BRI Kepentingan NKRI, Benarkah?

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

BRI Kepentingan NKRI, Benarkah?

Oleh Ummu Aflah, SHI

 (Praktisi Pendidikan)

 

Besarnya jumlah pinjaman negara Indonesia kepada China dalam proyek BRI menjadi salah satu kekhawatiran rakyat Indonesia, bukan hanya pada sisi kemampuan untuk membayar hutang tersebut tetapi juga pada masalah kedaulatan negara. Pasalnya sejak tercetusnya program tersebut rakyat Indonesia justru banyak yang kehilangan pekerjaannya karena tergantikan oleh para pekerja yang datang dari China. Apakah negara ini benar-benar sudah tergadaikan dan benarkah proyek BRI ini untuk kepentingan NKRI?

Belt and Road Initiative (BRI) adalah sebuah strategi pembangunan global yang diusung oleh China sejak tahun 2013. Tujuan dibentuknya yaitu guna meningkatkan konektivitas dan kerja sama antara China dan lebih dari 150 negara dan organisasi internasional melalui pembangunan infrastruktur dan perdagangan. China diketahui memiliki proyek OBOR (One Belt One Road) atau yang kini telah direvisi menjadi proyek Belt Road Initiative (BRI). (SINDOnews.com pada Rabu, 02 Agustus 2023)

BRI merupakan salah satu kebijakan luar negeri dan ekonomi paling ambisius dari Presiden Xi Jinping. BRI mengusung visi China sebagai negara besar yang berperan aktif dalam urusan global. Pembiayaan dan investasi China tersebar di 45 negara BRI pada  2023, dengan 24 negara menerima investasi dan 29 negara terlibat dalam konstruksi.

Mengenai investasi BRI, Indonesia merupakan penerima terbesar dengan investasi sekitar US$5,6 miliar yakni setara Rp87,9 triliun (Rp15.710/US$1) , diikuti oleh Peru sebesar US$2,9 miliar dan Arab Saudi sekitar US$ 1,6 miliar. Alih-alih melihat dengan jelas jumlah utangnya, justru terlihat dampaknya terhadap negara-negara, karena Zambia dan Sri Lanka terjerumus ke dalam kebangkrutan dan gagal bayar. (cnbcindonesia.com)

China sangat ekspansif untuk meluaskan dan melebarkan pengaruh geopolitiknya bukan hanya di negara berkembang dan miskin. Kesuksesan China dalam menggaet Italia, salah satu negara maju di Eropa, justru menjadi bumerang. Roma kini justru menjadi menyesal bergabung dengan Belt and Road Initiative (BRI) China. Awalnya, Italia mendapatkan keuntungan besar, tetapi kini mereka justru mengalami banyak kemunduran. (SINDOnews.com pada Senin, 31 Juli 2023)

Bukannya mengambil pelajaran dari kebangkrutan dan kemunduran negara peserta BRI di atas, pemerintah justru semakin dekat dengan China, dan baru baru ini kembali berkunjung dan mengadakan kesepakatan bersama. Pada Senin (16/10/2023) Jokowi tiba di Beijing, guna menghadiri serangkaian agenda penting. Seperti Indonesia – China Business Forum di China World Hotel.

Sementara Ad Interim Menko Marves Erick Thohir yang mendampingi presiden mengatakan dalam forum itu menyepakati 11 penandatangan dokumen. Adapun nilai kesepakatan itu mencapai US$ 12,6 miliar atau Rp 197,8 triliun (Kurs Rp 15.700/US$) dari sektor energi hingga teknologi kesehatan.(Jakarta, CNBC Indonesia)

Bagaimana mungkin Indonesia bisa menjadi negara yang kuat dan merdeka jika terus menerus mengandalkan hutang diberbagai lini termasuk dalam penyediaan infrastruktur di Ibukota Nusantara (IKN), sedangkan masa jabatan pemerintah yang mengadakan kerjasama tersebut akan segera berakhir. Lalu kepada siapa beban utang itu dilimpahkan?

Islam tidak melarang seseorang untuk berutang selama dia berniat untuk membayar, dan hutang tersebut digunakan untuk kebutuhan pokoknya itupun tidak boleh mengambil hutang riba. Tetapi sebagai negara, Islam menetapkan bahwa negara sebagai pihak yang mengelola proyek pembangunan dengan dana sendiri bukan dana pinjaman, karena hal tersebut pasti akan sangat berpengaruh pada kedaulatan negara. Negara pemberi hutang pasti menginginkan sesuatu dari negara yang dihutangkan. Dan negara yang berhutang akan menuruti apapun kemauan negara pemberi hutang. Disinilah letak bahayanya dan mengancam kedaulatan negara.

Negara Islam sejak memiliki wilayah hanya di Madinah sampai kekuasaannya meluas ke seluruh jazirah Arab hingga menguasai ¾ dunia, telah mampu membiayai berbagai proyeknya tanpa berhutang dengan negara lain. Karena negara Islam yang disebut dengan khilafah Islamiyah memiliki sumber dana yang kuat yang dikelola dengan jujur dan adil serta penuh tanggung jawab terhadap Allah subhanahu wa ta’ala.

dari Aisyah ra, bahwa Rasulullah berdo’a dalam shalat: “Ya Allah aku berlindung kepadamu dari berbuat dosa dan terlilit hutang. Lalu ada seseorang yang bertanya, “Mengapa Anda banyak meminta perlindungan dari hutang wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Sesungguhnya seseorang apabila sedang berhutang ketika dia berbicara biasanya berdusta dan bila berjanji sering menyelisihinya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

“Siapa saja yang berhutang lalu berniat tidak mau melunasinya, maka dia akan bertemu Allah (pada hari kiamat) dalam status sebagai pencuri.” (HR. Ibnu Majah)

Semoga Indonesia kembali menjadi bagian dari negara Islam yang mampu mengelola sumber daya alamnya dengan baik dan terbebas dari hutang ribawi sehingga menjadi negara yang merdeka dan berdaulat serta mampu mensejahterakan rakyatnya. Aamiin Allahumma Aamiin..

Wallahu’alam bish-shawwab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *