Oleh : Titien Khadijah (Muslimah Peduli Umat)
Umat Islam di Eropa atau di belahan dunia lainnya tidak pernah menghina nabi nabi mereka, kitab-kitab mereka, tapi justru mereka yang selalu menghina umat Islam, nabi umat Islam, kitab umat Islam. Negara-negara Barat selalu memberikan stigma buruk terhadap umat muslim, kebebasan Barat itu sangat paradoks dan hipokrit, mereka akan bilang kebebasan kalau menguntungkan mereka, kalau tidak mereka akan menstigma umat muslim seperti radikal, fundamentalis, teroris, dengan mendeskreditkan umat Islam seperti itu, agar mereka menang.
Presiden Marcon memberikan ultimatum kepada pemuka agama di Perancis untuk segera menerima “Piagam Nilai-Nilai Republik” sebagai tindakan kepada Islam radikal. Piagam tersebut menyatakan bahwa Islam adalah agama dan bukan gerakan politik, ini mempresentasikan permusuhan Perancis dan dunia Barat pada Islam ideologis. Kebijakan deradikalisasi Perancis bertujuan agar umat muslim di Perancis menyesuaikan diri dengan standar liberalisme pemerintah Perancis, sehingga membuat umat muslim di Perancis berislam setengah-setengah, bahkan mungkin menjadi liberal, masyarakat muslim Perancis digiring pada suatu keyakinan bahwa setiap muslim yang menjadi lebih islami akan berpotensi menjadi ancaman.
Fobia Islam di Eropa berlangsung cukup lama dan tahun-tahun belakangan ini kebencian terhadap Islam semakin menguat.
Mengapa Barat sangat membenci Islam?
Pertama; Barat sangat trauma dengan agama Islam karena pernah menjadi pemenang peradaban, dalam persentuhan Islam dan Barat, sejarah mencatat Islam pernah mengalahkan Barat sebanyak empat kali, yang membuat trauma dalam peradaban Barat.
Yaitu Islam pernah berkuasa di Spanyol selama lebih dari 800 tahun, penaklukan Konstantinopel, pengepungan Kota Viena sebanyak dua kali, dan paling dramatis Perang Salib yang berlangsung lebih dari 100 tahun.
Kedua; Mereka khawatir Islam menjadi alternatif bagi bangsa-bangsa Eropa karena kegagalan sistem hidup sekuler-liberal kapitalistik yang mereka terapkan saat ini, maka mereka harus membuat “wajah buruk” kaum muslim untuk mencegah warga Barat menjadikan Islam sebagai pelarian.
Ketiga; Mereka melihat perkembangan kuantitas umat Islam semakin banyak, perpindahan pemeluk agama Kristen ke Islam lebih banyak jumlahnya daripada pindah ke agama lain, secara statistik jumlah muslim meningkat tajam.
Keempat; Penguasaan teknologi di beberapa negara yang berpenduduk muslim menunjukkan perkembangan yang sangat signifikan.
Rezim Perancis mengidap fobia Islam secara terus menerus, Charlie Hebdo sudah memancing kemarahan umat Islam dengan karikatur/kartun Nabi saw. sejak tahun 2006. Saat itu media tersebut memuat kartun Nabi yang diambil dari jyland-Posten tahun 2005, tak dilarang, lalu dilanjutkan dengan membuat karikatur sendiri tahun 2012, dibiarkan, hingga kantor majalah tersebut tahun 2015 diserang. Tahun 2020 lagi-lagi menerbitkan karikatur penghinaan Nabi Muhammad saw., dengan dalih ekspresi kebebasan.
Dan berakhir tragis pada tanggal 18 Oktober 2020, terjadi peristiwa penusukan kepada dua orang muslimah di bawah Menara Eiffel, mereka ditikam beberapa kali hingga menembus paru-parunya, hanya karena mereka berhijab, bahkan pelakunya menyebut muslimah tersebut dengan panggilan “Orang Arab kotor”. (republika, 22/10/2020.)
Nahasnya, kali ini berujung dengan tewasnya guru sejarah di salah satu sekolah di Paris yang bernama Samuel Paty, yang mengajarkan kepada murid-muridnya di kelas dengan materi ekspresi kebebasan, dengan menampilkan gambar nabi Muhammad saw. yang dimuat dari majalah Charlie Hebdo.
Presiden Perancis langsung memanfaatkan moment tersebut sebagai serangan dari teroris Islam, mereka sengaja menutup mata, bahwa sumber tragedinya adalah penghinaan kepada Nabi Muhammad saw.
Berulang kali Perancis melecehkan umat Islam, menghina Nabi Muhammad saw., berulang kali pula umat muslim seluruh dunia mengecam, mengutuk, memboikot, namun apakah dengan kecaman itu Perancis kapok, apakah dengan pemboikotan negara mereka bangkrut? Perancis tidak takut, sampai sekarang mereka baik-baik saja, malah semakin arogansinya, tak mau merasa bersalah, dan enggan meminta maaf, semua berlaku atas nama kebebasan berekspresi. Meskipun demikian kita patut mengapresiasi respon umat muslim, yang marah kepada Perancis, karena Nabi Muhammad saw. di hina.
Hanya saja umat muslim di dunia bagai buih di lautan, banyak tapi tak memiliki kekuatan, hanya berbekal lisan dan seruan untuk menghadapi orang-orang kafir yang menghina Nabi Muhammad saw.
Andaikan saja pemimpin-pemimpin di seluruh dunia yang rakyatnya mayoritas muslim, berikut negara Arab menyatukan seruan mengecam dan memerangi Perancis untuk berhenti menerbitkan karikatur Nabi Muhammad saw., pastilah Perancis takut, sayangnya sekat nation state memustahilkan hal itu.
Inilah kelemahan umat muslim tersekat oleh pagan nasionalisme, tak punya kekuatan bersatu padu untuk melawan dan menekan Perancis dan negara-negara Barat, baik secara politik maupun ekonomi, para pemimpin muslim lebih memikirkan dampak buruknya bila berkonfrontasi dengan Perancis, mereka lebih mengutamakan kepentingan nasional negara masing-masing dibanding membela kehormatan Nabi Muhammad saw.
Umat Islam yang dulunya satu tubuh kini bercerai berai dan lemah. Nasionalisme telah mengerat tubuh umat muslim menjadi beberapa negara.
Dulu saat khilafah lagi mengalami digdaya, Perancis yg akan mengadakan theatre mengenai Nabi Muhammad saw., dibuat merinding dengan ancaman Khalifah Abdul Hamid 2. Marahnya umat Islam saat itu sangat disegani.
Namun kejayaan itu sirna sudah hancur akibat faham nasionalisme, Barat mengoyak tubuh khilafah menjadi bagian-bagian kecil negeri muslim seperti yang kita saksikan sekarang ini.
Sekarang ini umat muslim butuh persatuan, yaitu bersatunya perasaan dan pemikiran.
Tatkala perasaan dan pemikiran menyatu, bukan tidak mungkin rumah besar umat akan terwujud. Rumah besar kita sebagai umat terbaik adalah Khilafah Islamiyah.
Wallahua’lam bishshawab.