Kerusakan Kapitalisme: Bencana Pemberdayaan Perempuan

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Kerusakan Kapitalisme: Bencana Pemberdayaan Perempuan

Sherlina Dwi Ariyanti, A.Md.Farm. 

(Aktivis Dakwah Remaja)

 

Pemberdayaan Berujung Kesengsaraan. Awal tahun baru ini yang disambut dengan informasi bahwa indeks pembangunan gender mengalami kenaikan ditahun 2023. Hal ini menjadi dasar untuk menarik kesimpulan bahwa perempuan ditahun 2023 semakin berdaya. Dilansir oleh Antarnews.com(06/01/2024) Deputi Bidang Kesetaraan Gender KemenPPPA Lenny N Rosaline menyampaikan bahwa Perempuan semakin berdaya, mampu memberikan sumbangan pendapatan signifikan bagi keluarga, menduduki posisi strategis di tempat kerja, dan terlibat dalam politik pembangunan dengan meningkatnya keterwakilan perempuan di lembaga legislatif. Pemerintah menjadikan permbedayaan perempuan sebagai landasan kuat dalam Pembangunan negeri ini.

Namun sayangnya, prestasi ini berujung pada kesengsaraan perempuan itu sendiri. Faktanya, permasalahan kepada perempuan juga semakin banyak. Salah satunya banyaknya perceraian. Dilansir oleh laman Radar Bromo(07/01/2024) pihak Pengadilan Agama kota Probolinggo menyampaikan bahwa sepanjang 2023 tercatat ada 463 janda dan duda baru.

Faktor penyebab utamanya adalah masalah ekonomi. Dimana pihak istri merasa suami tidak bisa memberikan jumlah nafkah sesuai yang diinginkan. Hal ini bisa disebabkan karena penghasilan istri lebih tinggi ataupun karir yang lebih bagus. Dampak lainnya adalah kesibukan perempuan yang menjadi seorang ibu menyebabkan waktu pengasuhan kepada anak berkurang. Menurut Deputi Bidang Perlindungan Khusus Anak KemenPPPA, Nahar, permasalahan tindakan anak juga dipengaruhi oleh pola asuh orang tua yang tidak bagus. Ternyata prestasi ini menyimpan banyak bencana bagi perempuan.

Kapitalisme Membajak Perempuan

Kaum hawa dalam proses pembangunan negara bukanlah hal yang salah jika sistemnya benar. Namun sayangnya negeri ini mengadopsi sistem pengaturan yang salah sehingga sudah wajar jika menimbulkan permasalahan.

Sistem tersebut adalah sistem Kapitalisme-Sekuler. Dimana sistem ini menjadikan materi sebagai tolak ukur peranan terhadap pembangunan bangsa. Dalam sistem ini perempuan dianggap berprestasi ketika mereka menjadi pelaku ekonomi. Peranan ini diimplementasikan dengan perempuan yang bekerja dalam perusahaan, ikut dalam lembaga pemerintahan, dan lain sebagainya.

Pandangan terhadap perempuan ini hanya bertitik pada pertumbuhan ekonomi. Namun tidak memperhatikan fitrah seorang perempuan terlebih seorang ibu atau istri dalam sebuah rumah tangga. Keegoisan sistem Kapitalisme menuntut perempuan untuk mewujudkan visi dari para penguasa, namun membiarkan perempuan kehilangan kehidupan rumah tangga yang Bahagia.

Dalam aspek lain, sistem kapitalisme yang melahirkan pula konsep Sekularisme ini menyebabkan perempuan tidak menjadikan hukum syariat Islam sebagai kompas dalam menjalani kehidupan ini. Bukti nyatanya adalah perempuan berlomba-lomba untuk mendapatkan posisi karir yang terbaik versi sistem Kapitalisme ini, namun meninggalkan kewajiban sebagai ibu didalam rumah.

Tapi fakta menunjukkan bahwa permasalahan perempuan tidak kunjung usai. Bahkan semakin hari semakin bervariasa kesengsaraan yang dialami oleh kaum perempuan. Kenyataanya peranan perempuan yang diarahkan oleh sistem Kapitalisme-Sekularisme ini hanya menghasilkan permasalahan baru. Pada akhirnya, pelaku ekonomi dalam sistem kapitalisme ini hanya menjadi pelayan bagi para pemilik modal.

Solusi yang menghasilkan masalah baru ini terjadi karena terlahir dari sistem Kapitalisme-Sekularisme. Fakta yang tidak bisa dihapuskan. Seharusnya Solusi yang bisa diambil oleh umat adalah solusi tuntas tanpa menimbulkan masalah yaitu dengan perubahan sistem pengaturan negeri ini. Sistem negara yang sudah dicontohkan oleh Rasululllah melalui sistem Islam.

Islam Perisai Bagi Perempuan

Besarnya pengaruh perempuan dalam kehidupan negara sangat dijaga dalam islam. Pandangan Islam terhadap potensi perempuan untuk membangun peradaban bangsa tidak diukur dari aspek materi atau ekonomi. Dalam Islam kekuatan perempuan tidak boleh ada diskriminasi.

Sejatinya Perempuan memiliki peran besar untuk membangun peradaban bangsa yaitu sebagai al-umm wa rabbatul bayt (ibu dan manajer rumah tangga). Tugas ini bukan tugas ringan dan mudah tapi taruhannya adalah masa depan bangsa. Perempuan adalah pencentak generasi dimasa depan. Hal ini menunjukkan bahwa karakter generasi muda tergantung bagaimana peran ibu dalam mendidik mereka dan mempersiapkan generasi untuk menjalani kehidupan.

Dengan peranan menjadi pencetak generasi bukan berarti Islam tidak memberikan kesejahteraan bagi perempuan. Sebaliknya, dalam islam memberikan jaminan kesejahteraan bagi Perempuan tanpa mengorbankan tugas utamanya sebagai al-umm wa rabbatul bayt.

Sempurnanya Islam memiliki mekanisme untuk memberikan hak umat tanpa menimbulkan permasalahan lain. Mekanisme tersebut meliputi, pertama islam memandang perempuan sesuai posisinya sebagai pencetak generasi. Proses untuk mencetak generasi menjadi kunci keberhasilan peradaban. Oleh karena itu, dengan konsep pendidikan dari ibu yang mengajarkan konsep Islam maka sudah pasti generasi bisa memiliki kepribadian Islam.

Dalam islam juga memastikan bahwa untuk pemenuhan nafkah perempuan dibebankan pada laki-laki sesuai dengan fitrah yang diberikan Allah SWT. Dan kemudahan laki-laki untuk mencari nafkah difasilitasi oleh negara. Jikalau memang tidak ada anggota keluarga laki-laki yang menanggung maka negara-lah yang memastikan pemenuhan nafkah tersebut.

Tak hanya kebutuha pokok dalam bentuk pangan, negara Islam atau biasa dikenal sistem Khilafah juga menjamin pemenuhan aspek kesehatan, pendidikan, dan lain-lain. Dalam sistem Islam pengaturan dilakukan dengan mudah dan murah. Oleh karena itu, perempuan atau ibu tidak akan merasakan terdesak oleh keadaan perihal kebutuhan, sehingga effort didalam hidupnya semata-mata menjalankan amanah besar dari Allah untuk mencetak generasi berkepribadian Islam.

Selanjutnya, perihal kesempatan untuk mendapat ruang ditengah publik. Islam tidak pernah mendiskriminasi perempuan. Kaum hawa tetap boleh untuk bersuara, menikmati pendidikan tinggi bahkan ini sangat dianjurkan dalam islam. Namun tetap tidak melalaikan tugas utama sebagai ibu di rumah dan sesuai syariat Islam.

Kepribadian islam dari Perempuan ataupun generasi memang tidak cukup didalam rumah saja. Oleh karena itu, Islam tidak hanya menuntut Perempuan saja yang mewujudkan kondisi Islami, tetapi juga negara. Sistem Khilafah memastikan kehidupan masyarakat dan negara berbasis syariat Islam. hal ini untuk menjamin kehidupan seluruh masyarakat tetap sesuai dengan syariat. Dengan basis syariat Islam menjadikan hukum syariat Islam sebagai sumber kebijakan pemerintahan dalam sistem Khilafah.

Dengan kolaborasi menerapkan Islam diseluruh kehidupan, maka bukan menjadi ilusi untuk perempuan dan generasi mendapatkan kesejahteraan hidup dari Allah SWT. Fakta ini yang akhirnya mengharuskan perempuan dan generasi untuk berjuang mengembalikan sistem Islam untuk diterapkan dimuka bumi. Hanya sistem ini yang bisa menyelamatkan Perempuan dan generasi.

WalLâhu a’lam bi ash-shawwâb.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *