Bangga Menjadi Ibu-ibu Pengajian.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Bangga Menjadi Ibu-ibu Pengajian.

Nanis Nursyifa

(Kontributor Suara Inqilabi)

 

Beberapa waktu lalu Ketua Dewan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Megawati Soekarnoputri menjadi sorotan kembali setelah pidatonya memicu kontroversi di media sosial (medsos). Pidato ibu pejabat ini itu terucap saat ia menjadi pemateri dalam Seminar Nasional Pancasila dalam Tindakan : ‘Gerakan Semesta Berencana Mencegah Stunting, Kekerasan Seksual pada Anak dan Perempuan, Kekerasan dalam Rumah Tangga, serta Mengantisipasi Bencana’ di Jakarta Selatan pada Kamis (16/2/2023).

Acara tersebut dihadiri Panglima TNI Laksamana Yudo Margono, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, beberapa menteri, dan Kepala BPIP Yudian Wahyudi. Salah satu pidato Megawati yang kontroversial adalah ketika membahas masalah anak stunting.

“Saya melihat ibu-ibu tuh ya maaf ya sekarang kan kayaknya budayanya beribu maaf, jangan lagi saya di-bully. Kenapa toh seneng banget ngikut pengajian ya? Iya lho maaf beribu maaf, saya sampai mikir gitu lho,”

kata ibu pejabat di acara yang dihadiri Republika.co.id tersebut.

Tuduhan tak berdasar itu ditujukan kepada Ibu-ibu yang rajin mengikuti pengajian, ibu Megawati menganggap bahwa hadir di pengajian anak menjadi terlalaikan.

Tentu ini menjadi salah satu bentuk kesalahpahaman terhadap aktifitas menuntut ilmu agama yang hukumnya fardhu ain bagi setiap muslim termasuk muslimah. Pengajian menjadi tempat alternatif untuk memahami berbagai hukum Allah secara menyeluruh, jangankan tentang bagaimana mengurus dan mendidik anak, mengurus negara pun ada kajiannya dan mungkin saja ibu pejabat ini pun tidak tahu tentang itu.

Bahkan seperti inilah keutamaan ketika kita ikut pengajian

“Barangsiapa yang menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, maka Allah memudahkan untuknya jalan menuju surga.” (HR. Bukhari).

Bagi orang-orang yang beriman, hadist ini tentunya menjadi tawaran yang menggiurkan, kecuali untuk orang yang tidak percaya akhirat, hadist tersebut tidak akan berlaku apalagi sampai menggugah hati.

Dalam negara Islam, mengkaji Islam secara kaffah itu bagian dari program pembinaan kepribadian setiap individu, yang terintegrasi dalam kurikulum dan kebijakan sekolah lainnya, bukan seperti sistem sekarang yang memakai kurikulum Sekuler, mempelajari Islam kaffah tidak bisa didapatkan di bangku sekolah. Ilmu agama bahkan dianggap tak penting sehingga hanya diberikan waktu 2jam/Minggu bahkan ada wacana akan dihapuskan dari kurikulum yang ada.

Dari pembinaan tersebut akan menghasilkan individu yang beriman dan bertakwa, tinggi taraf berpikirnya, kuat kesadaran politiknya yang tentunya ini menjadi bekal bagi para ibu untuk mendidik anaknya menjadi muslim calon pemimpin masa depan.

Seperti apa kata pepatah “Jadilah terdidik sebelum mendidik”. Jika tanpa ilmu agama bekal apa yang akan kita Persiapkan dalam menyiapkan gerenasi kita? Karena modal ilmu umum saja tidak akan menjamin anak-anak kita menjadi anak yang berkarakter dan bertakwa.

Maka banggalah jadi ibu-ibu pengajian meskipun terkadang dianggap radikal karena pada hakikatnya ibu-ibu pengajian memang RADIKAL (ramah, terdidik dan berakal).

Wallahu’alam bishshawwab.

 

 

 

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *