kesejahteraan, kebahagiaan hakiki yang mana dapat dirasakan bagi setiap rakyat beserta pemimpinnya dan terbentuknya generasi-generasi cemerlang.

Wallahu a’lam bish-showab.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *