Tingginya Beban Hidup Membuat Fitrah Ibu Kian Redup

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tingginya Beban Hidup Membuat Fitrah Ibu Kian Redup

Erna Ummu Azizah

Kontributor Suara Inqilabi

 

Sungguh malang nasib seorang bayi yang tewas di tangan ibu kandungnya sendiri. Ia baru saja dilahirkan ke dunia, namun himpitan ekonomi telah membuat sang ibu tega merenggut nyawanya dengan cara menenggelamkannya ke dalam ember, lalu membuang jasadnya begitu saja di pondok kebun warga.

Seperti dikutip dari dalam berita online, “Insiden tragis di Desa Membalong, Kabupaten Belitung, di mana seorang ibu rumah tangga berusia 38 tahun tega membunuh dan membuang bayinya gegara motif ekonomi. Pernyataan itu berdasarkan pengakuan pelaku ketika diperiksa Unit PPA Satreskrim Polres Belitung.” (Bangkapos, 23/1/2024)

Diketahui pelaku memang sengaja menyembunyikan tentang kehamilannya tersebut kepada siapapun termasuk suaminya sendiri. Hingga akhirnya ibu tiga anak ini pun melahirkan seorang diri di kamar mandi. Namun beban hidup yang berat telah membutakan mata hatinya. Fitrah ibu yang lembut dan penyayang pun kandas. Di tangannya, buah hati yang baru dilahirkannya pun tewas.

Hidup Di Sistem Kapitalisme Memang Berat

Tak dipungkiri, hidup di zaman sekarang memang berat. Sistem kapitalisme telah menjadikan segala hal harus dibeli dengan uang. Sementara pemasukan kurang, lapangan pekerjaan pun sulit hingga angka pengangguran pun melonjak tajam. Namun kehidupan harus tetap berjalan, akhirnya orang terpaksa hidup dalam kesengsaraan.

Anak yang sedianya dinanti oleh setiap pasangan suami istri. Namun di tengah beban hidup yang tinggi, kehadiran buah hati menjadi beban tersendiri. Tak sedikit yang enggan menerima, dan tragisnya banyak pula yang membuang bahkan membunuhnya. Astaghfirullahal ‘adzim.

Lemahnya ketahanan iman, menjadi salah satu faktor yang membuat ibu kehilangan fitrahnya. Apalagi asas sistem kapitalisme adalah sekulerisme, yang memisahkan agama dari kehidupan. Hal ini telah mencekoki pemikiran masyarakat dengan menjadikan agama hanya sebatas ibadah solat, ngaji dan zakat. Padahal, agama hakikatnya adalah petunjuk yang akan mengarahkan manusia kepada kebaikan sehingga terhindar dari keburukan dan kemaksiatan.

Selain iman yang lemah, faktor yang membuat ibu kehilangan fitrahnya adalah fungsi keluarga tidak berjalan sebagaimana mestinya, sehingga ibu juga terbebani pemenuhan ekonomi. Juga lemahnya kepedulian masyarakat, dan tidak adanya jaminan kesejahteraan negara atas rakyat individu per individu. Semua berkaitan erat dengan sistem yang diterapkan saat ini yaitu kapitalisme.

Sistem Islam Membawa Kesejahteraan dan Ketenangan

Jika sistem kapitalisme telah menjadikan beban hidup begitu tinggi hingga membuat fitrah ibu menjadi redup bahkan mati. Maka, sistem Islam justru sebaliknya. Sejarah telah membuktikan saat sistem Islam diterapkan dalam kehidupan, akan terwujud kebaikan dan keberkahan. Seperti pada masa khalifah Umar bin Abdul Aziz. Dimana masyarakatnya saat itu begitu makmur dan sejahtera, hingga sulit ditemukan orang-orang yang mau menerima zakat. Masya Allah..

Islam mewajibkan negara menjamin kesejahteraan ibu dan anak melalui berbagai mekanisme, baik jalur nafkah, dukungan masyarakat maupun santunan negara. Dalam hal nafkah, Islam mewajibkan para laki-laki, baik itu suami maupun ayah untuk bekerja. Maka di sinilah peran negara untuk menyediakan lapangan kerja yang seluas-luasnya, tentunya dengan upah yang layak. Atau dengan bantuan modal usaha, baik itu dalam perdagangan, pertanian, perindustrian dan sebagainya. Sehingga para suami atau ayah mampu memenuhi nafkah keluarga dengan baik.

Di samping jalur nafkah, maka dukungan masyarakat pun sangat penting, mengingat kita adalah makhluk sosial yang butuh saling membantu dan meringankan beban. Juga saling menasehati dan mengingatkan jika ada kekeliruan. Karena saat beban ekonomi dan beban mental begitu kuat menguji, andai tak saling peduli dan empati, niscaya hancurlah fitrah kita sebagai manusia.

Dan yang tidak kalah penting adalah peran negara. Selain menjamin terpenuhinya kebutuhan masyarakat mulai dari sandang, pangan dan papan. Juga mengupayakan terwujudnya kesejahteraan dengan sistem politik ekonomi Islam. Sehingga tidak hanya kebutuhan primer, bahkan kebutuhan sekunder (pelengkap) pun mampu dihadirkan. Karena pada dasarnya manusia pun butuh ketenangan. Hingga ibadah pun khusyuk, dan bisa menjalani hidup sesuai dengan fitrahnya. Terlebih para ibu yang butuh ekstra perhatian dan kasih sayang demi menjaga kewarasan.

Dan hebatnya lagi, Islam dengan sistem pendidikannya mampu mencetak generasi tangguh yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT. Sehingga lahirlah insan-insan yang yakin bahwa Allah Maha Pemberi rezeki dan Maha Penolong. Dan hal ini tentunya akan mengingatkan para ibu bahwa anak adalah rezeki dari Allah, dan Allah menjanjikan bahwa setiap anak yang terlahir akan Allah jamin rezekinya. Sebagaimana firman-Nya:

وَلَا تَقْتُلُوا أَوْلَادَكُمْ مِنْ إِمْلَاقٍ نَحْنُ نَرْزُقُكُمْ وَإِيَّاهُمْ

“Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka.” (QS. Al An’am [6]: 151)

Semua itu hanya mampu diwujudkan oleh sistem Islam. Mari kita perjuangkan dengan semangat memahami dan mendakwahkan. Semoga bisa kembali tegak membawa kebaikan, kesejahteraan, ketenangan, keberkahan dan kebahagiaan. Aamiin.

Wallahu a’lam bish-shawab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *