Binwin, Solusi Antara Stunting & Kemiskinan?

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Binwin, Solusi Antara Stunting & Kemiskinan?

Agung Andayani

Kontributor Suara Inqilabi

 

Kementerian Agama (Kemenag) melalui Direktorat Jenderal (Ditjen) Bimbingan Masyarakat (Bimas) Islam akan mewajibkan Bimbingan Perkawinan (bimwin) sebagai syarat bagi calon pengantin untuk melangsungkan pernikahan. Keputusan tersebut didasarkan pada Surat Edaran Dirjen Bimas Islam Nomor 2 Tahun 2024 tentang Bimbingan Perkawinan bagi Calon Pengantin. Jika calon pengantin tidak mengikuti bimwin, maka tidak bisa mencetak buku nikahnya hingga mengikuti bimwin terlebih dahulu.

Dan ternyata tujuan dari binwin yang di paparkan oleh Kasubdit Bina Keluarga Sakinah Agus Suryo Suripto. Yaitu, “Tujuan kami adalah meningkatkan kesejahteraan keluarga. Oleh karena itu, jangan ragu menyampaikan pada calon pengantin bahwa mengikuti Bimwin adalah kewajiban,”. Selain itu, bahwa “Bimwin akan menjadi kewajiban tanpa pengecualian bagi calon pengantin. Hal ini merupakan salah satu upaya menurunkan stunting dan meningkatkan kesejahteraan keluarga,”. (kompas.com, 30/03/2024).

Jadi ternyata kebijakan binwin ini dianggap sebagai langkah solusi untuk mengurangi angka stunting dan meningkatkan kesejahteraan keluarga oleh pemerintah. Oleh karena itu, semua cantin wajib mengikutinya. Apakah bimwin bisa mengurangi angka stunting dan meningkatkan kesejahteraan?

Stunting adalah masalah kegagalan pertumbuhan akibat dari nutrisi yang tidak cukup atau kurang pada anak. Periode krusial pemenuhan nutrisi pada anak dimulai dari masa kehamilan sampai anak usia 24 bulan. Pada faktanya banyak factor yang menjadi penyebab stunting dan kemiskinan.

Diantaranya yang pertama, praktik pengasuhan kurang baik. Kedua, terbatasnya layanan kesehatan selama masa kehamilan ibu. Ketiga, kurangnya akses keluarga ke makanan bergizi. Keempat, terbatasnya akses ke air bersih dan sanitasi. Dari ke empat faktor diatas maka akar masalahnya, kemiskinan sangat erat kaitannya dengan pemenuhan gizi dan nutrisi seimbang bagi ibu dan bayi. Selain itu pemyediaan akses dan layanan kesehatan serta sanitasi yang layak dan air bersih. Adanya sanitasi buruk, infrastruktur kesehatan yang kurang memadai, pendidikan/literasi rendah, dan sebagainya.

Jadi apakah mungkin program binwin dapat menyelesaikan persoalan tersebut. Apalagi dalam cengkraman sistem kehidupan kapitalisme sekulerisme saat ini. Sistem yang menjadikan fungsi negara dalam kacamata kapitalisme hanya sebagai regulator kebijakan bukan sebagai pelayanan umat/rakyat.

Wallhu a’lam bish-shawwab

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *